Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Mengurus Anak Lebih Mudah Ketimbang Mengurus Tanaman

Beberapa waktu yang lalu saya melihat Instagram Story seorang teman berkata bodoh, “kelihatannya lebih mudah mengurus tanaman ya daripada mengurus anak”. Saya menahan napas sejenak. Lalu rasanya ingin saya kuncit mulut doi dan jambak rambutnya.  Segitunya saya, karena si teman ini guru TK dan mantan au pair juga. Yang saya tahu, anak-anak yang pernah diurusnya berusia 4-6 tahunan. Mungkin karena host kids -nya sudah cukup mandiri, makanya doi anteng saja mengajak main, mendadani, atau memberi makan. Beres. Saya sudah tiga kali jadi au pair dan anak-anak yang saya urus usianya beragam, mulai dari 3 minggu sampai 12 tahun. Jam terbang saya tentu saja lebih tinggi karena pengalaman mengasuh anak lebih banyak, terutama bayi. Sebagai informasi juga, saya pernah jadi guru TK selama lebih dari setahun setengah. Kalau disuruh memilih antara mengurus tanaman atau anak, tentu saja saya ingin menjerit lebih baik mengurus tanaman. Si tanaman tidak perlu kalian gendong, suapi, mandikan, ataup

Denmark, Negara Terburuk untuk Au Pair

Memegang peringkat ke-3 (2018) sebagai negara terbahagia di dunia, tidak membuat Denmark menjadi tempat yang membahagiakan bagi para au pair. Terbukti dengan adanya wacana untuk melarang semua au pair non-Eropa di awal tahun 2018 kemarin, semakin menguatkan fakta bahwa peran au pair tidak lagi sama di negara ini. Au pair berasal dari bahasa Prancis "at par" atau "equal to" , yang mengindikasikan bahwa status au pair mesti disejajarkan, dianggap, dan diperlakukan seperti keluarga, bukan sebagai tukang bersih-bersih. Au pair mulai diperkenalkan di tahun 1840 saat keluarga kelas menengah merasa membutuhkan pengasuh untuk merawat anak-anak mereka di zaman perang. Biaya pengasuh saat itu sangat mahal, sehingga hanya bangsawan elit saja yang bisa membayar upah pekerja. Karena banyaknya permintaan inilah, gadis-gadis muda dari kelas menengah yang ingin mandiri dan menghasilkan uang sendiri bekerja sebagai pengasuh lepas. Agar gadis-gadis ini tidak sama layaknya &#

5 Hal yang Harus Dihindari Antar Au Pair

Dunia au pair itu sebetulnya sempit dan sederhana. Kamu tidak akan menemukan masalah terpelik di dalamnya selain problematika keluarga dan anak-anak. Meskipun au pair adalah program pertukaran budaya dipadu dengan part-time job , tapi entah kenapa ada saja yang menjadikan status ini sebagai kompetisi. Beda keluarga, beda perlakuan. Ibaratnya kamu bekerja di satu perusahaan, lalu teman mu kerja di perusahaan lain, pastinya treatment yang kalian dapatkan tidak akan sama. Mungkin konsepnya sama, sama-sama kerja 5-6 jam per hari. Tapi jadwal libur, tugas, serta fasilitas pastinya berbeda. Bagi kalian au pair senior atau pun au pair baru, berikut hal yang menurut saya menyebalkan dan harus dihindari: