Langsung ke konten utama

Semua Au Pair di Denmark Tinggal di Basement?


Ada cerita lucu dan sedikit offensive tentang tempat tinggal au pair di Denmark yang sebenarnya baru juga saya sadari.

Suatu hari saat saya dan teman-teman sedang makan malam di restoran, beberapa di antara kami ada yang menyinggung soal mengapa banyak sekali orang Denmark yang berlibur ke Thailand. Lalu seorang teman nyeletuk, "selain murah, biasanya mereka mencari perempuan. Satu lagi tuh, Filipina."

"Oh ya? Kenapa?" tanya saya pura-pura bego.

"Soalnya banyak pria Denmark yang bosan dan kesulitan cari perempuan disini. Kamu tahu kan, cewek-cewek Denmark sulitnya bukan main."

"Oh iya tuh, Filipina. Banyak yang liburan kesana, terus pulangnya bawa suvenir cewek-cewek Filipina untuk disimpan di-basement jadi au pair," kata seorang teman cowok lain secara santai.

"Ah, kamar kamu juga bukannya di basement ya?" tanya Ieva, teman cewek asal Latvia, yang saat itu di samping saya sembari nyengir kuda.

"Biiippp! Biiipp! Biiiippp!!" kata Dan, seorang teman cowok, tiba-tiba memperingatkan sesuatu. "Man, it's so offensive. She's an au pair," lanjutnya sambil melihat ke arah saya.

Teman cowok tadi yang memang sebenarnya tidak tahu saya au pair, jadi kelabakan dan tidak enak sendiri. Mukanya dari yang nyengar-nyengir jadi berubah tidak nyaman. Sebenarnya si cowok ini juga baru saya kenal hari itu dari si Dan.

"Tapi dia bukan orang Filipina kok. Dia orang Prancis. Tapi meskipun dia tinggal di basement, si keluarganya ini memang punya rumah yang super besar," ralat si cowok mencoba untuk tidak menyinggung saya lebih jauh.

Sebenarnya tidak ada kata-kata dia yang bermaksud menyinggung saya dan au pair lainnya. Tapi memang, kata-kata "jadi suvenir di-basement" cukup membuat saya bertanya-tanya. Saya tidak banyak memiliki teman au pair di Denmark, namun dari dua orang teman yang pernah saya kunjungi rumah keluarga angkatnya, kamar mereka memang juga berada di basement. 

Suatu kali, saya juga berkesempatan mengunjungi rumah seorang teman au pair yang baru saya kenal dan bertemu dengan teman au pair dia yang lainnya. Entah memang kebetulan atau tidak, 90% dari mereka mengatakan kalau kamar mereka juga berada di basement.

Sebenarnya kamar saya yang berada di basement serasa apartemen pribadi karena memiliki dapur, kamar mandi, hingga ruang gym sendiri. Privasi pun rasanya lebih terjaga karena serasa tinggal di goa. Lalu entah kenapa, sama seperti kamar teman-teman au pair lainnya, kamar tidur yang ada di basement biasanya lebih besar dari kamar utama dan kamar anak-anak si keluarga angkat.

Saya tidak menemukan ada yang salah dari kamar-kamar ini. Tapi memang iya, mengapa justru hampir semua kamar au pair di Denmark berada di bawah tanah?

Hingga satu hari, Vicky, teman Indonesia saya mengatakan kalau sebenarnya ilegal memiliki kamar tidur di basement. 

"Iya, Nin. Jadi keluarga aku ini ngomong, kalau sebenarnya basement tidak layak dijadikan kamar tidur. Di Denmark, kamar tidur yang berada di bawah tanah ilegal dan kalaupun ingin menjadikan basement sebagai kamar tidur, si keluarga ini mesti melapor dan membayar pajak properti lebih tinggi."

"Tapi kenapa ilegal ya? Bukannya kita disediakan ruangan pribadi dan kamar mandi sendiri?"

"Iya, memang. Tapi bayangkan saja, bawah tanah jadi kamar tidur? Sebenarnya kurang layak kan? Meskipun sudah diberi heater ataupun semua perabotan, tapi jatuhnya tetap saja tidak layak. Intinya si keluarga angkat harus melapor dulu dan membayar pajak mahal kalau ingin ada orang yang mendiami bawah tanah sebagai kamar tidur," tambahnya lagi.

Dari pengalaman ini, saya juga memperhatikan bahwa rumah-rumah di Denmark memang kebanyakan memiliki ruangan lain di bawah tanah. Karena temperatur suhu yang lembab, ruang bawah tanah justru sering digunakan sebagai ruang penyimpanan wine ataupun tempat cuci dan jemur pakaian.

Kalau pun ingin menambahkan ruangan tidur di bawah tanah, beberapa kebijakan harus diterapkan saat membangun ruangan tersebut. Seperti contohnya memiliki jendela yang cukup besar untuk memungkin si penghuni dapat keluar jika terjadi kebakaran, lalu juga memiliki ventilasi yang baik sebagai pertukaran udara, ataupun space yang luas agar tidak pengap.

Saya pribadi cukup bahagia dengan kamar bawah tanah yang sudah saya tempati hampir dua tahun ini. Meskipun, cukup banyak juga teman-teman non au pair yang sedikit lucu ketika tahu saya tinggal di bawah tanah. Secara keseluruhan, kamar saya cukup luas, jendelanya juga besar, kamar mandi hanya selemparan batu dari kamar tidur, hingga ruang nonton tv sangat luas yang sangat jarang dipakai keluarga ini.

Satu hal, menurut saya keberadaan jendela menjadi super krusial mengingat keadaan temperatur di bawah tanah yang kadang terlalu lembab. Minusnya, ruangan bawah tanah bisa jadi sangat berdebu dibandingkan ruangan lainnya.

Satu cerita pendek lain, karena berada di bawah tanah, biasanya pipa-pipa yang berada di ruangan atas tersambung di plafon ruangan bawah tanah. Karena saat itu pipa wastafel air di dapur atas sedang ada masalah, akhirnya keluarga saya memanggil tukang pipa untuk membersihkan sisa makanan yang menyumbat. Sialnya, entah apa yang terjadi, saat si tukang sedang menyedot pipa, kamar saya justru kebanjiran air dari lantai atas. Merembesnya dari mana? Dari plafon dan lelampuan! Karena insiden ini, saya mesti rela mengungsi dulu di ruang tv selama satu bulan sebelum akhirnya kamar saya benar-benar siap untuk dihuni kembali.

So, what do you think? Is it still illegal to have our own space and massive privacy?



Komentar

  1. Thats a new story for me, but it makes me also wonder why..

    Aku juga punya rencana buat ikut program Au Pair di Denmark dan dari sekian banyak profil host fam dari denmark yang aku liat, I wonder why many of them request for such a long period around 12-24 months and why some of them describe that the Au Pair will get their own privacy on the separated floor yang sekarang bikin aku bertanya-tanya karena sebenernya itu ilegal disana (as your friend said).

    Kalo boleh tau kamu tinggal di village, big city atau di kawaasain lain? dan selama 2 tahun Au Pair di Denmark apa kamu ngerasa mereka kaya keluarga sendiri atau lebih ngerasa kalo kamu lagi kerja disana?

    Your answer will means a lot to me (cause I'm about to make a decision to be an Au Pair in Denmark)

    Thanks so much:)

    BalasHapus
  2. Halo...

    Di Norwegia & Denmark, au pair emang bisa tinggal maksimum 24 bulan. Jadi daripada hf mesti gonta-ganti au pair tiap tahun, why not cuma punya satu au pair aja selama periode 24 bulan itu? Lagian cari au pair "yang bener" gak gampang and it takes time.

    "Separated floor" itu bisa bermakna luas. Bisa aja kamu tidur di ground floor & mereka di 2nd floor. Jadi gak selalu au pair tinggal di basement. Lagian, gak semua hf di Denmark me-ilegalkan basement mereka untuk ditinggali kok. Banyak juga basement yang udah legal dan layak tinggal. Jadi sebenernya, gak usah takut juga kalo punya kamar di basement. Tanyain aja dulu seperti apa tipe kamarnya, kalo kamu ragu :)

    Saya tinggal di suburb. FYI, sampe kapan pun, keluarga angkat tidak akan pernah bisa jadi keluarga. Kamu tetaplah "the outsider" yang gak akan bisa masuk circle mereka. Tapiiii.. jangan takut, hf yang baik biasanya akan respek, menghargai privasi, dan TIDAK AKAN PERNAH menganggap kamu hanya sebagai nanny/cleaning person di rumah mereka. It's more than that.

    Semoga membantu (:

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa