Langsung ke konten utama

PRAHA: Liburan Dari Kafe ke Kafe

Setelah memutuskan memilih negara-negara murah di Eropa tengah untuk liburan musim panas, saya sudah mewanti-wanti seorang teman untuk memasukkan Praha sebagai kota terlama yang akan kami kunjungi. Teman Belgia saya, Mittchie, juga setuju kalau kami memang wajib mengunjungi Praha lebih lama.

Praha, ahh little sister of Paris, katanya. Mulai dari distrik Letna yang kalem, trekking ke bukit hingga sampai di Metronome dan melihat keindahan Praha dari ketinggian, TV Tower, hingga banyaknya bangunan warna-warni didominasi warna oranye yang manis.

Tapi saya sebal kalau hanya menyusuri Praha dari Old Town saja. Sama seperti halnya Paris, turis di Praha juga selalu memenuhi daerah pusat kota. Saya bosan tiap jalan beberapa meter selalu saja menemui aktor dan aktris K-Pop KW 3. Seriusan, mereka ada dimana-mana!

Oke, karena saya dan Mittchie juga tidak terlalu suka sightseeing dan berkumpul dengan turis, akhirnya kami putuskan memasukkan agenda wisata kuliner di Praha. Ketimbang memilih tempat makan di area turistik, saya sedikit memaksa Mittchie untuk mengikuti saya mencari tempat makan hingga ke distrik luar pusat kota Praha. 

Ngopi-ngopi lucu @ MŮŠÁLEK KÁVY


Mittchie memang suka kopi, tapi saya tidak. Tiada satu hari tanpa minum kopi bagi teman saya ini. Dibandingkan minum kopi di salah satu cabang Starbucks, saya lebih suka memilih tempat khas lokal. Menurut saya, salah satu cara terbaik menikmati budaya suatu tempat adalah dengan mengunjungi tempat makan lokal dan mencicipi apa yang mereka buat.

Saat kami datang ke MSK, beberapa meja sudah penuh dan reserved. Untungnya kami masih punya waktu satu jam setengah untuk menempati salah satu meja yang sudah dipesan. Saya sudah jatuh cinta dengan tempat ini sesaat setelah kami sampai di tempat. "Nice place!", komentar Mittchie.

Uniknya, tidak seperti kebanyakan coffee shop lain, di MSK pelanggan justru tidak memesan kopi langsung melalui barista. Layaknya seperti restoran, pelanggan dipersilakan menempati kursi, lalu beberapa staf akan datang mengantarkan menu. Lihat nih ekspresi Mittchie saat kebingungan memilih kopi!


Pesanan saya: Jordi's hot chocolate with milk and 63% dark Ecuador cacao & banana cake
Pesanan Mittchie: Ethiopia layo tiraga coffee & almond cake

One stop break @ BISTRO 8


Hujan deras mengguyur Praha saat kami selesai menyusuri distrik Letna. Menemukan Bistro 8 pun sebenarnya tidak sengaja. Saya yang kala itu ingin melihat buku-buku desain di Page Five, akhirnya menemukan tempat ini sekalian berteduh. Page Five dan Bistro 8 pun hanya selemparan batu di satu jalan yang sama.

Sebenarnya Bistro 8 lebih tepat disebut tempat menikmati sarapan ataupun brunch karena pilihan makanan yang beragam dan cukup mengenyangkan. Tidak seperti banyaknya tempat makan yang dipenuhi turis, Bistro 8 justru terletak di kawasan permukiman orang Ceko. Banyaknya apartemen di kawasan ini, membuat Bistro 8 jadi salah satu tempat favorit menikmati sarapan ataupun makan siang. Beruntungnya, saya dan Mittchie tidak menemukan aktor atau aktris K-Pop di tempat ini.


Pesanan saya: Matcha latte
Pesanan Mittchie: Flat white coffee (harus pesan dua kali karena si Mittchie menambahkan garam yang dikira gula :p )

Makan Chlebicek ala Czechs @ SISTERS


You definitely have to go to this place if you're in Prague! Sisters terletak di Distrik 1 yang tidak jauh dari spot-spot turis di Praha. Tempatnya tidak terlalu besar, namun tetap bisa menikmati open sandwich khas Praha (chlebicek) di meja dan kursi yang disediakan.

Sebenarnya tidak ada yang spesial dari chlebicek di Sisters. Di Denmark, makanan seperti ini juga bisa saya temukan di banyak tempat ataupun membuat sendiri di rumah. Bedanya, roti untuk sandwich di Praha lebih lembut dan toppingnya pun lebih simpel tapi tetap enak. Die die must try! 

Selain harganya super murah, 29-45 CZK (di Denmark bisa 6 kali lipatnya!) untuk satu chlebicek, sup harian yang ditawarkan pun cukup menggugah selera. Jauhi kesalahan turis saat datang ke tempat ini! Orang-orang Ceko tidak makan chlebicek dengan sendok dan garpu, tapi langsung dengan tangan. Tidak juga seperti makan pizza, dilarang untuk melipat chlebicek agar mudah digigit. So, eat slowly and enjoy every bite!



Pesanan saya: Egg with watercress, Mackarel with wasabi mayonnaise, & Potato soup
Pesanan Mittchie: Ham and potato salad & Roast beef

Lunch di distrik lokal @ HOME KITCHEN


Saya dan Mittchie sepakat kalau Home Kitchen di Holesovice adalah tempat makan siang terbaik kami di Praha. Home Kitchen sebenarnya ada dua tempat, pusatnya di Distrik 1, lalu tempat terbaru ada di Distrik 7. Makanannya sama-sama enak, simpel, dan staf yang friendly. Bedanya, di Distrik 1 hanya muat dua meja, tapi tidak di Holesovice.

Ketika memutuskan keluar dari zona turis dan menuju tempat ini, saya dan Mittchie sedikit skeptis seperti apa Home Kitchen di Distrik 7. Yang kami lihat, kawasan yang dituju merupakan daerah perkantoran dan permukiman yang sepi.

Sekali lagi, saya dan Mittchie juga sama-sama sepakat untuk jatuh cinta dengan tempat ini. Makanannya memang simpel, tapi atmosfir yang ditawarkan sangat cozy. Selain makan di dalam, pelanggan juga bisa makan di luar dengan bagi perokok maupun non perokok. Karena kami tidak merokok, seorang pelayan menempatkan kami di luar dengan sisi apartemen Ceko yang segar.


Meskipun tempatnya berada di kawasan perkantoran dengan interior yang oke dan terlihat mahal, namun harga makanan di tempat ini far too good! Menu makanan orang Ceko memang tidak jauh-jauh dari sup krim. Serunya, pelanggan juga bisa menikmati roti homemade sebagai teman makan sup dengan pilihan deeping oil bawang putih, rosemary, cabe, ataupun original.

Pesanan saya: Semangkuk besar sup jagung dan sayuran - chilli oil
Pesanan Mittchie: Semangkuk kecil sup & menu harian (Chicken potato) - garlic oil

Brunch terakhir @ POLÉVKÁRNA


Sebelum packing dan menuju bandara, saya lagi-lagi memaksa Mittchie untuk menemani saya ke Karlin. Karena sudah keseringan makan sup seperti orang Ceko, brunch terakhir kali ini di Praha juga ingin ditutup dengan sup.

Jam 10 pagi, saya dan Mittchie akhirnya sepakat keluar rumah dan berjalan kaki menuju salah tempat makan sup murah di Karlin. Tidak seperti tempat makan beratmosfir Instagramic yang sudah kami singgahi, Polevkarna hanya berupa tempat makan sederhana. Beberapa tempat duduk juga disediakan di luar kafe bagi yang ingin menikmati mentari Praha.

Sup yang ditawarkan biasanya berbeda dari hari ke hari. Meskipun harganya murah, tapi makanannya pun cukup beragam, mengenyangkan, dan enak. Jangan lupakan juga side dish mereka seperti almond cake atau spinach pie.

Pesanan saya: Dua mangkuk kecil sup sayuran & sup jagung, plus sepotong pie beet root
Pesanan Mittchie: Semangkuk besar sup ayam sayuran



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar