Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Mengurus 'Study Permit' untuk Kuliah di Norwegia

Sebagai informasi pendahuluan, saat ini saya sudah tinggal di Norwegia dan harus mengganti au pair permit  yang hampir habis ke study permit . Karena sudah berada di wilayah Schengen, saya tidak perlu lagi visa seperti halnya teman-teman yang masih berada di Indonesia. Bagi yang bingung apa beda residence permit dan visa, bisa dibaca dulu di sini . Walaupun begitu, persyaratan yang diberlakukan sama saja dengan mahasiswa non-EU lain pada umumnya. Bagi yang tinggal di Indonesia, permohonan aplikasi study permit dan visa Norwegia bisa diantarkan langsung ke VFS Jakarta. Yang tinggal di Norwegia, aplikasi diantarkan ke kantor polisi terdekat di kotamadya dimana kita tinggal.  Pemohon dapat menyerahkan aplikasinya langsung di Norwegia apabila memiliki residence permit  sebagai high skilled workers atau pernah tinggal di sini selama 9 bulan terakhir. Sementara bagi yang tinggal di luar Indonesia dan Norwegia bisa menghubungi kedutaan besar Norwegia setempat. FYI , study permit y

Kompetisi "My Final Year" Berhadiah Suvenir Lucu dari Skandinavia! Mau??

I am on cloud 9! Mengapa, karena sebentar lagi saya "wisuda" jadi au pair! Setelah mengalami ups and downs selama hampir 5 tahun ini, saya bersyukur bisa sampai di level sekarang. I have gained skills and learned a lot for sure! Tidak hanya soal mengganti popok bayi dan membersihkan muntahan anak di mobil, tapi juga belajar bagaimana menghadapi kesendirian serta mengenali diri sendiri secara lebih baik. Dari blog ini juga saya tidak berhenti untuk belajar tentang isi konten dan interaksi dengan pembaca. Saya yang semakin bahagia karena 2019 adalah tahun terakhir jadi au pair, sangat excited membagi kebahagiaan ini untuk kalian yang selalu setia mampir ke Art och Lingua. Caranya, dengan mengadakan kompetisi "My Final Year" di blog ini! Tidak ada syarat khusus untuk ikut, karena siapa pun boleh berpartisipasi. Baik new readers atau old ones sangat terbuka di sini.

Kuliah Biaya Sendiri: Uang Dari Mana?

Meskipun niat saya di awal tidak berminat lanjut kuliah lagi, nyatanya saya pun berbelok arah untuk mencoba peruntungan daftar kuliah S-2 di beberapa kampus di Norwegia. Alasan utama saya memilih Norwegia tentu saja karena negara ini masih membebaskan uang kuliah bagi mahasiswa lokal dan internasional. Kesempatan ini tentu saja saya manfaatkan sebelum regulasi tersebut diubah menjadi 'berbayar' seperti halnya Finlandia per Autumn semester 2017 lalu. Tapi meskipun biaya kuliah gratis, mahasiswa tetap harus membayar iuran semester sebesar NOK 680-840 (€68-84). Luckily , saya diterima di program studi Entrepreneurship di Universitas Oslo semester musim gugur tahun ini. Karena biaya kuliahnya sudah gratis, artinya saya hanya perlu menyiapkan biaya hidup untuk 2 tahun ke depan. Saya tidak pakai beasiswa, tidak minta support dari keluarga, ataupun berhutang ke pemerintah Norwegia. Biaya hidup ini murni saya akan tanggung sendiri. Saat tahu saya akan kuliah dengan biay

Minggu-minggu Awal Kuliah di Universitas Oslo

Setelah membayar uang semester dan registrasi ulang lewat Studentweb, saya 100% resmi menjadi mahasiswi S-2 di Universitas Oslo .   Untuk kalian yang belum tahu, tidak ada biaya kuliah yang dibebankan bagi mahasiswa lokal dan internasional di Norwegia, kecuali kampus swasta. Mahasiswa hanya diwajibkan membayar uang semesteran yang besarannya tergantung kampus masing-masing. Untuk Universitas Oslo (UiO), biaya yang saya bayar tiap semester sebesar NOK 600 plus uang fotokopi program studi NOK 200. Ada juga biaya organisasi sebesar NOK 40 yang tidak diwajibkan. Kalau mau dikonversi, total persemester yang saya bayar hanya sekitar Rp1,3 juta atau €84. Jumlah ini tentu saja berbeda tiap kampusnya, bahkan ada yang lebih murah. Untuk musim gugur 2019, semester dimulai di minggu ketiga bulan Agustus dengan menghadiri Welcome Ceremony di pelataran universitas di Karl Johans gate. Perayaan tradisional ini sudah dimulai sejak tahun 1929 untuk menandai dimulainya semester baru. Acaranya ju

Anak Daerah Mustahil ke Luar Negeri

Saat liburan ke Finlandia dua tahun lalu, saya bertemu abang-abang dari Jakarta yang sudah 13 tahun tinggal di Helsinki dan punya bisnis disana. Di pertemuan singkat itu juga, saya diajak mampir ke apartemennya sekalian menyapa istri dan si anak. Sebetulnya abang ini baik dan ramah, tapi mungkin pertanyaannya terkesan nosy untuk saya. Saat tahu saya asli Palembang, si abang ini menanyakan ulang keabsahan tempat asal saya. “Serius Palembang? Palembang mananya? Palembang kota apa luarnya?” tanyanya. “Palembang kota. Di kota banget. ” “Ini benaran terbang langsung dari Palembang ke Eropa kemaren?” “Iya, Bang. Memang asli Palembang dan keluarga juga tinggal disana.” “Bukan kemaren pernah sekolah di Jawa apa Jakarta begitu? Pokoknya asli Palembang?” pertanyaannya mulai aneh. “Iya. Saya lulusan Universitas Sriwijaya. Tak pernah tinggal di Pulau Jawa, dan habis lulus langsung berangkat ke Belgia.” Kenapa? Apa merasa tak percaya jika anak daerah seperti sa