Langsung ke konten utama

Hal yang Harus Diketahui Sebelum Memutuskan Jadi Au Pair


Nyaris empat bulan saya disini, masih banyak saja tanggapan dan respon positif bahkan negatif dari orang terdekat saat tahu saya sedang di luar negeri. Ada yang menganggapnya wah sekali karena beruntung mendapatkan kesempatan ke luar negeri, ada juga yang menganggapnya biasa saja saat tahu pekerjaan saya sebagai au pair.

Au pair bukanlah pekerjaan yang berjenjang karir, tapi menurut saya program ini bisa memberikan pengalaman yang keren sekali (atau bahkan buruk sekali). Au pair memang bisa disamakan dengan homestay, sebuah program pertukaran budaya yang ditawarkan oleh beberapa yayasan dan beasiswa di Indonesia. Bedanya, kita juga bisa mencari uang dari keluarga tersebut dengan membantu mereka mengurus anak, bersih-bersih, atau melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Upahnya? Jangan dikurs ke rupiah ya. Memang upahnya tergolong tinggi saat dibawa ke Indonesia. Tapi, biaya hidup di Eropa yang juga sama tingginya, menegaskan kalau upah yang kita terima ini sebanding dengan uang saku yang tidak besar nominalnya. Dapat banyak Euro, ya keluarnya banyak juga.

Selain dapat uang saku, enaknya jadi au pair itu...

1. Yang paling utama tentunya adalah tinggal di luar negeri

Tidak semua orang di Indonesia bisa jalan-jalan atau bahkan tinggal di Eropa. Asiknya, kita tinggal dengan keluarga yang akan mensponsori kita ini itu.

Selain kamar pribadi, keluarga biasanya juga mau membiayai tiket pesawat, makanan, asuransi kesehatan, tiket transportasi dalam kota, atau bahkan meminjamkan mobil pribadi! Serunya, dengan tinggal di benua baru, artinya pengalaman yang didapat pun juga baru. Teman  baru, bahasa baru, kebiasaan baru, semuanya menuntut kita untuk lebih tolerir dengan perbedaan.

Pola pikir kita yang tadinya masih konservatif, biasanya akan mengarah lebih open minded. Saya tidak mengatakan kalau konservatif itu jelek ya. Namun, dengan berpikiran lebih terbuka biasanya membuat kita menilai sesuatu dari cara pandang yang lebih baik.

2. Belajar bahasa dan budaya lokal

Salah satu konsep au pairing yang saya suka tentunya kita bisa belajar bahasa dan budaya langsung dari negara asalnya. Saya jadi ingat kata guru saya waktu SMA dulu, untuk apa menghabiskan uang jutaan rupiah belajar bahasa Inggris di Indonesia tapi sehari-hari masih bicara bahasa Indonesia. Lebih baik uangnya dikumpulkan dan belajar langsung di negara dimana bahasa itu diucapkan. Saya setuju 60%!!

Dengan tinggal di negaranya langsung, mau tidak mau setiap hari kita harus bicara, mendengar, dan melihat siaran di TV dengan bahasa lokal. Au pair membuka jalan kita untuk lebih baik belajar bahasa dengan mengikuti kursus bahasa yang biasanya biaya akan ditanggung oleh host family. Baiknya, ini adalah sebuah keharusan untuk semua au pair.

3. Tentunya bisa jalan-jalan keliling Eropa

Dengan uang yang dikumpulkan dari penghasilan perbulan, kita bisa jalan-jalan ke negara tetangga ala backpacker.

4. Lebih mandiri dan bertanggungjawab

Mengatur keuangan pribadi, beres kamar, mengatur waktu kerja dan main hari demi hari, semuanya akan membuat kita lebih mengenal diri sendiri.

Tapi jadi au pair tidak selamanya enak, karena kita juga harus siap menerima segala duka laranya. Karena tidak enaknya jadi au pair itu...

1. Kesepian

It must be right! Sebulan, dua bulan, tiga bulan, mungkin masih oke. Kita mungkin masih bisa happy-happy dan tidak percaya sedang berada di benua lain. Masih senang jalan-jalan, belanja di chain shops, atau update foto-foto keren di tempat wisata.

Tapi banyak juga au pair yang mulai merasa kesepian bahkan di minggu-minggu awal kedatangan. Jauh dari keluarga dan teman terdekat, tinggal di tempat baru, memulai kebiasaan baru, memang tidak mudah bagi banyak orang.

Hal ini juga berlaku walaupun kamu tipe orang yang supel dan easy going. Anak muda Eropa cenderung kaku dan cuek sekali. Jadi jangan harap kita bisa langsung masuk ke lingkungan mereka kalau sebelumnya tidak ada komunikasi.

2. Sendiri

Mungkin kita sudah punya teman dekat di Eropa, sering jalan, atau curhat-curhatan. Tapi ingat, mereka juga selamanya tidak bisa selalu ada untuk kita. Apalagi kalau teman kita juga seorang au pair yang tinggalnya di kota lain dan baru bisa ditemui hanya saat akhir pekan. Kita harus selalu siap untuk jalan-jalan atau merawat diri saat sakit sendirian.

3. Tidak selamanya host family akan memperlakukan kita sebagai keluarga mereka

Beberapa host family malah cenderung memperlakukan kita layaknya "gue udah bayar elo segala macem, jadi kerja yang bener!". Banyak au pair yang punya cerita buruk diperlakukan tidak layak oleh host parents-nya gara-gara mereka merasa sudah membiayai ini itu dan timbal baliknya au pair harus kerja rodi dari pagi ke malam.

Cerita buruk lainnya, host family membatasi makanan untuk au pair di rumah, bahkan menyediakan kamar yang tanpa penghangat. Bisa dibayangkan kan betapa dinginnya kamar itu saat musim dingin? Konsep au pair pada dasarnya tidak menyamakan kita dengan nanny atau housekeeper, tapi praktek yang ada di lapangan menerangkan au pair memang nanny atau housekeeper! Gara-gara ada aupair di rumah, biasanya host family jadi manja dan berpikir kalau apapun yang kotor dan berantakan, biar saja suruh au pair yang mengerjakan.

4. Bersiaplah dengan peraturan baru

Tinggal di rumah orang menyuruh kita untuk bisa lebih membawa diri dan mengorbankan sedikit privasi. Kita mesti adaptasi dengan gaya hidup host family, alat-alat rumah tangga yang modern, bahkan mungkin peraturan lainnya.

Saya mengenal seorang au pair yang mengatakan kalau dia tidak bisa lagi bersuara setelah jam 10 malam karena orang rumahnya termasuk yang sangat sensitif terhadap bunyi. Posisi kamar yang semuanya di lantai atas dan berdekatan membuat suara bisik-bisik pun terdengar dari kamar sebelah. Si keluarga butuh istirahat yang tenang dan au pair ini mau tidak mau harus menonton TV dengan mode mute setelah jam tidur itu.

Peraturan baru yang tidak enak membuat kita harus ekstra sabar dan sadar kalau rumah yang kita tempati adalah rumahnya host family. Biarpun kita dibayar, sekali lagi, itu rumahnya mereka. Mereka yang punya aturan dan bersiaplah diusir kalau kita melanggarnya. Ada cerita seorang au pair yang diusir host family-nya hari itu juga gara-gara selalu pulang di atas jam 1 pagi. Memang tidak baik sih, tapi imbasnya ya bisa diusir kalau berani melanggar.

Sudah sampai mana kamu? Lebih melihat au pair sebagai pekerjaan dengan pengalaman seru yang menantang, atau justru tidak lebih dari sekedar perbudakan?

Kalau menurut kamu au pair ini seru dan wajib kamu coba di usia muda, coba kamu cek dulu apa yang saya nyatakan di bawah ini. Au pair bisa jadi pekerjaan yang menantang karena bagi saya walaupun pekerjaan ini 'cukup' mudah, namun tidak cocok untuk semua anak muda.

Kamu bisa mencoba jadi au pair kalau kamu...

1. Still keep your dream on

Eropa itu bukan cuma tujuan, tapi juga mimpi banyak orang. Percayalah, au pair bisa membuat kamu living in your dream

2. Open-minded

Free sex, minum-minuman keras, living together, itu semua budaya Barat. Kalau kamu tidak siap berkomunikasi atau berteman dengan orang-orang yang melakukan hal itu, lupakan mimpi untuk tinggal di luar negeri. Bukan saya mengatakan bahwa kamu harus mengikuti gaya hidup dan budaya mereka, namun dengan berpikiran open minded, kita akan lebih santai menghadapi tiap perbedaan tanpa perlu lupa akar kita.

3. Punya skill bahasa Inggris yang baik

Menurut saya ini wajib! Walaupun tidak ada syarat mutlak mesti hitung angka TOEFL/IELTS (kecuali Australia), namun kita juga mesti speak up dengan keluarga dan anak asuh. Sudah bahasa lokal belum lancar, ditambah bahasa Inggris yang masih kacau, bagaimana kita bisa berkomunikasi dan mengutarakan maksud nantinya?

4. Mau usaha dan mau belajar

Pilih cari keluarga dengan agensi atau mandiri, it's your choice. Tapi kalau cuma berlandaskan "mau jalan-jalan ke luar negeri" saja tanpa ada usaha, sama saja bohong. Saya punya kenalan yang berkeinginan jadi au pair, namun untuk membuat profil/motivation letter masih minta bantuan orang lain. Apa-apa ditanyakan tanpa mau mengecek langsung apa saja regulasi di tiap negara. Padahal dia bisa coba untuk belajar membuat resume tentang dirinya sendiri dan membaca lebih jeli aturan au pair di tiap negara lewat internet.

5. Siap mandiri, bertanggung jawab, dan patuh peraturan

Jauh dari keluarga dan rumah, cuaca baru, lingkungan baru, makanan baru, sudah siap menghadapi semuanya? Lebih bisa bertanggungjawab terhadap pekerjaan, anak orang, tugas rumah tangga? Baiklah, saya juga benci peraturan apalagi hal itu bisa membatasi diri saya. Namun, tidak semua orang siap dengan peraturan baru yang membuatnya harus mengubah kebiasaan lama di negara asal. Yang paling penting adalah lebih bisa membawa diri dan adaptasi.

6. Suka anak-anak dan pekerjaan rumah tangga

Ya walaupun belum ada pengalaman jadi guru TK atau kerja di daycare, namun setidaknya kamu tidak anti dengan anak-anak. Walaupun nyatanya mereka tidak selamanya menggemaskan tapi suatu kali mereka bisa jadi sosok yang menjengkelkan. Anak-anak orang Barat cenderung well-behaved atau nakal bukan main. Mereka biasanya lebih pintar dari anak seusia mereka dan sangat aktif.

Di lain sisi, kita juga harus melakukan pekerjaan rumah yang bahkan ibu mereka pun tidak pernah mengerjakan. Karena sudah hidup dengan yang serba modern dan canggih, kebanyakan wanita Barat malas melakukan pekerjaan rumah. Pegang sapu atau vacuum cleaner pun kadang tidak pernah.

Nah, orang Asia yang di mata orang Barat rajin pun tidak semuanya rajin-rajin. Jadi intinya, kalau kamu tidak anti mengelap debu, menyetrika pakaian, atau belanja bahan makanan, I bet you can handle it!

Sekarang kamu sudah merasa yakin au pair bisa membuka jalan menuju mimpi mu dan siap mencari keluarga, atau justru baru mau melupakan pekerjaan ini? Think it! Namun kalau kamu masih merasa tertantang mengurus anak bule dan mendapatkan pengalaman baru, selanjutnya adalah usaha mencari host family.

Namun ingat ya, kamu harus...

1. Bisa lebih realistis dan tidak berekspektasi tinggi

Punya pacar bule, minum-minum kopi di kafe dengan teman seru, bergaya ala model catwalk di jalanan Eropa, wah sungguh bayangan yang keren. Namun tinggal di luar negeri tidak selamanya sekeren di teenage dramas. Keluarga yang kamu nilai luar biasa baiknya sebelum ketemu, belum tentu sebaik aslinya.

Tempat tinggal di countryside yang diimajinasi kamu akan hidup tenang damai, bisa menunggang kuda saat musim panas, berpetualang di alam, sepertinya keren sekali, bisa jadi cuma di khayalan belaka kalau kamu tipikal orang yang suka city life. Karena sejujurnya, countryside bisa jadi tempat yang jauh dari keramaian dan membosankan.

Sama kasusnya seperti imajinasi punya pacar bule atau teman-teman seru, hal itu tidak bisa langsung kamu dapatkan setibanya disini. Semuanya butuh proses dan seperti yang saya bilang, anak muda Eropa banyak yang cuek dan masa bodoh. Yakinlah, sesuatu yang bagus-bagus tentang luar negeri belum tentu semuanya seperti yang ada di foto dan cerita novel. Nanti juga ketawan kok jeleknya luar negeri ketimbang Indonesia. Hoho..

2. Ukur kapasitas diri

Ini untuk calon anak asuh yang akan kita urus. Saya tekankan, mengurus 1 anak belum tentu lebih mudah dibandingkan mengurus 3 anak. Apalagi anak yang diurus itu masih bayi dan butuh atensi ekstra. Akan lebih baik kalau tidak mengurus anak di bawah usia 2 tahun, namun mengurus anak di atas usia itupun kemampuan bahasa kita akan diuji karena mereka sudah bisa bicara fasih. Ada baiknya belajar bahasa negara setempat dulu minimal 3 bulan sebelum keberangkatan.

3. Berkomunikasilah sesering mungkin dengan calon host family kita

Akan lebih baik kalau mereka sebelumnya pernah punya au pair. Kita bisa minta kontak mantan au pair mereka dan mengenal host family lebih baik. Dari sini juga bisa ketawan gaya hidupnya host family yang mungkin tidak diceritakan ke kita. Tanyakan juga setiap detail pekerjaan yang akan kita kerjakan.

Kebanyakan, apa yang dinyatakan di kontrak berbeda dengan kenyataan. Tugas akan lebih banyak dari hari ke hari. Tugas yang semula dikerjakan oleh host dad atau host mom biasanya akan digantikan oleh au pair. Hati-hati juga dengan janji manis host family yang akan turut menyertakan kamu saat jalan-jalan ke negara-negara tetangga. Yang ada, kamu malah disuruh babysit anak-anak mereka dengan jam kerja ekstra. Sebaiknya tanyakan apa pekerjaan kamu dengan pasti jika mereka liburan, lalu apakah mereka akan membayar lebih kalau kerja ekstra.

4. Before you go, remember it is definitely not a holiday! 

So, prepare yourself!

Semua cerita au pair tidak sama dan begitu pun setiap keluarga. Walaupun masih banyak keluarga yang menganggap au pair sama dengan nanny atau housekeeper, tapi banyak juga keluarga yang memperlakukan au pair mereka dengan sangat baik layaknya anak atau keponakan sendiri. Jadi jangan takut untuk mengenal pribadi keluarga dan anak yang akan tinggal dengan kita lebih baik sebelum keberangkatan.

Lagipula sejujurnya, tidak ada au pair yang ingin punya masalah dengan host family mereka. The last, if you think you're not rich enough to travel abroad, or you're not smart (and lucky) enough to get a scholarship, then au pair challenges you!


More tips:



Komentar

  1. Hello Nin.
    Salam hangat dari Jogja.
    Boleh kah bertukar email?
    pengen banget nih nanya2 sekaligus ngorbrol sama kamu tentang aupair.. :) If you don't mind :)

    Regards. Lidya

    BalasHapus
  2. Mau tau dong cari host family gimana ya? Aku sih udah ikut program au air world kebetulan pilih uk. Tp ternyata ada info klo mau cepet ikut premium member yg harus bayar hampir 600 ribu per minggu.
    Mohon info. I

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Niken, makasih ya udah mampir.

      Untuk pemegang paspor Indonesia, UK gak bisa. Jadi mending pilih negara-negara yang ada di Eropa aja :)
      Cepat atau lambat dapat family, gak ada hubungannya dengan jadi premium member/gak. Premium member cuma menambahi fitur lain yang gak kamu dapatkan kalo cuma jadi member biasa.

      Selamat mencari host family ya! ;>

      Hapus
    2. Kak negara mana yang menggunakan bahasa Inggris dalam sehari-harinya.

      Hapus
    3. Hai Juli,

      Yang pake English; Amerika, Australia, Inggris, & South Africa.

      Hapus
    4. Selandia Baru, satu lagi :)

      Hapus
    5. Ada kontak yg bisa di hub utk bertanya kak?

      Hapus
    6. Silakan tinggalkan komen atau kirim email ke; artolinguablog@aol.com

      Hapus
    7. Ka bales komen aku Ka please, aku mau banyak tanya. Atau aku minta ig kaka boleh?

      Hapus
  3. Hi, aku juga rencananya mau jadi AuPair di Dubai bulan Januari. AKu mau tanya, kata host-family aku, aku harus buat medical certificate. Itu medical check up nya meliputi apa aja ya? dan berapa biayanya Mohon infonya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada info host family lain gk,, yang di dubai

      Hapus
  4. Saya mau tau info tentang au pair yang di Ireland karena ada keluarga dari Ireland yang kontak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi yuni, saya mau tanya... gimana ttg au pair km di ireland? heheh soalnya aku juga ada rencana mau kesana jd au pair hehehe... makasih :)

      Hapus
    2. Kk atau abng yang udah pernah jadi aupair pengalamannya apa aja? Aku ada niat setelah tamat kuliah mau bertukar budaya keBelanda. Please respondnya.
      Chat me di Wa: 082167376074

      Atau ada group Aupair untuk di indonesia? Masukkan saya.

      Makasih🙏

      Hapus
    3. Aku juga mau dong negara dubai boleh tuh,ikut yaa masuk ke groupnya yaa.

      Hapus
  5. Boleh minta email addnya kak. Mau tanyalbh banyak

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum, salam kenal kak, saya Yam Saroh dari Jombang, Jawa Timur, membaca ulasan kakak tentang plus minus Au Pair membuat saya tertarik untuk mengikuti program ini, boleh gak kak bertukar email dengan saya agar saya bisa bertanya lebih banyak ttg Au Pair. Berikut adalah email saya yamsimyute@gmail.com, terimakasih.

    BalasHapus
  7. Mau kk tpi gmn caranya
    Email q linus.jun24@gmail.com

    BalasHapus
  8. Ya ampuun.. Gue baca dimana2 au pair ini kok agak menyeramkan dan ga seindah yang dibayang kan, memang kita kesana layaknya TKI gitu ya.. Gue kira au pair itu program yg fokus ke pendidikan, termyata fokus ke tenaga kerja kyk TKI tohh.. Ih males ah.. Kalo ada duit, gue mending langsung pergi liburan aja ke negara yg gue mau, dari pada jadi au pair kesana. Toh kalo mau liburan ataupun jadi au pair,biayanya kita yg bayar sendiri.. Jadi au pair hidup di negara orang dengan jadi housekeeper? Udah jelas kita akan kesepian. No way..mending gue dirumah. Kerja biasa aja asalkan hidup gue bahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa.. Kalo masalah kebahagiaan sih kembali ke orangnya masing2, Mas. Ada orang di Indonesia yang gajinya >10jutaan mungkin bakalan gampang aja ke LN, apalagi cuma Eropa. Tapi ada juga yang gajinya hanya 1,5juta/bulan, mau ke Thailand aja belom kesampean :)

      Tujuan saya nulis postingan ini bukan untuk menjelaskan kalo posisi au pair = TKI. Justru jauuuuh beda. Hanya aja banyak orang Indonesia mikir enak2nya doang di LN, padahal kenyataannya berbeda. Makanya sebelom mikirin enaknya aja, mending sekalian siap for the worse. Lagian au pair itu asik banget kok sebetulnya, kalo bisa memanfaatkan waktu lanjut sekolah sekalian travelling.

      Hapus
  9. hai kak, aku tertarik juga sebenarnya untuk ikut aupair, tujuannya memang untuk mengenal budaya karna ad keinginan untuk melanjutkan studi di LN, noleh dong kak share sosmednya supaya bisa saling bertukar cerita. oh iya aku pernah mengikuti salah satu ig soal aupair dan aku sempat d dm juga gitu kak.
    ini email aku kak dentiharshita@gmail.com, terima kasih sebelumnya ya :)

    BalasHapus
  10. Ka ,kirim e-mail dong atau IG kaka,mau tanya" lebih dalam lagi dan gmn caranya dapet hostfamily

    BalasHapus
  11. Bismillah, punya tekad kuat mengikuti program Aupair lewat agen yg sudah saya temukan. Semoga semua berjalan lancar dan bisa membawa nama baik saya dimata org2 terdekat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sukses! :)
      Semoga pengalaman au pair kamu bisa membawa cerita baru dalam hidup—for the best and worst.

      Hapus
    2. halo kak itu caranya gimana yah kak saya cuman baru liat artikel ini dan liat komen kk tapi saya bingung gimana cara daftarnya dan cara nyari agennya itu gimana?

      Hapus
    3. halo kak itu caranya gimana yah kak saya cuman baru liat artikel ini dan liat komen kk tapi saya bingung gimana cara daftarnya dan cara nyari agennya itu gimana?

      Hapus
  12. Halo kak. Saya suka sekali dengan tulisan kaka. Saya sudah membaca di blog sana sini mengenai ulasan au pair tapi ini ulasan favorite saya. Sebenarnya belum lama juga saya mengenal program au pair menurut saya ini program bagus juga untuk seseorang yang suka tantangan dan ingin lebih mewarnai hidupnya. Membuat saya tertarik untuk mencoba nya
    Terimakasih kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Rina,

      Makasih ya udah mampir ke sini :) Kalo ada waktu, coba aja juga baca postingan aku yang lainnya soal au pair. Aku udah sharing banyak banget informasi dari A-Z soal au pair ini.

      Au pair is definitely not for everybody. Tapi bagi yang mau ke luar negeri, nyobain tantangan baru, dan belajar soal budaya laen, program au pair ini emang bagus banget.

      Hapus
    2. Hi kak,
      Saya mau nanya ikut au pair itu aman gk sih? Takutnya kurang aman atau terjadi hal hal tak diinginkan

      Hapus
  13. Assalamualaikum .. Maaf tanya.. Kalo usia 48th masih banyak yg membutuhkan gak.. Saya minat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak ;D
      Au pair itu bukan TKW, tapi program pertukaran budaya hanya untuk anak2 muda, belom menikah & belom punya anak, rentang usia 18-30 tahun doang.

      Hapus
  14. Kak, kalo ikut au pair boleh tetap berhijab gk sih?

    BalasHapus
  15. Kak, bisa ga jadi au pair tapi uda kelar S1 nya? Jadi rencana mau S2, usia masih <30 kebetulan. Tq :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak ada hubungan sama jenjang sekolah. Yang paling krusial tuh soal umur. Jadi kalo negara yang kamu tuju masih bisa sampe usia 30th pas, ya even kamu lulusan SMA pun, masih tetep bisa daftar :)

      Hapus
  16. I'm truly interesting about this, I don't even know there's another way to see the world.
    From my decision, I will try it when I'm 22 years old

    Gosh...Can't wait :)

    BalasHapus
  17. I truly interested about this, I don't even know there's another way to see the world
    I will try Au Pair when I'm 22 years old, oh gosh can't wait....

    P.S : sama mau nyoba kuliah disana :)

    BalasHapus
  18. Negara mana saja yang bisa aupair ini? Apakah amerika bisa yang negara dengan bahasa inggris saja, kebanyakan saya lihat di iklan negara jerman.

    Dan kalau sudah bisa menguasai bahasa mereka dengan baik apakah bisa mendapatkan kerja disana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan copy paste postingan yang ini ya, karena artikelnya pernah aku tulis:

      https://www.artochlingua.com/2018/09/first-time-au-pair-ke-negara-mana.html?m=1

      Hapus
  19. Hi kak,dari semua blog yang bahas tentang Au Pair. Tulisan kakak yang paling favorite. Sekarang saya usia 24 tahun. Saya ada ketertarikan untuk menjadi Au Pair. Saya mau tanya kalau menjadi Au Pair dgn jalur mandiri bisa kah? Maksud saya tanpa agen. Dan bagaimana caranya?
    Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai hai..

      Silakan dibuka postingan aku yang ini ya (copy paste aja): https://www.artochlingua.com/2019/04/sebaiknya-pakai-agensi-atau-mandiri.html?m=1

      Hapus
  20. Kak,.untuk aupair sendiri itu paling singkat biasanya kontrak brp bulN...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling singkat 6-12 bulan. Tergantung tiap negara ya.

      Hapus
  21. Hi kak, umur ku 17 tahun. Aku mau banget jadi aupair. Minta sarannya dong, sebaiknya aku kuliah dulu smpe S1. Atau langsung jadi aupair aja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebanyakkan persyaratan mewajibkan calon au pair minimal 18 tahun.

      Aku gak tau planning kamu apa setelah jadi au pair. Kalo emang ada uangnya, ya langsung aja au pair. Siapa tau bisa lanjut kuliah di luar negeri. Tapi kalo belom jelas, ya mendingan cari gelar aja dulu di Indonesia. Sampe Eropa, biasanya lebih mudah lanjut S2 ketimbang baru lanjut S1 - karena persoalan bahasa sih ya.

      Hapus
  22. Di atas umur 26 tahun, bisa ambil program apa y kk? Pengen deh ikut program2 yg menghasilkan, membangun walaupun bnyk g enaknya jg. Tlg dong infonya

    BalasHapus
  23. Hi ka aku mau nanya nih,kebetulan aku tahun depan baru mau lulus SMK, nah rencananya emang udah mau nyoba aupair dan ausbildung. Tapi dari riset² sebelumnya aku liat emang banyak juga pengalaman dari mereka yang ikut program itu ga berjalan dengan baik. Nah akuu mau nanya nih ka, kira² kalo mau ikut program itu lewat agen gitu yang terpercaya dimana ya ka? Soalnya aku liat kadang dari program agen² gitu ada juga yang tidak sesuai perkataan diawal. Oh iya ka mau nanya hambatan disana kalo bersosialisasi Ama teman sebaya apakah semudah di Indonesia? Atau bahkan lebih sulit karena anak² sana tergolong kaku dan masa bodo?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika