Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Hari Terakhir di Phnom Penh

Mai mengabari kalau pagi itu dia tidak bisa menemani kami jalan-jalan karena sakitnya kambuh. Poor Mai. " If I could wake up from my bed, I will pick you up in the hotel at 8 AM ," katanya di telepon. Sebenarnya tidak enak juga sih, kemarin waktu menemani kami jalan-jalan sebenarnya Mai juga sedang dalam kondisi tidak sehat. Apalagi malamnya mendapati kabar ibunya masuk rumah sakit gara-gara terlalu banyak minum. Memang waktunya Mai istirahat. " It's your last day in Cambodia. I don't want to miss our last opportunity. But I'll try my best to be stronger, " katanya lagi. Duh, beneran jadi terharu deh. Tapi akhirnya sampai jam setengah 8 pagi Mai mengabari kalau dia tidak bisa menemani kami karena perutnya masih sakit. " It's okay, Mai. You should take a rest . Thank you for a few days ago ," Dwi jadi prihatin. Dan jadilah hari terakhir di Phnom Penh diisi dengan kegiatan belanja dan kunjungan ke Tuol Sl

Mabuk Servis di Phnom Penh (4)

Pagi-pagi kami seperti dikejar anjing dan mesti buru-buru gara-gara salah jadwal. Karena kelelahan semalam, kami sampai bangun kesiangan. Jam 7 pagi ponsel Dwi sudah berdering karena panggilan Mai. Masih dengan mata tertutup dan setengah sadar, saya mendengar, "Y es, what? Okay. Eleven? Okay. " Klik. Kembali hening.... Sialnya beberapa menit kemudian kami bertiga bangun layaknya zombie, langsung berebutan masuk kamar mandi dan Dwi buru-buru nampol bedak kesana-kemari. "Duuh..kirain jam 11, jadinya aku tidur lagi. Eh ini dia barusan nelepon katanya jam 7. SEVEN jadinya bukan ELEVEN," kata Dwi. Parahnya lagi saat Mai nelepon, ternyata dia sudah di lobi. Aaarrghh.. " I'm sorry , Mai, we're late ," akhirnya saya dan Mbak Lia yang datang 30 menit kemudian jadi tidak keenakan dengan Mai. Hari ini Mai bilang kalau dia sedang tidak sehat tapi karena sudah janji ingin mengantar kami keliling Phnom Penh akhirnya dia malah yang tidak enak k

Visa Bekerja dan Berlibur Australia

Beberapa hari belakangan ini saya sedang sibuk-sibuknya mencari info mendapatkan visa subclass 462 Australia. Satu keluarga di Orange, NSW, tertarik memperkerjakan saya sebagai au pair untuk mengasuh anak-anak mereka selama satu tahun. Dengan akomodasi, makan, dan biaya telepon ditanggung, tentunya tawaran ini tidak saya tolak dong. Makanya saya langsung cari-cari informasi mengenai visa ini di internet. Namun sayangnya, karena persyaratan visa yang agak rewel, saya batalkan tawaran dengan mereka.  Sebelum membahas syarat-syarat mendapatkan visa ini, saya bahas dulu apa yang bisa lakukan kalau seandainya visa kita granted dari pihak kedutaan. 1. Masuk ke Australia setiap saat ( multiple entry)  dalam waktu 12 bulan dari tanggal pemberian visa. 2. Kita bisa tinggal selama 12 bulan dihitung dari tanggal pertama kali kita masuk Australia. 3.  Hanya boleh bekerja selama 6 bulan pada satu perusahaan/majikan. 4. Belajar sampai dengan 4 bulan. Nah,

Mabuk Servis di Phnom Penh (3)

Karena permintaan dari Dina dan Mai yang menyuruh kami untuk pulang lebih awal dari Ho Chi Minh City, akhirnya saya dan dua orang travel mate sampai di Phnom Penh satu hari lebih cepat. Rasanya baru jam 5 pagi melihat Sunrise di Mui Ne, Vietnam, tengah malamnya kami sudah harus pulang ke Phnom Penh melalui Ho Chi Minh City. Seperti kata Dwi, "kita ini traveling seperti dikejar tikus. Lebih-lebih dari artis schedule -nya." Hahaa.. Sekitar jam 10 pagi kami akhirnya tiba juga di penginapan yang berbeda kawasannya dengan yang pertama kali kami inapi. Tempatnya baru saja direnovasi. Masih baru, super wangi dan bersih, serta resepsionis yang ramah dan fasih Bahasa Inggris. Padahal menurut sopir tuk-tuk, kawasan kami yang di Chamkar Mon ini jauh dari pusat kota. Tapi tak apalah, lagian WiFi disini lebih kencang dari guesthouse yang sebelumnya kami tempati. Jam 7 malam, Mai menelepon Dwi untuk mengajak makan malam (lagi). Karena Dina sedang makan malam dengan pelatihny

Mabuk Servis di Phnom Penh (2)

Siang ini kami saya dan dua orang travel mate akan meninggalkan Phnom Penh menuju Siem Reap. Dari Siem Reap rencananya kami akan meneruskan perjalanan ke Ho Chi Minh City dan menghabiskan 5 hari disana lalu kembali lagi ke Phnom Penh karena pesawat kami ke Kuala Lumpur akan terbang dari sana. Jam 7 pagi Mai dan Dina sudah menunggu di lobi. Dengan motornya, mereka mengajak kami ke salah satu restoran di dekat guesthouse . Lalu lintas di Phnom Penh agak kacau, jadinya pagi itu kami naik motor agak ekstrim. Apalagi saya, Mbak Lia, naik motor Dina bonceng tiga. Dina ini orangnya cuek dan sangat tomboy, naik motornya ngebut dan malas pakai helm. Sekitar sepuluh menit kemudian kami sampai di sebuah restoran yang tidak terlalu kelihatan kalau itu sebenarnya tempat makan. Karena sebelumnya kami sudah mengatakan tidak bisa makan babi, mereka sudah paham dan berakhir di sebuah restoran yang semua bahan dasarnya terbuat dari jamur. Dina sudah meyakinkan kami kalau restoran itu tida

Mabuk Servis di Phnom Penh (1)

Juni 2013 Saya dan dua orang travel mate di awal kedatangan kami ke Kamboja untuk pertama kalinya sempat dibuat takjub dengan keramahan orang Kamboja. Awalnya kami mengira negara ini masih miskin dan masyarakatnya tidak terlalu terbuka dengan dunia luar. Namun, kenyataanya justru tidak seratus persen benar. Kami justru mendapatkan fakta bahwa orang Kamboja sangat menghargai orang asing dan berusaha menjamu dengan sebaik mungkin. Dwi, salah seorang travel mate , pernah jadi LO (Liaison Officer) untuk atlet petanque kontingen Laos waktu kejuaraan SEA Games ASEAN yang diadakan di Palembang dulu. Dari pengalamannya itu, dia akhirnya punya teman atlet dari dua negara, Laos dan Kamboja. H-5 sebelum keberangkatan Dwi memang sudah intens bilang ke saya kalau dia mau ketemuan dengan temannya di Phnom Penh. Saya, Dwi, dan Mbak Lia, seorang travel mate lain, menyangka ini cuma ketemuan biasa atau ajang reunian semata sih. Namun nyatanya, kami tidak pernah menduga kalau pertemuan kami

Book Review: Haram Keliling Dunia

image source 3 "F"antastic ways to reach your dream fabulously: Focus, Fun, Fascinating - NFW Itulah salah satu motivation quote milik penulis, Nur Febriani Wardi, dalam bukunya Haram Keliling Dunia. Apa yang kamu lakukan saat kamu punya mimpi yang besar tapi terhalang oleh kehendak orang tua? Menuruti kehendak orang tua lalu menyisihkan mimpi besarmu demi mereka, atau berani mengambil resiko meraih mimpi yang kamu tuju hingga harus kerja keras demi membuktikan sebuah prestasi ke orang tua?  Nur Febriani Wardi, gadis berzodiak Aquarius yang lahir di Kalimantan ini, awalnya memiliki cita-cita menjadi seorang insinyur saat kecil. Sang ayah, awalnya menginginkan anaknya menjadi seorang PNS. Namun, Febri yakin kalau PNS bukanlah satu-satunya pekerjaan yang akan membuat hidupnya bahagia. Ia tak mau terkungkung di belakang meja PNS yang dapat mematikan kreativitasnya. Namun ada harapan lain dan keyakinan penuh dalam diri yang membuatnya selalu berusaha mewujudkan mi