Langsung ke konten utama

Mengurus Aplikasi Visa Au Pair Belgia



Hari Rabu, jam 14.45 saya sampai di Kedutaan Belgia. Karena halte busway Bundaran HI lagi tutup untuk proyek MRT, jadinya saya turun duluan di halte Sarinah dan mesti jalan kurang lebih 1,5 km ke Deutsche Bank Building. Padahal kalau turunnya di halte Tosari sebenarnya lebih dekat sih.

Sebelum ke kedutaan saya memang sudah membuat janji dulu lewat telepon dengan resepsionisnya. Untuk membuat appoinment sendiri bisa dilakukan by phone atau email dan tidak terikat waktu.  Sebenarnya sih saya datang di jam genting, 15 menit lagi jam operasional kedutaan harusnya akan tutup. Tapi karena mbak resepsionisnya lagi baik (atau mungkin kasihan karena saya terlanjur sudah datang), jadinya beliau langsung memberikan saya nomor rekening untuk melunasi biaya pembuatan visa.

Setor biayanya di Deutsche Bank yang ada di lantai 1 sebelah kiri (dari turun lift), isi form setoran, dan tunggu nomor antrian. Ambil tanda terima bank dan segera bawa lagi ke lantai 16. Biaya untuk membuat visa sebesar 180 Euro atau Rp. 2.754.000 (per 1 Jan 14, 1 Euro = IDR 15.300) yang tidak akan dikembalikan jika visa ditolak.

UPDATE!
Per tanggal 2 Maret 2015, ada tambahan biaya kontribusi yang harus dibayar bersamaan dengan biaya aplikasi visa sebesar €180. Biaya kontribusi ini bisa dibayar oleh orang ketiga semisalnya sponsor atau calon keluarga angkat yang ada di Belgia. Untuk info lebih lanjut mengenai biaya ini, silakan tanya langsung Kedubes Belgia di Jakarta.

Saat itu sudah lewat jam 3 sore, tapi karena aplikasi saya sudah terlanjur masuk, jadinya saya dibiarkan menunggu sampai proses selesai. Kebetulan saat itu juga ada seorang cewek yang datangnya sama telat seperti saya, lagi mengurus visa studinya.

Dokumen yang dibutuhkan untuk aplikasi visa:

1. Paspor yang berlaku minimal 1 tahun sebelum expire date

2. Pas foto 3 lembar ukuran 3.5x4.5cm berlatarbelakang putih

3. Surat Izin Kerja (mirip kartu) Tipe B berwarna biru

Untuk mendapatkan surat izin kerja, sila buka disini.

4. Formulir Visa Jangka Panjang 2 rangkap 

Sebelumnya pihak agensi juga menyertakan form visa yang dikirimkan ke saya. Namun form yang mereka kirimkan adalah form visa Schengen untuk jangka pendek. Lalu saya mencari lagi form untuk visa jangka panjang lewat internet dan mengisinya. Tapi setelah dicek ulang oleh petugas kedutaan, ternyata form saya berbeda dengan format mereka. Akhirnya saya disuruh mengisi ulang saat itu juga. Formulir visa jangka panjang dengan format yang benar bisa dibuka di link ini.

5. Surat kontrak kerja antara au pair dan host family

Agensi mengirimkan kontrak kerja yang sudah ditandatangani dan diisi oleh host family, sehingga saya cukup menandatangani di bagian yang kosong.

6. SKCK yang sudah dilegalisir oleh Kemenlu, Kemenkumham, dan Kedutaan Belgia

Bisa baca cerita saya mendapatkan SKCK dwi bahasa ataupun legalisasi disini.

7. Sertifikat kesehatan ASLI

8. Polis asuransi dari keluarga angkat

Opsional. Namun sebaiknya jika sudah ada, disertakan di dalam dokumen aplikasi.

9. Keterangan akan mengikuti kursus bahasa 

Jika belum ada, sebaiknya minta keluarga angkat segera mengirimkannya. Surat keterangan ini juga bisa dijadikan bukti kalau kita setidaknya telah terdaftar di lembaga kursus di Belgia.

10. Flight booking ticket 

Karena saat itu keluarga angkat saya tidak mau mengambil resiko dengan membelikan tiket sebelum visa keluar, jadinya dia minta tolong agensi untuk memberikan bukti konfirmasi tiket pesawat ke pihak kedutaan yang dikirimkan via email. Tentunya kita bisa menyertakan tiket keberangkatan sebenarnya kalau keluarga angkat memang sudah membelikan.

Sebenarnya tiket pesawat tidak perlu dibeli dulu saat mengajukan visa. Bukti konfirmasi pembelian tiket saja sudah cukup. Kita dapat minta bantuan travel agent untuk menerbitkan bukti konfirmasi tiket pesawat atau membuatnya sendiri (dummy ticket) lewat situs web beberapa maskapai penerbangan, seperti KLM dan Thai Airways.

Caranya sama seperti akan membeli tiket pesawat. Masukkan negara keberangkatan dan pilih negara tujuan, kemudian masukkan tanggal keberangkatan dan kepulangan. Lalu di bagian pembayaran, pilih opsi bahwa pembayaran akan dilakukan di Kantor thai Airways atau KLM terdekat. Voila...kode booking status reservasi yang sudah terkonfirmasi akan dikirim ke email pribadi. Printout tersebut dapat dilampirkan untuk pengajuan visa.

(!) Dokumen yang disertakan semuanya harus ASLI, plus fotokopiannya sebanyak 1 lembar. Pihak kedutaan akan mengembalikan dokumen aslinya nanti.

Sebenarnya ada beberapa dokumen di atas yang sifatnya opsional, namun menurut saya, semakin lengkap dokumen yang disertakan, akan semakin cepat proses pembuatan visa. Pihak kedutaan juga rasanya tidak punya alasan untuk menolak visa kita, jika dokumen yang dilampirkan lengkap.

Setelah semua berkas diberikan, beberapa menit kemudian kita akan dipanggil untuk foto. Kalau bisa sebelum foto, dandan-dandan dulu yang rapih ya, jangan kucel seperti saya. Hehe.. Saya tidak tahu kalau foto ini akan dimuat di visa, jadinya ya rambut kemana muka kemana saat itu. Pikir saya pas foto yang dilampirkan, itulah yang dimuat. 

Jika dirasa sudah beres, petugas akan memberikan tanda terima yang nantinya harus dibawa saat mengambil visa. Namun, kalau berada di luar kota dan tidak mau menunggu lama di Jakarta, pihak kedutaan juga bisa mengirimkan dokumen dan paspor ke alamat kita. Pembayaran tambahan untuk ongkos kirim bisa dibayar sekalian saat membayar visa di Deutsche Bank.

Pertanyaan paling penting, berapa lama waktu pengerjaan visa? Menurut saya, kedutaan Belgia memberikan waktu yang cukup singkat dalam pengerjaan visa ini. Kalau kedutaan lain mengharuskan membuat appointment dan mengajukan berkas jauh-jauh hari, kedutaan Belgia memberikan kelonggaran waktu untuk applicants. Saya mendapatkan visa setelah 3 hari kerja menunggu. Sebenarnya sih visa akan diberikan di hari ke-4, namun saya mengajukan nego ke petugasnya, sehingga di hari ke-3 jam 1 siangnya visa saya sudah bisa diambil.

Kalau ada pertanyaan yang tidak terjawab saat googling, cobalah untuk mendiskusikannya ke pihak kedutaan. Mbak resepsionisnya sangat membantu dan ramah saat menjawab pertanyaan. Bahkan beberapa kali saya email, mereka menjawab dengan sangat responsif. Saya juga sebenarnya tipe penelepon yang bandel. Soalnya setiap hari sejak mengajukan berkas, saya selalu menanyakan tentang nasib visa saya. 

Alamat Kedutaan Belgia di Jakarta:
Deutsche Bank Building 16th floor. (Bundaran HI)
Jalan Imam Bonjol 80 10310 Jakarta
Indonesia
Telp.
+62 21 316 20 30
+62 21 316 20 35
+62 816 947 859 Emergency number outside opening hours

Komentar

  1. kak, bikin blog lagi dong :D share pengalaman sesampainya disanaa :D

    BalasHapus
  2. Surat Izin Kerja (mirip kartu) Tipe B berwarna biru.
    itu bikin dimana ya ka?

    BalasHapus
  3. selamat siang Kak,
    aku santo dari Kalimantan Barat. Kak bisa gx aku minta tolong imformasi lebih shared sam aku? alnya kalau Tuhan mengizinkan aku tahun depan mau kebelgia. cuman belum tahu persyaratannya apa saja. kalau boleh tahu imformasinya kakak tolong shared di Email aku :peace.suparjan@gmail.com
    atau di sms di No aku : 082155507032

    BalasHapus
  4. minta emailnya dong mba. tolong email ak ya untuk tanya lebih clear hani.dirfani25@gmail.com thanks u

    BalasHapus
  5. Kak...muhon bantuannya buat nemuin host fam...
    *terimakasih😊

    BalasHapus
  6. kak nin, aku lagi bingung soal visa. bukan ke belgia sih tapi ke italia. hostfam tanya aku bikin visa apa. kebanyakan bilang pake visa student, pake work visa juga bisa. sudah tanya ke vfs merekanya bingung haduh-_- kalau mengajukan work visa berarti persyaratannya gak jauh beda sama yg disini ya? the most important thing is the work permit gitu. bukti keuangan/bank statement hostfam perlu juga gak sih kak nin?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Fitria,

      Pemegang paspor Indonesia emang gak bisa ke Italia jadi au pair. Yang paling possible emang pake visa pelajar untuk saat ini. Soalnya kalo mau pake visa kerja, kamu harus apply untuk working holiday visa.

      Untuk apply visa pelajar ini pun gak gampang. Kamu mesti ada LoA dari sekolah di Italia, bukti akomodasi selama setahun, plus bank statement pribadi minimal 400-an Euro per bulan. Bukti finansial ini harus murni ada di rekening kamu atau bisa juga sponsor dari pihak keluarga di Indonesia.

      Hapus
    2. Wah ribet ya kak kalau ke Italia.. Padahal hostfamnya sudah akrab dan baik sekali tapi ya mau gimana lagi huhu. Kalau Spanyol gimana kak? Apa sama kaya Italy since di 2 negara ini Au Pair belum banyak peminatnya? Baik di aupair(dot)com atau aupairworld(dot)com sekarang banyak sekali hostfam dari Spanyol..
      Kak Nin boleh kasih tips gak buat cari hostfam? It's been more than 3 months tapi aku belum ketemu hostfam yg seperti Kak Nin dapetin huhu. Susah banget ya..

      Hapus
    3. Kamu salah, justru yang mau ke Italia dan Spanyol banyak banget ;)
      Hanya saja, dua negara ini emang gak possible untuk orang Indonesia. Kalo mau ke Spanyol, kamu juga mesti pake visa student yang syaratnya bejibun. But, why Spain? Pocket money-nya kecil. Huhu.

      Hapus
  7. ka mau nanya kan ada diminta code of conduct yg dikirim di email itu kita print ous trus di kirim gitu atau gmana ya ka?
    Trus utk recommendation letter itu cara dapetin nya gmana ka? makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Martua,

      Yes, bener. Code of conductnya kamu print-out, ttd, scan, dan kirim ulang ke mereka.

      Untuk recommendation letter bisa dari siapa aja yang berhubungan sama kerjaan kamu ngurusin anak; kepala sekolah TK tempat kamu kerja dulu, tetangga atau keluarga yang anaknya pernah kamu urus.

      Hapus
    2. Mau tanya dong, code of conductnya tulis tangan atau ketik ya?, dan kalo pengalaman ngasuh anak, adalah ngasuh keponakan-keponakan, bikin recommendation letternya gimana ya, mohon pencerahannya. Terimakasih.

      Hapus
    3. Halo, minta tolong yg baca ini, kalo mau bikin recommendation letter, tp pengalaman ngasuh anak adalah ngasuh keponakan-keponakan, bikin recommendation letternya gimana ya? Makasih

      Hapus
    4. Code of conduct dapet dari situsnya langsung. Tinggal kamu print, isi, dan ttd aja.

      Untuk recommendation letter, cukup 1 aja :)

      Hapus
  8. Kak, surat kontrak kerja itu dari mana? Please info ya kak. Maret saya mau ke Belgia :)

    BalasHapus
  9. Hai sis kirim no hp kamu ke skype aku dong roma.retta aku domisili di bandung hehe kalau mau nanti kita ngurus nya bareng. Aku juga kalau ga maret april bakal ke belgi. Atau kalau kamu punya ig kirim kontak kamu ke ig aku (romaretta)

    BalasHapus
  10. Hello mba, sy mau nanya apakah utk Aupair ke belgia kita membutuhkan tes EILST

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Aulia..

      Karena kamu kayaknya baru banget tau au pair, aku saranin kamu baca postingan aku yang ini deh: https://www.artochlingua.com/2016/12/guide-untuk-para-calon-au-pair.html

      Aku udah nulis di sana lengkap banget tentang negara mana aja yang butuh sertifikat bahasa, yang mana yang enggak.

      Short answer untuk pertanyaan kamu: ENGGAK.

      Koreksi: IELTS ya, bukan EILST :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika