Langsung ke konten utama

Belajar Ski Gratisan


Punya kesempatan tinggal di Norwegia, belajar ski atau setidaknya mencoba berdiri di papan ski adalah salah satu aktifitas yang ada dalam list saya. Kapan lagi bisa belajar ski di negara yang selalu langganan menjuarai olimpiade internasional ini?! Dua tahun ke belakang, pekerjaan saya hanya menjaga host kids di arena ski sementara orang tuanya menghabiskan waktu di slopes. Iri rasanya. 

Tahun ini, saat Norwegia Selatan baru diguyur salju lebat di awal Maret, saya manfaatkan belajar main ski dengan pelatih pribadi dan tercinta saya, Mumu! Well, he vowed to teach me since last year! Biaya kursus ski di Norwegia, khususnya Oslo, untuk 50 menit pertama dimulai di angka NOK 1500 (€150) untuk belajar 1-on-1. Harga tentu saja sangat beragam berdasarkan tempat, durasi, serta jenis ski apa yang ingin kita pelajari. Jadi kalau kebetulan punya kerabat atau kenalan yang bisa mengajar dari dasar, mengapa tidak.

Tapi meskipun olahraga ski dan Norwegia adalah dua hal yang sama-sama mahal, masih ada yang gratisan di negara ini, lho! Berawal dari informasi profesor saya di kampus, pacar beliau sedang mengelola bisnis penyewaan alat olahraga seperti ski, canoe, atau ice skating, yang dibiayai pemerintah. BUA adalah organisasi nasional yang sangat mendukung anak muda melakukan banyak aktifitas di luar ruangan, tanpa perlu takut membayar mahal demi membeli alat.


Silakan buka situs BUA (dalam bahasa Norwegia) yang tersebar seantero Norwegia untuk mengecek lokasi terdekat dari tempat mu. Mereka menyewakan banyak sekali alat untuk menunjang aktifitas luar ruangan, seperti ice hockey, downhill dan cross country skiing, ice skating, canoe, serta banyak lainnya. Untuk menyewa alat di sini, kita hanya perlu datang ke salah satu pusat BUA terdekat dan memilih alat apa yang kita inginkan. Kita lalu mendaftar on the spot dan semua alat bisa disewa secara gratis selama 7 hari.

Bagi yang tertarik menyewa, jangan lupa cek jam buka serta ketersediaan stok ukuran di lokasi tersebut. Ada baiknya menelpon terlebih dahulu untuk mengecek apakah di satu BUA punya ukuran yang kita inginkan, sebelum mengecek ke BUA lainnya. Karena disewakan secara gratis, mereka tidak menerima reservasi dan sangat disarankan kita datang sendiri mencoba alat; terutama sepatu.



Karena saya dan Mumu sepakat akan belajar ski di area hutan, maka saya diharuskan memiliki semua perlengkapan untuk cross country skiing. Ibunya Mumu berbaik hati meminjamkan saya papan, tongkat, dan sarung tangan ski karena memang tinggi kami setara. Untuk outwear dan inwear yang hangat, saya cukup beruntung banyak diwarisi pakaian dari host family terdahulu. Sementara sepatu, saya dan Mumu harus berkendara agak jauh ke BUA Lier karena saat mengecek stok sepatu, mereka punya ukuran saya dan BUA ini yang masih buka di hari itu.

Sayangnya pas datang ke sana, sistem di situs dan aslinya tak sama. Sepatu ukuran saya tak ada, namun beruntung karena saya bisa up 1 dan stok sepatunya masih ada. Bagi yang tak mengerti memilih jenis papan dan tongkat ski, pegawai yang ada di BUA ini dengan sangat siap membantu. Mereka juga akan membantu dimana kita bisa mendapatkan ukuran yang tepat di BUA terdekat lainnya.

Oke, lalu apa bedanya cross country dan downhill (alpin) skiing. Untuk cross country, biasanya dilakukan di daerah yang lebih flat semisal daerah perhutanan. Sementara untuk downhill, lebih banyak dihabiskan di daerah berlandai seperti pegunungan yang tinggi. Untuk mengjangkau tempat ini, kita mesti datang ke arena ski di daerah pegunungan yang punya tiket masuk kalau ingin naik lift sampai ke daerah yang lebih tinggi. Tapi bagi Mumu, downhill sebetulnya lebih fun dan mudah untuk dipelajari karena yang kita lakukan hanya turun dari landaian dan belajar bagaimana caranya berhenti.



Sebetulnya, bagi para pemula sangat disarankan datang ke area ski anak-anak yang lebih luas dan tepat untuk belajar. Tapi karena ski arena memang sangat ramai saat akhir pekan, ada baiknya datang saat hari biasa atau pagi-pagi sekali sebelum banyak orang mengerumuni area.

Untuk kursus pertama, saya memulai di area perhutanan di Lierskogen yang areanya sepi tapi terlalu sempit untuk belajar. Namun bagi saya yang baru belajar ski saat sudah tua seperti ini, daerah yang sepi menjadi sangat pas tanpa takut malu dan merasa terintimidasi oleh anak-anak kecil yang sudah sangat lancar berski di arena ski. Ada perasaan takut tergelincir, takut tak bisa berhenti, dan takut segala hal saat baru mulai. Tapi beruntung juga punya guru seperti Mumu yang sangat sabar mengajari meskipun awalnya doi bingung sendiri harus mulai mengajar dari mana.

Untuk cross country skiing, Skiforeningen, organisasi di Norwegia yang bertugas membuat track ski di hutan sudah menyediakan track khusus yang memudahkan beginner seperti saya ini belajar. Untuk 50 menit pertama, saya setidaknya sudah mampu menuruni tebing tanpa takut jatuh dan fokus menyeimbangkan badan. Padahal sebelumnya, papan jalan sedikit saja sudah sangat takut. Belum lagi jatuh sampai tak bisa bangun sendiri itu sudah pasti. Trust me, cross country skiing is sooooo tiring! Karena kita mesti menyeimbangkan badan, lengan, dan kaki agar papan ski terus melaju. Gerakan lengan menjadi sangat penting untuk terus mendorong papan ke depan. Jangan heran setelahnya badan jadi sakit karena otot dipaksa melakukan hal yang tak pernah dilakukan sebelumnya.


But overall, skiing is so fun! I want to train myself moooore, karena saya dan Mumu sudah punya rencana untuk skitur (ski touring) di hutan sekalian membawa bekal untuk dimakan di perjalanan. Sounds so Norwegian! Belum lagi bulan ini saya dan teman sekelas juga punya rencana ke Hemsedal untuk belajar downhill skiing untuk pertama kalinya sekalian hyttetur (apa itu hytettur, cek postingan saya di sini!).

Kalau punya kesempatan tinggal di Norwegia, jangan takut untuk menghabiskan waktu di luar saat musim dingin dan mencoba olahraga kebanggan orang lokal, ski! Alat-alat bisa disewa gratis dan kita hanya perlu menemukan seseorang yang mau mengajar. Kalau tak punya teman atau pacar yang mau mengajari, saya sangat menyarankan mengikuti kegiatan Caritas Au Pair via Facebook page mereka. Organisasi yang menaungi para au pair di Norwegia ini, biasanya punya agenda ber-ski dan ice skating gratis di Oslo yang bisa dilakukan ramai-ramai dengan au pair lainnya. Kamu juga bisa melihat event di Meetup atau Couchsurfing jika sesekali ada yang mengadakan kursus ski bagi pemula.

Make your experience richer when living in Norway by trying new things you cannot do in Indonesia or any 'warmer' European countries!



Komentar

  1. Hi mbak Nin,ini kali pertama saya nulis di kolom komentar mbak. Wah pengen deh Saya Norwegia buat skii. Keadaan mbak Nin semoga baik baik aja mengingat tentang pandemi korona virus. Kalau bisa ceritain tentang keadaan di Norwegia tentang korona virus ini. Makasaih mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you banget, Utami!! :)

      Keadaan ku baik2 aja sih di sini. Meskipun dimana2 udah makin gak bener aja nih. Maklumlah, Norwegia selama ini biasa aja karena dirasa banalan aman mulu, tenang dan damai. Taunyaaa.. keteteran begini :/

      Semoga yang di Indonesia baik2 aja ya. Bisa nanganin lebih cepet daripada Norwe.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa