Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Biaya Hidup (baca: Belanja) di Denmark

Denmark memang negara mahal, lebih mahal dari  biaya hidup di Belgia  dulu. Tapi entah kenapa, saya merasa Kopenhagen lebih hidup ketimbang Brussels. Dari atmosfir tempat nongkrong, banyaknya arsitektur keren, hingga orang asing yang berstatus pelajar hingga pekerja memenuhi sudut Kopenhagen menjadikan negara ini lebih internasional. Ketimbang Kopenhagen, sebenarnya Aarhus lebih cocok disebut sebagai kota pelajar. Banyak mahasiswa Indonesia yang tinggal di Denmark pun sebenarnya kuliah di kampus Aarhus. Tapi karena banyak kampus keren seperti KU (University of Copenhagen), DTU (Technical University of Denmark), KADK (Royal Danish Academy of Fine Art), CBS (Copenhagen Business School), atau KEA (Copenhagen School of Design and Technology) berlokasi di sekitar area Kopenhagen, makanya kehidupan anak muda di kota ini terasa lebih seru. Well, might be because I'm a city person. Setahun lebih tinggal di Denmark, saya masih sedikit amazed betapa mahalnya negara ini. Herannya, meski

Fakta Tentang Bahasa Denmark

Wohooo.. Sudah nyaris satu tahun yang lalu saya membuat postingan tentang bahasa Denmark , tahun ini saya sudah masuk Modul 4. Apa yang menarik dari modul ini? Pelajaran tata bahasa makin sulit, tapi saya belum bisa juga bicara dengan baik. Di kelas saya, mayoritas siswanya memang nyaris 90% bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Daripada capek-capek memikirkan kata per kata dan menyusun hingga jadi kalimat dalam bahasa Denmark, saya dan mereka keseringan berganti ke bahasa Inggris saja. Jadi bisa dibayangkan betapa beratnya perjuangan siswa kelas saya di bagian s peaking bahasa Denmark ini. Teman-teman au pair ataupun non-au pair yang dulu sempat mengambil kelas bahasa Denmark, banyak yang memutuskan menyerah. Begitu pun juga saya. Meskipun sempat  up  dan  down  menyusun mood datang ke sekolah, akhirnya saya putuskan untuk kembali datang ke kelas menemui teman-teman seperjuangan. Semakin dipelajari, semakin banyak fakta menarik soal bahasa bangsa Viking ini. 1. Datar dan tan

REYKJAVÍK: Menelusuri Kota Sepi Bergaya Eropa Klasik di Akhir Pekan

"Kamu jadi pergi ke Irlandia? Eh, yang terkenal dari sana apa sih?" tanya seorang kenalan. "Westlife!" jawab saya. "Kak, jadi pergi ke Sislandia?" tanya Rika, beberapa saat setelah melihat status terbaru saya di BBM. "Hah? Emang ada di peta?" tanya saya balik. ISLANDIA, sodara-sodara! Saya liburan ke Islandia, bukan ke kedua tempat yang Anda sudah sebutkan. Seriusan, saat saya menyebutkan Reykjavík, banyak yang tidak tahu dimana letak kota ini berada. Dari letak geografisnya pun, banyak yang bingung, negara ini masuk bagian Eropa atau tidak. Apakah visa Schengen bisa digunakan atau mesti apply visa baru. Iya bisa. Islandia masuk bagian negara Nordik yang letaknya paling utara Eropa. Karena masuk salah satu negara Schengen, tidak perlu lagi apply visa baru untuk datang kesini.

WARSAWA: Menemukan Tempat Terbaik di Area Miskin Turis

Setelah menghabiskan waktu seharian penuh bergumul dengan turis di area Old Town, akhirnya saya sepakat untuk selesai berpadat-padat ria di pusat kota di hari kedua. Teman Belgia saya, Mittchie, yang juga ikut travelling kali ini, juga sepakat mengikuti kemana arah langkah kaki saya saja. Meskipun kebanyakan turis mendatangi Warsawa untuk menelusuri jejak perang dunia, saya dan Mittchie sepertinya tidak terlalu tertarik. Kami pun mencoret habis-habisan daftar museum sejarah saat berada di Warsawa. Saya termasuk yang super lelet bangun menikmati keindahan kota, lebih sering berleye-leye di kafe, dan terlalu santai berjalan-jalan menikmati setiap detail yang menarik perhatian. Boleh jadi saya datang ke area pusat kota, mencicipi makanan khas lokal di restoran yang penuh turis, tapi tidak selamanya saya harus berpegang teguh dengan apa yang tercantum di Trip Advisor. Kecuali saya memang datang ke Polandia untuk belajar sejarah, then the case could be different.