Belajar dari pengalaman tahun lalu di Belgia, akhirnya saya memutuskan untuk membuat SIM internasional sebelum keberangkatan ke Denmark. Saya yang biasanya jadi sopir, harus absen setahun di belakang kemudi. Tidak ada yang salah cuma jadi penumpang, tapi kadang kerinduan tancap gas di jalanan terasa majemuk. Apalagi sewaktu harus belanja di supermarket di komune sebelah, saya mesti pasrah mengayuh sepeda dengan keadaan angin dan cuaca yang dingin. Padahal saat itu ada mobil menganggur di rumah yang bisa digunakan. Tapi karena ketiadaan SIM yang valid , saya juga takut menggunakan mobil tersebut. Padahal jarak tempuh supermarket itu hanya 5 menit naik mobil, namun harus ditempuh selama 15 menit menggunakan sepeda. Saya juga harus menggendong ransel berat berisi belanjaan, lalu menggantung dua tas besar di stang sepeda yang isinya juga barang belanjaan. Menyedihkan sekali! Sebelum ke Belgia, saya memang sudah berniat membuat SIM internasional di Jakarta. Tapi karena
An honest journal about staying abroad, studying in Norway, and rough life as an au pair