Langsung ke konten utama

Mengapa Saya Menulis Blog


Ini blog header tahun 2014 saat masih di Belgia. Belum ada rencana lanjut ke Denmark saat itu, tapi saya merasa sudah sangat suka dengan Eropa Utara.

Sebenarnya saya sudah mengenal blogging sejak tahun 2005. Namun blog pertama baru dibuat 5 tahun kemudian karena kewajiban tugas mata kuliah IT. Dulu yang saya tahu, blog hanya dijadikan tempat curhat menumpahkan isi hati dan pikiran. Tapi karena saya anaknya tidak terlalu suka curhat, miskin ide, dan tidak tahu apa yang harus ditulis, postingan blog pertama hanyalah berisi gambar-gambar artis Korea. Itu pun setelahnya terbengkalai karena mata kuliah IT kelar.

Beberapa tahun berikutnya, saya termotivasi menulis lagi dengan tema dan domain yang berbeda. Saat itu saya sedang giat-giatnya belajar bahasa asing dan bermimpi untuk keliling dunia. Makanya kalau kalian liat postingan awal blog ini, isinya sedikit random. Mulai dari tips belajar bahasa asing sampai sesuatu berbau luar negeri.

Pertama membuat nama pun harus berpikir panjang. Nama apa yang cocok menggambarkan isi tema blog dan terkesan unik. Lahirlah Art och Lingua dengan banyak hyphens sebagai domain. Maklum, saya dulu tidak paham SEO atau trafik. Pun tidak berniat menjadikan blog saya sebagai bahan bacaan harian untuk orang. Ingat sekali, dulu hanya 7 pembaca yang datang ke blog ini setiap bulan. Tidak peduli soal nama yang aneh dan sulit diingat, saya akhirnya stick to that name sampai sekarang.

Tahun 2014 saat berencana ke Belgia dan bingung harus mulai mengurus visa dari mana, tidak ada yang bisa dilakukan selain mencari informasi via internet. Dulu informasi di internet kurang jelas. Kebanyakan blogger hanya membahas pengalaman dan enaknya jadi au pair di Jerman, Prancis, dan Belanda saja. Tiga negara ini memang sangat populer bagi au pair Indonesia dari dulu.

Beruntung, saya menemukan satu-satunya informasi lewat blog milik Alfi Yusrina (sekarang jadi teman saya) yang membahas tentang pengurusan visa au pair ke Belgia. Bagai oase, saya merasa tulisan tersebut sangat membantu menemukan jalan sampai Belgia. Thanks a lot, Alfi!

Dari minimnya informasi di internet itulah, saya bertekad, kalau memang mendapatkan kesempatan ke Eropa, saya ingin menceritakan semua pengalaman lewat tulisan dari nol. Dari pengalaman bahagia sampai pengalaman terburuk sekali pun. Saya yakin, setiap hari ada puluhan bahkan ratusan orang Indonesia yang ingin tahu step-by-step menjadi au pair dan penasaran dengan kehidupan di luar negeri. Banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana, hingga tidak tahu kemana harus mengajukan visa.

Sampai Belgia, saya patahkan mitos-mitos keseruan jadi au pair yang selama ini diceritakan para blogger di internet. Au pair is not a fairy tale! Banyak suka duka dan pengalamannya tidak hanya sebatas jalan-jalan atau cultural exchange saja.

Saya tidak menyangka bahwa tulisan apa adanya tentang pengalaman jadi au pair membawa trafik yang tinggi dari tahun ke tahun. Yang dulu blog saya hanya dibaca oleh 7 orang per bulan, sekarang sudah menembus angka lebih dari 6.000 pengunjung. Luas biasa rasa ingin tahu orang Indonesia!

Mungkin orang berpikir, “ahh 6.000 pengunjung per bulan mah masih sedikit! Gampang!” Iya, bagi Anda. Namun bagi saya yang hanya menyajikan konten au pair tanpa promosi ini, angka tersebut luar biasa karena lebih dari setengahnya adalah organic visitors!

Sejujurnya, saya paling payah soal marketing dan promosi. Saya jarang bahkan hampir tidak pernah promosi tulisan lewat sosial media selain Google+. Hampir semua pengunjung blog ini pun datang sendiri via mesin pencari karena memang mencari konten yang dibutuhkan. Sebuah kebahagian karena ternyata blog posts saya bisa menjawab rasa ingin tahu mereka.

Tujuan saya menulis blog murni berniat ingin berbagi informasi untuk orang banyak. Saya pernah ada di posisi kebingungan dan miskin jalan keluar. Jadi kalau saya memiliki informasi yang dibutuhkan orang dan mampu menulis, kenapa tidak dibagikan lewat tulisan? Syukur-syukur tulisan tersebut membawa inspirasi dan manfaat bagi pembaca.

Bahkan, karena sudah terlalu nyaman blogging, saya tidak tertarik ikut tren vlogging yang lebih bisa mendeskripsikan luar negeri lewat video. Saya ingin orang Indonesia lebih mandiri dan mau membaca, tidak hanya nongkrong di Youtube. Saya juga tidak ingin terlalu haus views atau subscribers. Lagipula, video editing itu melelahkan. Apalagi saya termasuk orang yang perfeksionis dalam proses editing.

Meskipun tidak menghasilkan uang, tapi blog ini banyak mempertemukan saya dengan blog readers yang ujung-ujungnya jadi teman. Dari yang penasaran tentang pengurusan visa, pengalaman au pair, hingga curhat soal kisah cintanya dengan cowok EropaIt’s so wonderful, isn't it? 

Terima kasih yang sudah mau menyempatkan mampir dan membaca cerita-cerita saya disini. Karena kalian, saya berusaha belajar coding sederhana agar tampilan blog ini lebih segar. Karena kalian juga lah, saya terus termotivasi menemukan ide kreatif untuk dituangkan menjadi cerita.

Cheers!


Komentar

  1. yeaayy finally ad yg baru ;)
    teruskan nin tulis blog dan sharingnya. karena untuk saya pribadi this is really helpful dan beneran memotivasi banget. plus bloggernya ramah. hehe
    have a nice day!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you banget, Elisa :)
      Beneran deh, kamu juga yang bikin aku terus termotivasi menulis. Makasih udah mampir dan mau baca2 :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika