Langsung ke konten utama

Para Gadis Muda Itu, Apa Yang Memotivasi Mereka Jadi Au Pair?



Menyadur tulisan Celia V. Harquail tentang motivasi para gadis muda sengaja datang ke US demi jadi au pair, beberapa hal yang dikemukakannya memang benar adanya. Mengasuh anak, membersihkan rumah, atau hanya kursus bahasa, bukankah bisa saja kita lakukan di negara asal? Tidak usah repot-repot membersihkan rumah orang. Membantu membersihkan rumah orang tua ataupun mengasuh sepupu di Indonesia, bisa menghindarkan kita dari ketidakcocokan dengan host family ataupun  kesepian karena jauh dari rumah.

Tapi apa alasan "sesungguhnya" para gadis muda, dari Indonesia khususnya, datang jauh-jauh ke Eropa atau Australia demi (hanya) jadi au pair?

Melihat benua Eropa atau Australia
1. Meningkatkan kemampuan bahasa asing, seperti Jerman, Prancis, atau Belanda
2. Melihat kota-kota terkenal seperti Berlin, Amsterdam, atau Paris
3. Belajar tentang kebudayaan lokal daerah setempat

Melarikan diri dari negara asal
1. Melarikan diri dari jeleknya sistem pemerintahan
2. Melarikan diri dari buruknya kondisi ekonomi
3. Melarikan diri dari paksaan, perceraian, atau kekerasan dari orang tua
4. Melarikan diri dari buruknya kondisi sosial

Melarikan diri ke Eropa atau Australia
1. Berimigrasi secara ilegal (khususnya bagi imigran dari negara sekitar/dalam benua Eropa sendiri)
2. Berharap bertemu calon suami (bule)
3. Mendapatkan izin tinggal permanen (green card) dari si calon suami nantinya
4. Berharap dapat mengganti visa jangka panjang setelahnya disini

Tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan di negara asal
1. Tidak ada prospek kerja yang menarik
2. Tidak ada prospek hubungan asmara yang serius
3. Belum bisa memutuskan antara karir atau pendidikan
4. Setidaknya mendapatkan pengalaman setahun yang menyenangkan

Menemukan jati diri
1. Menciptkan petualangan yang menantang
2. Mengembangkan kemandirian
3. Berusaha lebih dewasa

Bersenang-senang!
1. Berpesta
2. Minum-minum alkohol
3. Jalan-jalan ke banyak tempat
4. Berkencan dengan orang yang tidak disetujui orang tua
5. Mendapatkan pengalaman dalam pergaulan yang "liar" tanpa mementingkan reputasi orang lain

Mempelajari banyak kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di negara asal
1. Meningkatkan kemampuan bahasa asing yang dapat digunakan untuk bekerja
2. Mempelajari kebudayaan Eropa atau Australia
3. Mempelajari sistem pendidikan Eropa atau Australia

Alasan-alasan lain
1. Menabung sebagian uang
2. Mengirimkan sebagian uang ke rumah
3. Belanja, belanja, belanja
4. Melihat Menara Eiffel

Saya sendiri sebenarnya pertama kali memutuskan jadi au pair karena memang sudah muak dengan aktifitas kuliah. Saya harus bangun pagi, rebut-rebutan bus ke kampus, belum lagi macet di jalanan, stress karena ketidakcocokan dengan jurusan yang saya ambil, hingga memang keinginan yang amat kuat untuk tinggal dan sekolah ke luar negeri dari dulu. 

Tapi karena rasa jenuh selepas kuliah, saya akhirnya belum berani terjun langsung ke dunia pekerjaan yang ada hubungannya dengan jurusan yang saya ambil. Masih ada perasaan belum puas terhadap apa yang saya jalani. Walaupun salah satu motivasi saya tamat kuliah karena visa au pair sudah menunggu, saya memang berharap bisa mendapatkan ilmu baru di negeri orang. Pengalaman yang tidak bisa saya dapatkan di Indonesia, maupun ilmu yang memang harusnya saya pelajari di benua lain.



Komentar

  1. Setuju nin!
    Melarikan diri sejenak...hehe

    BalasHapus
  2. Saya juga setuju. Bagus ini artikelnya. Saya suka. Saya juga berencana akan Au Pair di Jerman, tapi saat ini saya dapatnya kluarga yang asalnya dari Dubai, sudah lama tinggal di Jerman dan skarang kerja di Dubai.. bagaimana ya mbak nin menurut mbak Au Pair di Dubai ? Apakah nantinya bahasa jerman saya dapat meningkat jika Au Pair di Dubai?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Cory,

      Setau saya, konsep au pair yang "benar", hanya ada di Eropa, Australia, Kanada, & NZ. Di Amerika pun, gak ada konsep au pair. Mereka sedikit disetarakan dengan nanny "murah".

      Pun begitu halnya kalo kamu memutuskan jadi au pair di Dubai. Konsep au pair gak ada di Dubai. Jadi, be aware kalo posisi kamu akan disamakan dengan pembantu. FYI, entah kenapa saya sedikit dgn keluarga bangsa Arab.

      Kamu gak akan pernah bisa belajar bahasa asing optimal, kalo bukan di negaranya langsung. Kalo emang sudah niat belajar bahasa Jerman, jangan tanggung ke Dubai. Shoot to Germany or Austria directly! Lagian di Dubai kagak ada salju. Puanaaazzz ;)

      Hapus
    2. **sedikit skeptis
      ***soalnya banyak banget kasus gak enak kalo hf-nya orang2 bangsa Arab (Maroko, Arab, dll)

      Hapus
  3. kalau gw mau kabur wkwk,dan bener pengen membentuk kemandirian juga biar tau dunia luar kayak apa karna dari SD dulu juga sy punya mimpi ke luar negeri, tapi merasa gk bisa galau karna nilai kuliah pas2 an banget dan bingung lewat jalur apa beasiswa s2, aupair atau ausibuildig? menurut pendapat kak nin apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yahh kalo bisa dapet beasiswa dan kuliah di LN, kenapa mesti jadi au pair/Ausbildung dulu? :D Mending ya kuliah aja dah.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika