Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

9 Hal yang Harus Dilakukan Saat Tinggal di Luar Negeri Agar Lebih Bermakna

Berkesempatan tinggal di luar negeri memang bukanlah untuk semua orang. Baik itu untuk keperluan studi, pertukaran budaya, au pair, ataupun ikut keluarga. Orientasi selama hidup di luar negeri tentunya tidak hanya sebatas foto-foto lalu dipamerkan secara halus di media sosial. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan agar sekembalinya ke Indonesia, kita tidak merasa kehilangan momen penting selama hidup di negara orang. 1 . Make friends and stay connected Berteman dengan orang asing di negara asing memang tidaklah mudah, terlebih lagi kalau kita termasuk orang yang pemalu. Di Denmark sendiri, banyak para imigran dari negara tetangga yang juga merasa kesulitan berteman dengan orang lokal . Orang-orang dari Eropa Utara memang cenderung tidak terlalu terbuka dengan orang asing, terutama yang tidak bisa bahasa mereka. Tapi daripada mati kesepian, cobalah untuk tetap berteman dengan orang-orang yang bukan sebangsa kita. Orang-orang dari Asia, Eropa Timur, ataupun Amerika cukup sociable

My First Ballet and If It's Also Yours

Watching ballet in my home country is portraying high-class levels, rich people, luxuriousness, and elegancy. I've never been to any ballet performance in Indonesia, but never wanted to do so because even I've never tried to check, I'm pretty sure the ticket must be so expensive. This event is so rare and not typical Asian thing. Young people prefer to watch big or local music instead. Moving to Europe makes me want to feel a new experience, embracing the cultures more and more. Here, the ticket price is "not" so expensive, especially if you're a student. For my first ballet, I've got discount for 40% just because I'm under 24. But of course, in some places, they have discount up to 50% for students. I really remembered my first ballet in Europe, while I was so confused what should I wear and where should I sit. Before my first ticket, I've tried to look for some information regarding the best seat-yet-cheap or proper attire to go. So, if th

Hangatnya Malmø dan Cowok Swedia

Saya memang tidak banyak cerita soal kencan-kencan singkat saya di Eropa . Tapi entah kenapa proses ketemuan sekali ini sedikit lucu, malu (walaupun saya cukup tidak tahu malu), dan berbeda dari kencan sebelum-sebelumnya. Martin adalah cowok Swedia pertama yang saya temui baru-baru ini. Karena sudah kenal sejak 4 bulan yang lalu dan hanya bicara lewat WhatsApp, saya paksa saja dia ketemuan karena sudah capek mesti berkomunikasi via teks terus-terusan. Kami berkenalan dari salah satu online dating  yang lagi dan masih hip di Eropa —— you know it, Tinder! Tapi karena sudah mengobrol terlalu lama dan panjang, jadinya kita lebih mirip seperti teman baru. Meski titelnya tetap "kencan pertama", tapi saya katakan ke Martin kalau anggap saja ketemuan kali ini lebih seperti reunian. Walaupun sedikit aneh reunian dengan orang yang belum pernah ketemu sebelumnya, akhirnya Martin setuju-setuju saja. Setelah mengatur waktu ketemuan yang cukup sulit, kita akhirnya sepakat ketemuan di