Salah satu perks of being an au pair itu adalah bisa jalan-jalan gratis alias "dinas" atau "business trip" ke luar dan dalam negeri dengan keluarga angkat. Pengalamannya tentu saja banyak, bisa diajak melihat tempat-tempat anti mainstream yang mungkin tidak akan pernah kita singgahi kalau harus travelling sendiri, tiket PP gratis, serta ikut kecipratan fasilitas hotel mewah kalau memang beruntung mendapatkan keluarga Eropa yang kaya raya. Kadang kalau keluarganya baik, uang saku saat liburan pun ikut ditambah.
Contohnya saja Vicky, eks au pair Denmark, yang sempat dibawa "dinas" ke Dubai selama 7 hari menemani host family. Kegiatan sehari-harinya hanya berjemur seksi di pantai atau hotel berbintang karena mengikuti gaya liburan keluarganya yang santai.
Ada lagi Anggi, eks au pair Belgia, yang beruntung tinggal bersama keluarga Belanda kaya raya yang sering diajak travelling menggunakan jet pribadi. Dari penginapan dan makan sehari-hari di restoran semuanya ditanggung tanpa takut kelaparan. Tidak suka makanan restoran, boleh pesan menu di hotel yang juga masuk ke bill keluarga. Kegiatan dinas juga tidak hanya menemani host kids di pantai Spanyol, tapi juga ber-ski di Austria. Lucky? Iya.
Dari dulu sebetulnya saya paling tidak berminat diajak liburan oleh keluarga angkat. Daripada liburan masih harus bertemu mereka, saya lebih memilih doing nothing at home atau hang out di kota dengan teman dekat. Di Norwegia, entah harus bersyukur atau terus mengeluh karena dinas keluar Oslo sudah jadi jadwal saya setiap bulan. Yep, you read it right! Setiap bulan jalan-jalan dan tidak pernah mantap di Oslo!
Selain host family saya punya 3 rumah di Norwegia yang harus didatangi tiap akhir pekan, mereka juga memiliki pulau pribadi dan villa di Prancis yang rutin dikunjungi setiap tahun. Karena keluarga saya ini juga experienced skiers yang harus selalu naik gunung untuk berski ria, mau tidak mau saya selalu diajak kerja pindah-pindah.
BUT!! Tidak semua perjalanan dinas ke tempat-tempat jaw-dropping selalu menyenangkan. None of these (lucky) au pairs told you exactly how did they feel!
1. Working more
Meskipun mungkin terhindar dari rutinitas harian semisal laundry dan memasak karena semuanya jadi servis hotel, namun tidak untuk babysitting. Kebanyakan orang tua biasanya hanya ingin menikmati liburan tanpa harus 24/7 bersama anak, makanya au pair ikut dibawa. Tak heran, kadang au pair sampai harus tidur sekamar dengan balita hanya karena orang tuanya masih sibuk clubbing.
2. No holiday for you
Judulnya memang "liburan", tapi itu sebetulnya liburan host family. Bagi sebagian au pair, liburan dengan host family bisa berarti kerja rodi! Keluarga yang masih punya anak kecil biasanya paling butuh bantuan ekstra saat liburan. Makanya agenda kita ikut mereka pun bukanlah berfoto-foto ria memakai outfit ceria hanya untuk dipamerkan di sosial media, tapi tetap harus dorong stroller dan ganti popok balita. Tentu saja ada kalanya si keluarga ini memberikan kita waktu luang menikmati kota dan jalan sebentar ke taman, tapi sesungguhnya rutinitas kita tidaklah berbeda dari tugas harian yang hanya pindah tempat saja. This is how "business trip" works, bukan?
3. Terbatasnya privasi
Namanya juga "sudah dianggap seperti keluarga sendiri", jadi kadang tidak ada lagi batas privasi antara kita dan keluarga. Kembali ke poin pertama, kadang au pair harus tidur sekamar bersama host kids hanya karena orang tua mereka ingin punya kamar sendiri dan child-free saat liburan. Ada lagi au pair yang merasa canggung karena harus ikut makan 3 kali sehari dengan host family di restoran, padahal kadang inginnya lari ke Mekdi.
4. Susah keluar
Enak kalau diajak dinas ke daerah tak jauh dari keramaian ataupun akses ke transportasi umumnya gampang. Setidaknya kita bisa melarikan diri sebentar ke pusat kota hanya untuk cuci mata ataupun ngopi santai tanpa harus selalu berkutat dengan host kids. Faktanya, tidak semua keluarga kaya raya suka dengan kota-kota besar seperti Paris dan Barcelona.
Keluarga saya termasuk tipe orang yang menyukai daerah tenang, pinggiran, dan sangat dekat dengan alam. Bagi mereka memang menyenangkan karena tak harus berdesakkan dengan turis, namun bagi saya, seperti penjara. Saya sering kali diajak ke villa pribadi mereka di atas perbukitan Prancis Selatan yang luar biasa megah, otentik, serta punya kolam renang dan lapangan tenis sendiri. Kanan kiri hanya hutan dan bukit yang sungguh cantik. Tempat ini juga jadi venue resepsi pernikahan host parents saya yang mengundang hampir 80 orang. Awalnya saya tidak berhenti mengagumi tempat ini, lama-lama muak juga.
Ingin ke pusat kota, harus jalan kaki turun bukit sekitar satu jam dulu atau mau tidak mau harus menggunakan kendaraan pribadi. Miskin hiburan untuk anak muda. Belum lagi transportasi umumnya sangat jarang dan membutuhkan waktu 40 menit lagi untuk sampai ke kota yang lebih besar. Saya suka hiking, tapi kalau harus selalu menjelajah tempat ini sendiri, saya bosan.
5. Menunggu pulang
Keluarga Eropa yang kaya raya itu liburannya tidak sebentar karena mereka memang menikmati semaksimal mungkin atmosfir daerah yang berbeda jauh dari kota asal. Paling cepat semingguan, paling lama bisa satu bulanan. Hari pertama sampai ketiga mungkin para au pair ini masih semangat selfie, foto kanan kiri, dan penasaran ingin menjajakkan kaki kesana-sini. Esok-esoknya, hari terasa sangat lama karena mulai merindukan teman atau pacar.
Mau bagaimana lagi, yang liburan memang si keluarga dan kita hanya kecipratan asiknya saja. In the end, kita hanyalah sendiri menikmati fasilitas mewah dan kecantikan kota yang tersajikan di depan mata. Kalau sudah seperti ini, yang ditunggu hanyalah hari kepulangan.
Bagi kalian para au pair, kalau memang ditawari host family liburan bersama, coba saja tanyakan dulu prosedur kerjanya bagaimana sebelum mengiyakan. Apakah ini murni liburan gratis, berbayar, ataukah kita masih perlu kerja disana? Tidak semua keluarga akan menyewa hotel berbintang, karena beberapa juga lebih memilih villa atau rumah tinggal.
Menurut saya, liburan atau dinas dengan keluaga yang anaknya sudah cukup besar akan lebih menguntungkan. Kegiatan kita bukan babysitting, tapi lebih beraktifitas bersama. Seperti contohnya teman saya, Mira, au pair Denmark, yang beruntung diajak ber-ski ke Norwegia sampai dihadiahi pakaian ski lengkap oleh keluarga angkatnya. Seru memang! Tapi sayangnya, perasaan kesepian seperti orang asing tidak akan sepenuhnya bisa hilang meskipun kita sedang telentang cantik di Amalfi ataupun menyesap kopi hangat di Rio de Janeiro.
5. Menunggu pulang
Keluarga Eropa yang kaya raya itu liburannya tidak sebentar karena mereka memang menikmati semaksimal mungkin atmosfir daerah yang berbeda jauh dari kota asal. Paling cepat semingguan, paling lama bisa satu bulanan. Hari pertama sampai ketiga mungkin para au pair ini masih semangat selfie, foto kanan kiri, dan penasaran ingin menjajakkan kaki kesana-sini. Esok-esoknya, hari terasa sangat lama karena mulai merindukan teman atau pacar.
Mau bagaimana lagi, yang liburan memang si keluarga dan kita hanya kecipratan asiknya saja. In the end, kita hanyalah sendiri menikmati fasilitas mewah dan kecantikan kota yang tersajikan di depan mata. Kalau sudah seperti ini, yang ditunggu hanyalah hari kepulangan.
Bagi kalian para au pair, kalau memang ditawari host family liburan bersama, coba saja tanyakan dulu prosedur kerjanya bagaimana sebelum mengiyakan. Apakah ini murni liburan gratis, berbayar, ataukah kita masih perlu kerja disana? Tidak semua keluarga akan menyewa hotel berbintang, karena beberapa juga lebih memilih villa atau rumah tinggal.
Menurut saya, liburan atau dinas dengan keluaga yang anaknya sudah cukup besar akan lebih menguntungkan. Kegiatan kita bukan babysitting, tapi lebih beraktifitas bersama. Seperti contohnya teman saya, Mira, au pair Denmark, yang beruntung diajak ber-ski ke Norwegia sampai dihadiahi pakaian ski lengkap oleh keluarga angkatnya. Seru memang! Tapi sayangnya, perasaan kesepian seperti orang asing tidak akan sepenuhnya bisa hilang meskipun kita sedang telentang cantik di Amalfi ataupun menyesap kopi hangat di Rio de Janeiro.
😂 😂 😂 Yaaa yg kamu alamin pas di villa di pedalaman itu ya yg aku alamin di sini setiap hari. Makanua di rumah mulu, sekalian nabung sih tp udh buat planning mau trip ke mana 🤣😠jadi ndak gila bhahaha
BalasHapusYahh.. kamu sih ah, rejekinya emang di atas gunung ;p
HapusGapapalah. Siapa tahu 2 tahun ini tabungannya udah >100k NOK. Yes.
Hahaha itu mah bukan aku bgt x.x, aku nabung buat di pake hura2 pas liburan tiba 😅
HapusSetuju!! Sebelum liburan harus tanya ke hf, nanti kita tidurnya dimana, makannya gimana,jadwalnya gimana ,dapat "libur" ato nggak.
BalasHapusJangan kelewat senang dulu bisa jalan2 gratis,yang ada malah kerja rodi 24/7 #curcol 😂.
Remember,it's their holiday not yours! But still, Be grateful!!
Tips berguna dari mantan au pair nih :p
Hapus