Langsung ke konten utama

Kembali Kreatif di Kelas Desain


Minggu ini adalah minggu terakhir kelas desain saya di Designskolen - Designmuseum Danmark. Sedih, tapi juga bahagia karena akhirnya bisa melihat hasil kerja semua siswa dari awal masuk hingga akhir musim.

Masuk sekolah desain memang impian saya dari tamat SMP. Yang dulu saya tahu, desain hanyalah seputar fashion dan mode. Tapi ternyata, sekolah desain lebih luas mencakup grafis, produk, tekstil, hingga perabotan.

Beberapa bulan sebelum kedatangan di Denmark, sebenarnya saya sudah mencari-cari kelas desain yang bisa saya ikuti di Kopenhagen. Sama seperti di Belgia dulu, saya juga ingin tetap kreatif meskipun sedang berada di negara orang. FYI, saya sempat mengikuti kelas menggambar akhir pekan sewaktu di Ghent. 

Awalnya, saya ingin mendaftar ke sekolah fashion milik seorang fashion designer terkenal, Margrethe-Skolen/Scandinavian Academy of Fashion Design. Sebelum ke Denmark pun, saya sudah bertanya dengan Louise, host mom saya, tentang keinginan yang ingin bolos seminggu sekali demi mengikuti kelas ini. Alhamdulillah, Louise setuju-setuju saja.

Sesampainya di Denmark, saya urungkan niat ke Margrethe-Skolen karena ternyata setelah dipikir-pikir biayanya cukup mahal. Sekolah fashion design yang cukup menarik lainnya adalah Fashion Design Akademiet. Tapi karena kelas menjahit lebih mahal, saya berniat mengambil kelas Fashion Illustration saja. Masih sekalian menimbang dan mencari, akhirnya ketertarikan saya lebih besar ke proyek-proyek kerja yang diadakan oleh Designskolen - Designmuseum Danmark.

Sebenarnya ada beberapa sekolah desain lain yang juga sama menariknya. Tapi sayangnya, biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Jujur saja, niat untuk masuk ke Designskolen pun mesti saya tahan satu tahun karena saya terlalu boros dan selalu kehabisan uang :p

Finally, di kelas musim semi 2017 saya benar-benar bisa mendaftar dan mengikuti kelas hingga akhir. To be honest, I am on a nine cloud! This is what I always dream of: learning design, not only theory but practical. I always miss doing something with my hands.

Sekolah desain ini sendiri adalah kelas yang diadakan oleh Designmuseum Danmark di Kopenhagen. Museum ini lebih fokus ke desain yang pamerannya selalu unik dan mengagumkan, dari mulai fashion hingga kursi-kursi kelas dunia yang didesain Finn Juhl, Arne Jacobsen, dan desainer kursi Denmark terkenal lainnya. Makanya kelas desain saya kali ini sangat beragam dan tidak hanya belajar soal fashion, tapi juga cara mendesain kursi hingga membuat pola di kain. 

This class is totally super fun! Kelasnya terbagi dari tiga angkatan; anak-anak, remaja, dan dewasa. Untuk kelas dewasa, diadakan setiap Rabu jam 18.30. Setiap musim hanya menerima maksimum 12-15 orang dan saya adalah satu-satunya orang berbahasa Inggris di musim ini. Bahasa pengantar selalu menggunakan bahasa Denmark, tapi Anders, pengajar kami, tidak sungkan untuk menjelaskan garis besarnya ke saya dalam bahasa Inggris. Untunglah saya sudah belajar bahasa Denmark selama satu tahun lebih, jadi masih ada beberapa frase dasar yang saya bisa ikuti.

Karena kelas desain sudah berakhir, berikut saya tampilkan foto-foto hasil proyek siswa di kelas saya yang sempat dijadikan pameran di sekolah. Enjoy! 








Oh ya, ada satu lagi hal menarik dari sekolah desain ini, mereka selalu mengundang desainer ataupun arsitek di setiap subjek. Pernah suatu kali, dua orang arsitek terkenal Denmark, Charlotte Carstensen dan Julie Dufour, datang untuk memberikan proyek chair exhibition design. Dalam 3 pertemuan, semua siswa diberikan peran sebagai desainer dan diberi kesempatan untuk mendesain sendiri sebuah ruangan pameran kursi.

Setelah proyek usai, Charlotte baru memberi tahu kalau ternyata semua hasil proyek siswa akan dipamerkan di Designmuseum Danmark. Oh my G! Tidak semua hasil seni dan desain seseorang bisa dipamerkan di museum seterkenal ini. Seperti kata seorang teman sekelas saya, "kapan lagi hasil karya kita bisa masuk pameran? It's only once in a lifetime!"


Setelah kelas desain ini berakhir, Anders, pengajar kami berharap kalau semua siswa tetap menjadi kreatif dan selalu terhubung dengan ide-ide segar. Walau bagaimana pun setiap sudut Kopenhagen bisa jadi sumber inspirasi dan kelas, tidak hanya di ruang workshop. I agree!

Bagi kalian yang juga ingin belajar ilmu baru selagi di negara orang, just go for it! Kapan lagi belajar langsung dari ahlinya? It's time to learn dan discover something new. It might be a bit pricey, but trust me, it's going to be worth it! 



Komentar

  1. kak nin kalo ikut kelas gitu ditanggung sendiri apa sama hf? aku seneng bgt baca2 blog kaka.. kebetulan aku anak desain interior dan aku pgn ikutan au pair buat batu loncatan aku nyari pengalaman tth interior di denmark. makasih kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Laras, hf cuma bayarin kursus bahasa aja. Di luar itu, au pair mesti sendiri. Tapi kayaknya kamu bener-bener harus ke daerah-daerah Skandinavia deh. Desainnya simpel banget tapi super elegan ;)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar