Langsung ke konten utama

Cari Kontrakan Baru di Oslo


Nasib saya di awal tahun ini sebelumnya cukup abu-abu. Setelah nihil akomodasi dan tidak punya alamat lagi per awal Desember tahun lalu, saya cukup dipusingkan kemana akan tinggal setelah kembali lagi ke Oslo. Awal Desember saya sudah harus hengkang bantu host family pindahan ke Swiss sebelum pulang ke Indonesia sampai awal Januari. Intinya, saya sudah kehilangan waktu untuk datang ke room viewing.

Di Norwegia, beberapa pemilik apartemen atau kamar biasanya mewajibkan calon penyewa datang dulu ke lokasi dan melihat langsung kamar, sebelum akhirnya memutuskan. Selain itu, biasanya dari pihak pemilik juga ingin melihat langsung si penyewa ini orangnya seperti apa. Meskipun, ada juga banyak kamar yang bisa disewakan tanpa kita perlu datang langsung tapi cukup lewat video call. Intinya, karena dari awal Desember sampai awal Januari saya tak berada di Oslo, hal ini cukup memberatkan untuk datang langsung melihat hunian.

Ngomong-ngomong, saya ingin cerita dulu tentang banyaknya istilah akomodasi di Norwegia ini. Kali ini saya hanya akan fokus ke kamar saja, bukan rumah atau apartemen, karena daftarnya akan sangat panjang. Di sini, kalau kita menyewa satu kamar di dalam apartemen yang juga dihuni oleh 2-5 orang lainnya, itu disebut hybel atau bofellesskap. Jika kita memilih kamar yang ada di student residence (studentbolig), biasanya hanya disebut rom atau kamar. Bedanya apa dengan dormitory (asrama mahasiswa)? Dormitory biasanya disewakan hanya bagi semua mahasiswa yang berkuliah di satu kampus tertentu. Sementara ‘rom’ di Norwegia ini, bisa dihuni oleh semua mahasiswa campuran dan tak harus berkuliah di satu kampus yang sama.

Dari awal Desember, saya mencari-cari kamar/hybel yang disewakan lewat Finn.no, situs paling lengkap di Norwegia untuk cari barang bekas, properti, atau lowongan pekerjaan. Kamar yang diiklankan lewat Finn.no tentunya tak terlalu banyak dan hampir semua harga sewanya di atas kemampuan saya. Padahal kamarnya super kecil, tak berperabot, serta semua fasilitas lain dibagi dengan penghuni kamar lainnya. Cari kamar ini juga sebetulnya tak mudah karena sistemnya kompetisi. Bukan berarti siapa cepat dia dapat, tapi tergantung si pemilik, seberapa tertariknya mereka dengan kita. Beberapa aplikasi saya banyak yang tak direspon atau bahkan ditolak. Jadinya memang ekstra sabar untuk cari kontrakan kamar ini.


Sempat putus asa, saya kadang berpikir untuk sewa ranjang di hostel saja sampai satu bulan. Tapi tinggal di hostel juga tak efektif karena sangat minim privasi, apalagi harus tinggal dengan 10 orang lainnya di satu kamar.

Beberapa teman di kampus menyarankan untuk daftar student housing ke situsnya SiO, organisasi welfare pelajar yang juga meliputi akomodasi mahasiswa di Oslo. Katanya harus cepat, apalagi semester baru di awal Januari akan segera dimulai dan kemungkinan banyak kamar segera terisi penuh. Tak banyak ekspektasi, saya mendaftar ke SiO dan memilih 6 jenis kamar berdasarkan isi kantong dan prioritas. Karena tak ingin repot angkut perabotan, saya juga memilih semua jenis kamar berperabot. Untuk mahasiswa asing, memang sangat disarankan untuk memilih kamar yang sudah berperabotan lengkap tanpa perlu repot beli ini itu karena masa tinggal yang cukup singkat.

Daftar tanggal 4 Desember, secara mengejutkan saya sudah dapat konfirmasi dua hari kemudian dengan email berisi offering di salah satu kamar yang saya pilih di Kringsjå Student Village. Wow! Saya kira prosesnya bisa sangat lama dan posisi saya berada di waiting list, ternyata sebaliknya.

Kamar yang ditawarkan ini ukurannya 11 sqm, berbagi fasilitas dapur dan kamar mandi dengan 6 orang lainnya, serta rentang harganya antara NOK 4000-4500. Jangka waktu tinggalnya hanya 1 semester, namun bisa diperpanjang. Termination date 2-3 bulan, tapi kamar yang sudah kita tempati ini bisa dipindahtangankan ke pelajar lainnya.

Mendengar termination date yang sedikit panjang, Mumu cukup sedih kalau harus menunggu saya sampai 3 bulan lamanya dulu baru bisa tinggal bersama. FYISetelah lepas dari segala batasan dan peraturan yang ada di rumah host family selama 5 tahun, saya memang sudah berdiskusi dengan Mumu untuk menyewa apartemen bersama. Kami bahkan sudah mengecek apartemen yang akan disewa sekiranya ada yang cocok. Namun karena ada beberapa alasan, in last minute kami memutuskan untuk menunda keputusan tinggal bersama.

Setelah mengubah rencana beberapa kali, saya ujungnya mantap dengan ide ini; cari kamar sewa jangka pendek yang murah dan merasakan hidup sendiri dulu, sebelum akhirnya tinggal dengan Mumu. Untuk cari kamar jangka pendek ini saya berlabuh ke Hybel.no, yang juga mengiklankan penyewaan kamar baik jangka panjang ataupun jangka pendek. Karena bujet juga tak seberapa, cari kamar yang harganya murah meriah ternyata memang susah. Kalau pun ada yang murah, kadang juga waktu sewanya tak sesuai dengan jadwal kita.

Sampai akhirnya saya menemukan satu kamar di Nydalen Student Housing dengan harga NOK 4200 (€425/Rp 6,7 juta) per bulan sudah termasuk internet dan listrik! Kamar juga disewakan jangka pendek tanpa deposito. Untuk menyewa kamar di student housing seperti ini, kita wajib menempuh studi dulu di salah satu kampus yang dinaungi oleh SiO karena saat pindah, data diri kita akan dilaporkan ke pihak SiO sebagai dokumentasi.

…and here it is kamar sewaan di Nydalen yang sekarang saya tempati. Small, but still cozy. Hi, my new little private room!




Student housing ini letaknya tak terlalu jauh dari kampus dan hanya 15 menit naik bus dari pemberhentian terdekat. Tempatnya juga cukup nyaman, punya balkon, dan cenderung sepi. Entahlah, mungkin karena semester baru dimulai, makanya saya tak banyak melihat para mahasiswa berlalu-lalang. Yang sering saya dengar hanya suara bantingan pintu yang selalu menggema sepanjang koridor.

Ada 2 kamar mandi dan WC yang cukup luas untuk dibagi bersama 7 orang lainnya. Dapur letaknya tepat di samping kamar saya, sementara ruang cuci ada di basement. Untuk cuci baju juga saya harus lebih berhemat karena satu kali cuci harganya NOK 25 (€2,5/Rp 40 ribu) dan NOK 20 (€2/Rp 32 ribu) untuk memakai mesin pengering.

But anyway, life feels soooo good! Okelah kamarnya kecil, namun karena saya membayar untuk ini, maka saya punya hak atasnya! Bye-bye peraturan kaku, selamat tinggal juga rasa segan karena masih tinggal di rumah orang. Now I am free to do what I want!



Komentar

  1. Wow the same apartment that captured my heart haha. Score Ielts belum dapet, kampus belum daftar, tapi udah nyari-nyari kosan = aku. lol.

    Selamat sekali lagi ya Nin! Semoga berbahagia sama kehidupan barunya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus dong! Itu artinya, kamu visionaris anaknya ;)

      Aku juga dulu sama kok. Belom daftar kuliah, udah nyari student housing duluan. Soalnya di sini, udah boleh daftar student housing even kamu belom tau diterima/gak di kampus tersebut.

      Terima kasih banyak sekali lagi! ;) Udah lebih2 dari orang kawinan kayaknya aku ya. Kamu juga, sukses untuk kuliahnya ya.

      Hapus
  2. Aku masuk kelas autumn 2020 ini di UiO Nin. Tapi karena covid maka semester 1 online. Baru bisa ke sana untuk semester 2. Ohyaa artinya termination date 2-3 bulan itu gimana ya? Apa hubungan hal tersebut dengan tidak bisanya mengajak tinggal orang lain di situ? Kalau di student housing bisa gak sih mengajukan kamar couple atau family? Need advice Nin 😊thank you..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeay!!! Selamat 😇
      Masuk jurusan apa nih kalo boleh tau?
      Iya. Katanya juga pemerintah bener2 masih ancang2 utk meniadakan beberapa kelas on-campus semester depan. Cuma yang berasal dari EU, kabarnya udah bisa ke kampus.

      Termination date itu maksudnya, kalo mau batalin kontrak/pindah, harus dikabarkan minimal 2-3 bulan sebelomnya. Kalo gak, wajib bayar utuh. Contoh, mesti pindah besok. Nah, rekening bulan depan juga tetap harus dibayar.

      Di beberapa student housing, kamar yg disewakan macem2 kok. Ada yg sendiri, couple, atau bahkan apartemen keluarga. Kalo mbaknya bawa anak, ya mending apply untuk yang family. Aku kan sendiri, makanya nyari kosan untuk sendiri — yang mana gak boleh bawa orang lain tinggal di sana :)

      Good luck!! Semoga bisa ketemu tahun depan!! ;)

      Hapus
    2. International Community Health Nin. .hehe..
      Wah makasi yaa baru paham 😅. Soalnya gak ada penjelasan di SiO tentang apa itu termination date.
      Thank you Nin!! 🙆aamiin

      Hapus
    3. Jelas banget kok sebetulnya di situsnya :) Mungkin mbaknya kurang legit aja bacanya.

      Silakan: https://www.sio.no/en/housing/rent-and-contract/giving-notice

      Hapus
    4. Oiyaa wah aku gak teliti.. makasii Nin 😀

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika