Naik kendaraan umum di Eropa memang seru. Selain bisa berkeliling ke daerah baru, saya juga sekalian mempelajari pola orang-orang yang setiap hari naik kendaraan umum.
Denmark dan Belgia adalah dua negara terlama yang pernah saya tinggali. Meskipun sempat jalan-jalan juga di sekitar Eropa, namun Helsinki adalah satu-satunya ibukota yang transportasi umumnya sudah pernah saya coba semua; baik itu kereta regional, bus, tram, dan metro.
Iseng-iseng tidak ada kerjaan di tengah malam, lucu juga kalau saya membandingkan kelakuan para penduduk ibukota ini saat naik kendaraan umum, ke sebuah tulisan.
Copenhageners
Sebenarnya penduduk Kopenhagen lebih sering naik sepeda kemana-mana ketimbang kendaraan umum. Tapi ada satu hal menarik yang bisa diperhatikan dari pengendara sepeda dan pengguna kendaraan umum lainnya; yaitu sama-sama sibuk dengan ponsel pribadi!
Di kereta, bus, ataupun metro, orang-orang hanya sibuk memperhatikan apa yang ada di ponsel mereka. Orang-orang Kopenhagen ataupun Denmark, berasa mati gaya kalau di tangan mereka tidak ada ponsel. Ponsel orang-orang ini pun kebanyakan mahal-mahal; sebut saja si Apel atau deretan paling baru si Sungsang. Tapi kebanyakan memang si Apel sih (:
Kalau sedang tidak memperhatikan ponsel, coba lihat telinga mereka. Biasanya akan teruntai kabel panjang berwarna putih atau hitam yang siap menemani keautisan sementara di dalam kendaraan umum ataupun jalanan ibukota. Sometimes, it's just too quiet, only them and phones!
Tapi karena penduduk Kopenhagen dan sekitarnya memang kebanyakan mengandalkan sepeda ataupun kendaraan umum, tidak heran kalau penggunanya bisa dari segala usia. Psssttt... coba saja sering-sering naik metro atau sepeda di Kopenhagen, pasti akan menemukan banyak manusia oke dan lucu yang super stylish!
Helsinkians
Meskipun Helsinki adalah ibukota yang ukurannya kecil, namun moda transportasi di tempat ini super lengkap. Sebenarnya saya hanya berkesempatan keliling Helsinki beberapa hari saja. Namun untungnya penjelajahan tidak hanya sebatas downtown, tapi juga ke daerah lain di ujung ibukota.
Berbeda dengan Kopenhagen yang pengguna transportasi umumnya bisa dari segala rentang usia, di Helsinki justru saya banyak bertemu dengan orang tua. Anak-anak muda Helsinki memang lebih sering naik metro ketimbang bus, lebih sering jalan kaki ketimbang naik sepeda, atau lebih banyak juga yang memilih memiliki mobil pribadi ketimbang harus antri menunggu tram.
Tidak seperti orang-orang Kopenhagen yang lebih sibuk dengan ponsel mereka, penduduk Helsinki justru lebih sering diam dan menatap kosong jendela. Saya jarang sekali menemukan pengguna kendaraan umum yang sibuk mendengarkan musik di telinga mereka. Jika pun pergi dengan teman atau keluarga, biasanya mereka hanya mengobrol dengan suara yang tidak terlalu keras.
Brusselèèrs
Di dalam bahasa Inggris, tidak ada panggilan khusus yang ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di ibukota Belgia. Karena penduduk yang tinggal di Brussels juga campuran dari banyak wilayah, mereka cukup senang hanya dipanggil Belgians.
Sebut saja saya rasis, tapi pengguna kendaraan umum di Brussels memang paling seru, aneh, dan menyebalkan! Fokus saya biasanya tertuju oleh orang-orang kulit hitam yang memenuhi ibukota.
Coba saja naik kereta melalui tiga stasiun utama Brussels, biasanya saya akan takjub dengan tingkah orang kulit hitam ini. Tidak ada yang salah memang. Tapi kadang mereka bisa sangat pede berdandanan bin ajaib dengan pakaian yang tabrak warna dan motif kesana kemari.
Satu lagi yang paling menyebalkan, orang-orang ini kebiasaan menelpon di kendaraan umum dengan suara yang super duper nyaring! Serasa kereta segerbong-gerbong milik nenek mereka kali ya?!
Kesalnya lagi, kadang mereka sengaja menyetel loudspeaker telepon sekalian bicara super keras. What's the point?! Sampai pernah suatu kali, seorang supir bus mesti menegor wanita paruh baya yang bicara super kencang saat menerima panggilan.
But, TRUST ME!!, kejadian ini malah sangat jarang terjadi ketika saya tinggal di Ghent. Pengguna kendaraan umum biasanya orang-orang Belgia asli yang super kalem dan taat. Saya rasis? Iya.
Komentar
Posting Komentar