Langsung ke konten utama

Kamu Masak, Saya Minum Wine


Hari ini kencan ketiga saya dengan Bunny. Setelah sebelumnya doi dipaksa harus masak makan malam, hari ini saya juga sedikit memaksa Bunny untuk masak sesuatu kalau ingin rumahnya dikunjungi lagi.

Sebenarnya saya sudah sedikit paham level masak Bunny. Karena tidak suka masak, sekalinya masak, lama sekali! Di kencan kedua lalu, Bunny dengan rela membuka kembali buku masakan Jamie Oliver yang katanya sudah bertahun-tahun tidak dibuka. Untuk spaghetti bolognese yang simpelnya bukan main, doi membutuhkan waktu dua jam! Padahal kalau saya yang masak, 15 menit kelar!

"Kamu yakin mau masak lagi?" tanya saya sekali lagi masih tidak yakin.

"Iya. I love cooking you something."

"Ah males, it would be long again."

"I'll try to find something simple," katanya masih niat.

Cowok Eropa memang paling suka mengundang cewek ke rumah dengan embel-embel makan malam menu masakan si cowok. Selain hemat, kadang gaya kencan seperti ini dirasa lebih romantis dan sweet. Tak jarang lho, cowok-cowok Eropa punya skill masak di atas rata-rata.

Tapi meskipun si Bunny bukan cowok yang pinter masak, tapi niat dia patut saya acungi jempol. Dari siang, si doi kabarnya sudah belanja ke supermarket demi melengkapi bahan masakan.

"I make cream soup," katanya via WhatsApp.

"Wihh, enak tuh sepertinya. I love soup!"

"I hope it's gonna be delicious, though I'm not that so proud of what I have made. Sepertinya tidak terlalu sesuai ekspektasi."

"That's fine. You've tried your best! Saya sampai setengah jam lagi. Ada titipan?"

"Bisa minta tolong bawa baguette? Lupa beli tadi. Pas kamu datang, supnya sudah jadi."

Empat puluh menit kemudian, saya menghubungi Bunny untuk menjemput ke lantai dasar. Maklum, bel kamarnya lagi rusak, jadi mau tidak mau doi harus turun juga ke bawah.

"Is it done?" tanya saya sambil membututinya ke ruangan.

"Uhmmm.. in ten minutes."

"Belum jadi juga? Sudah jam setengah 8 ini. Huhu."

"Easy. Cuma sebentar kok." Bunny membuka pintu kulkas, "look! I have bought wine as you requested; fresh and a bit sweet."

Saya juga membuka tas, "look! Two bottles of expensive wine from Brian!"

"Whaaat?? So, we have THREE? Are we gonna be drunk tonight?!"

Saya menaikkan bahu, "maybe."

Karena tahu akan makan malam di rumahnya lagi, saya memang minta Bunny untuk menyediakan sebotol wine. Tamu tidak tahu diri ya. Memang. Tapi karena si Bunny tidak ada pembuka botol wine, saya akhirnya terpaksa meminjam ke Louise.

"Kamu minum wine?" tanya Brian kaget ketika Louise malah bertanya balik padanya tentang keberadaan pembuka wine di rumah.

"Kadang, kalau lagi hang out dengan teman."

"Kalau kamu mau, bawa saja wine di basement," kata Brian sambil menyuruh saya mengikutinya ke ruang penyimpanan wine.

Saya tahu betul, host family saya di Denmark ini persediaan wine-nya berbotol-botol tapi tidak pernah diminum. Jangankan alkohol, Louise dan Brian pun tidak pernah terlihat minum kopi ataupun teh. Favorit mereka hanya satu, Pepsi atau Coca Cola zero sugar.

"Berapa orang yang mau minum-minum?" tanya Brian lagi.

"Lima orang. Cewek semua," jawab saya bohong.

"Ini, bawa saja dua botol. Dua-duanya sama-sama enak dan mahal. I think your friends would like them."

"Do you want to try my cheap wine first?" Bunny mengambil gelas dan menunggu reaksi saya. "Sambil menunggu supnya, kamu boleh minum duluan."

"Yes, please!"


Info tambahan:
Di kencan keempat, lagi-lagi Bunny membuatkan saya makan malam kari domba resepnya Jamie Oliver. Karena dari belanja hingga masak saya temani, tanpa mau dibantu sedikit pun di dapur, tak tanggung-tanggung saya harus menunggu selama tiga jam sampai masakannya benar-benar selesai! Oh Bunny....



Komentar

  1. damn,,,, i love bunny.LoL ^_^

    BalasHapus
  2. Ceritanya banyakin tentang bunny 😂❤️❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh.. si Bunny punya fans baru nih kayaknya ;)

      Hapus
  3. Bunny itu nama asli kah? Sori nih reader baru hihihi

    BalasHapus
  4. Aww... he's so cute
    Love Bunny... hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. Ini satu lagi fans-nya Bunny nih kayaknya ;>

      Hapus
  5. Cerita versi bunny banyakinlah kak biar seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaahh.. kamu mah mesti bacain postingan aku yang baru2. Udah ada “yang baru” sekarang ;)

      Hapus
    2. kak cerita tentang Mumu banyakin donggg :D

      Hapus
  6. kalau aku suka ceritanya Mici walau dia pelit wkkw

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika