Langsung ke konten utama

Izin Tinggal Norwegia Saya Akhirnya Granted!


February brings perennials after a long halt!

Sure, February brings the good news. Setelah akhirnya harus menunggu lebih dari 3 bulan, kabar mengenai izin tinggal Norwegia saya granted juga.

Dua kali mengurus aplikasi au pair di dua negara, baru sekalinya ini saya merasa was-was, deg-degan, plus mesti merepotkan banyak orang. Sayangnya, karena keputusan dari UDI baru diterima  awal Februari, saya dan keluarga di Oslo harus menunggu lebih lama lagi sebelum visa Norwegia betul-betul tertempel di paspor. Padahal kemarin harusnya awal Februari sudah harus ke Oslo.

Tips dari saya, tidak usah apply via Konsulat Jenderal Norwegia di Denpasar dan Medan. Demi menghemat waktu dan biaya, akan lebih baik kalau langsung apply saja via VFS Global di Jakarta. Karena tidak perlu syarat biometrik, dokumen bisa dikirimkan ke kantor mereka dan langsung bisa diproses.

Jujur saja, saya sangat menyesal harus mengurus dokumen di Denpasar dulu. Proses menunggunya panjang sekali. Belum lagi kantor disana hanya buka dua kali seminggu. Duh!

Begini proses dan catatan kecil saya hingga granted:

31 Oktober - Menyerahkan dokumen ke Denpasar

8 November - Katanya dokumen saya baru dikirimkan ke Jakarta

22 November - Dokumen saya baru diterima kedubes dan diregistrasi

29 November - Dapat email dari UDI kalau aplikasi saya sudah diterima dan sedang menunggu untuk diproses

22 Januari - Dapat email dari UDI kalau aplikasi saya belum selesai diproses

31 Januari - Residence permit saya granted

Dari penjelasan UDI, aplikasi saya baru terhitung "diterima" ketika Kedubes Norwegia meregistrasi di sistem mereka. Jadi 3 minggu sebelumnya dari saya menyerahkan di Denpasar is totally useless alias sama sekali tidak dihitung.

Kalau mau dihitung, dari kedubes di Jakarta menerima aplikasi saya hingga residence permit granted, memang memerlukan waktu 2 bulanan. Kata petugas UDI, aplikasi saya sebenarnya bisa selesai tepat waktu (22 Januari). Tapi karena dipotong hari libur Natal & Tahun Baru serta sempat kekurangan staf, makanya mereka butuh waktu satu minggu lebih lama.

Anyway, meskipun sudah granted, tapi visa saya belum bisa dicetak karena paspor belum dikembalikan ke kedubes setelah dipinjam dulu. Karena kedubes di Jakarta tidak mau bertanggungjawab atas kehilangan paspor, plus data saya terekam di Denpasar, saya tidak boleh direct post si paspor ke kedubes. Mereka menyarankan saya datang sendiri ke kedubes untuk mengembalikan paspor, atau sila kirim kembali ke Denpasar biar staf disana yang akan mengirim ke Jakarta.

To be perfectly honest, saya tidak percaya lagi dengan hitungan waktu kerja di Denpasar. Jam buka yang tidak fleksibel membuat saya ketar-ketir kalau harus berurusan lagi dengan mereka. Bisa-bisa visa baru sampai di tangan 2 minggu kemudian.

Mau tidak mau, saya merepotkan beberapa teman di Jakarta yang bersedia mengembalikan dan mengambil paspor saya kembali. Seriously, it takes much more time, effort, and money! Tapi mau bagaimana lagi, beginilah nasib anak Palembang yang apply di Denpasar, tapi semua tanggung jawab dan urusan ada di Jakarta.


Catatan:
Kalau ada yang tanya beda izin tinggal dan visa itu apa, begini penjelasannya! Jadi izin tinggal itu dikeluarkan oleh imigrasi Norwegia, sementara visa dikeluarkan oleh Kedubes Norwegia. Visa baru bisa dikeluarkan kalau kedubes menerima keputusan dari Norwegia bahwa izin tinggal sudah granted. Visa dicetak sebagai alat masuk Schengen Area, sementara keputusan izin tinggal dari UDI digunakan untuk membuat ID card setibanya di Norwegia.

Setelah izin tinggal disetujui oleh UDI, lalu kebetulan host family juga sudah membelikan tiket dan tahu kapan akan tiba di Norwegia, ada baiknya segera booking janji biometrik di kantor polisi terdekat. Normalnya, au pair bisa membuat janji temu maksimal 7 hari setelah tiba di Norwegia. Tapi karena kantor polisi sering penuh, booking in advance sangat dianjurkan agar kartu ID kita cepat selesai. Proses booking janji temu bisa dilakukan melalui aplikasi portal yang sebelumnya digunakan saat membuat aplikasi (https://selfservice.udi.no/).


UPDATE!
Per tanggal 1 Januari 2018, biaya aplikasi izin tinggal jangka panjang ke Norwegia naik jadi 5300 NOK (>9 juta) yang sepenuhnya merupakan kewajiban au pair. Kalau memang ingin jadi au pair di Norwegia, coba tunggu hingga Oktober 2018. Setiap satu atau dua tahun sekali, biasanya pemerintah Norwegia akan menaikkan pocket money au pair sebanding dengan biaya aplikasi. Siapa tahu kan, akhir tahun ini duit saku au pair di Norwegia bisa naik jadi 7000 NOK (sebelum pajak).



Komentar

  1. Wuaahhh selamat yah kak Nin! Akhirnya. Semoga lancar yah kak perjalanannya ke Oslo ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Zee ;>
      Sukses juga buat aplikasi kamu ya. Sampe ketemu di Oslo! :D

      Hapus
  2. Wahhh keren! Selamat ya ikut senang :) kebetulan aku juga ingin sekali mengunjungi Norwegia :( tapi masih di bangku SMA tingkat akhir. Jadi tahun ini saya lulus, apakah kalau jadi mahasiswa masih bisa ikut Au Pair?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Putri :)

      Bisa kok. Tapi rata-rata kontrak di Norwegia 2 tahun. Siap kamu stop out kelamaan begitu? :D

      Hapus
  3. Hallo kaaa, thanks for this. aku sekarang lg pengurusan dokumen dan bingung ttg udi form. jika kamu ga keberatan boelh aku minta email kamu?

    BalasHapus
  4. sebaiknya pesan tiket dan tiba di norway berapa lama ya setelah visa granted?

    BalasHapus
    Balasan

    1. Visa granted sesuai dengan tanggal mulai kontrak kerja kamu. Kalo pun gak pas banget, biasanya gak jauh dari tanggal yang udah kamu tetapin sama hf di kontrak.

      Pesen tiket mendingan tunggu sampe keputusan dari UDI pasti. Soalnya ada beberapa kasus, aplikasinya tertunda lama banget dari initial contract.

      Hapus
  5. Hi kak, aku mampir lagi :D
    Boleh tau nggak kak yg bikin kk merasa deg2an plus was2 itu apa? Karena ketakutan izin tinggalnya nggak granted atau karna waktu tunggunya yg lama? Soalnya saat ini aku juga lagi nunggu keputusan dari UDI nih. Agak deg2an juga hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Alisa :)

      Iya. Karena kemaren itu aku apply-nya dari Denpasar. Lalu harus ambil paspor juga karena mau liburan ke Cina. Jadi prosesnya kesana kemari, gak tau bakalan on time apa gak. Jadi bukan was2 di imigrasinya sih, tapi ke teknis :)

      Kamu mau jadi au pair di Norwegia? Berkabar aja ya kalo mau menjalin pertemanan ke sesama au pair Indonesia di sini. Pastikan juga host family kamu salah satunya BUKAN orang Indonesia, karena 100% aplikasi kamu bakalan ditolak!

      Good luuuuck dan selamat menunggu ;)

      Hapus
    2. Eh kk udah bales komentarku. Untung aku buka lagi blognya :D
      Tumben nggak ada pemberitahuan lewat email?:/

      Iya kak kebetulan dapet hfnya di Norway dari EnergyAupair dan calon hfku itu hfnya kak Suci. Kk kenal kak Suci?

      Tgl 4 Desember kemarin aplikasiku masih waiting to be processed. Semoga Januari atau awal February udah granted.

      Aamiin.. Makasih kak!:)

      Hapus
    3. Ooohh kamu penggantinya Suci. Iya kenal, karena orang Indonesia yg jadi au pair di Indonesia cuma beberapa biji kok.

      Anyway, tau kan skrg prosesnya 4 bulan? Jadi kalo kamu baru apply Desember ini, dipastikan bakalan jadi paling gak bulan April.

      Selamat menunggu 😁

      Hapus
  6. Iyap betul!

    Aku applynya dari tgl 24 October kak 😁

    Iya ternyata harus sabar nunggunya 😌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aah! Aku paham; maksudnya status DI BULAN Desember ya, bukan mulai apply-nya. Semoga Februari akhir udah dapet kabar ya. Tapi kalo dihitung sih, pas aja kayaknya sama keberangkatan Suci :)

      Hapus
    2. Nah iyaaa, itu maksudnya haha..

      Eh tapi contract ku dimulainya tgl 17 Feb kak. Misalkan izin tinggalnya keluar Feb akhir berarti buat ulang tgl contract nya ya? Atau gimana tuh? Sebelumnya kk sensitive pernah denger ada au pair yg ngalamin hal kayak gitu nggak sih kak?

      Hapus
    3. Gak ada hubungan sama kontrak. Kalo aplikasi kamu disetujui, ya langsung aja ke Norwe. Kapan pun.

      Hapus
  7. Itu mau ngetik sendiri kenapa malah jadi sensitive 😂

    Ooh begitu. Ok deh. Thanks kak informasinya! Amat sangat membantu:) At least aku merasa lebih tenang nunggunya. Entah kenapa 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan kontak aku aja via DM di atas. Ntar bisa aku masukin ke grup, kalo kamu mau nanya2 lagi :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar