Langsung ke konten utama

Daftar Kuliah di Kampus Oslo


Setelah akhirnya mantap memiliki beberapa alasan untuk lanjut kuliah di Norwegia, saya mulai mengajukan aplikasi untuk mendaftar ke kampus disini. Karena berencana menghabiskan kontrak au pair sekalian kuliah, saya hanya bisa mendaftar ke kampus yang ada di Oslo saja. Tapi karena jadwal deadline-nya masih panjang, saya juga iseng-iseng mendaftar ke University of Bergen (UiB) di Bergen.

Di Oslo sebetulnya tidak banyak tempat yang bisa dipilih mengacu ke pendidikan terakhir saya di Indonesia. Saya kemarin mengambil program studi fisika di bawah naungan Fakultas Pendidikan. Cukup bingung juga, karena program saya ini di tengah-tengah ilmu sosial dan ilmu eksak. Di Norwegia, fakultas pendidikan masuk ke ilmu sosial. Sementara di program studi saya kemarin, lebih dari 50 persen silabusnya belajar tentang fisika murni seperti Fisika Kuantum, Kalkulus, Optik, dan lainnya.

Baca juga: Kerja Paruh Waktu Untuk Mahasiswa Asing di Norwegia

Sejujurnya, saya sudah tidak berminat mengambil kuliah yang fokus ke fisika murni. Kalau pun mesti belajar ilmu baru, saya malah ingin sekali mengambil jurusan desain. Sayangnya, pendidikan Strata 1 saya sangat jauh dari ilmu desain dan saya tidak memiliki portofolio ataupun pengalaman bekerja di bidang ini. Ingin masuk jurusan teknik pun ilmu fisika saya dinilai belum mampu memenuhi kualifikasi karena banyak materi perkuliahan teknik yang tidak saya pelajari saat kuliah kemarin.

Tapi daripada pusing-pusing tidak jadi daftar kuliah, akhirnya saya menyerah saja dengan opsi yang ada. Lagipula daftar kuliah di Norwegia itu sangat mudah dan gratis, berbeda halnya dengan kampus-kampus di negara lain yang harus membayar 75-100 Euro per aplikasi. Jadi coba saja mendaftar karena won't hurt you anything.

1. Pilih tempat

Kalau ditanya kampus mana yang terbaik di Norwegia, jawabannya tidak ada. Kembali ke kita ingin kuliah jurusan apa dan fokusnya kemana. Contohnya Norwegian University of Science and Technology (NTNU) di Trodheim yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang ingin mendalami ilmu teknik secara praktek, University of Svalbard (UNIS) di utara Norwegia bagi yang tertarik belajar atau mengadakan riset tentang Kutub Utara, atau ada juga Sámi University of Applied Science (UArctic) di Kautokeino kalau kamu ingin belajar tentang budaya dan bahasa Sámi. Jadi sebetulnya kampus-kampus di Norwegia ini dibuat memang berdasarkan spesialisasi berdasarkan minat dan bakat.

Di Oslo sendiri ada universitas terbesar dan tertua di Norwegia, University of Oslo, yang lebih mengacu ke ilmu sosial dan humaniora. Ada juga BI Norwegian Business School untuk ilmu Ekonomi, Norwegian School of Veterinary Science yang berminat jadi dokter hewan, Norwegian Academy of Music, Oslo Metropolitan University, Norwegian School of Theology, Religion, and Society (MF), dan masih banyak yang lainnya.

Berkaca dari pendidikan terakhir, hanya ada dua tempat di Oslo yang memungkinkan bagi saya, yaitu University of Oslo (UiO) dan Oslo Metropolitan University (OsloMet).

2. Perhatikan tenggat waktu

Kampus di Norwegia memiliki deadline aplikasi yang tidak sama setiap tempatnya. Setelah memilih kampus mana yang dituju, ada baiknya langsung mengecek batas akhir pendaftaran bagi mahasiswa internasional. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa asing yang diterima untuk mengajukan visa dan student housing sebelum datang ke Norwegia.

Di beberapa kampus lain, contohnya UiO atau UiB, membagi pendaftar menjadi 3 kategori yang masing-masing berbeda batas waktu pendaftarannya. Untuk mahasiswa internasional deadline-nya di bulan Desember atau Januari, mahasiswa EU dan Swiss awal Maret, dan mahasiswa Nordik atau penduduk Norwegia di pertengahan April. Karena saya tinggal di Norwegia dan memegang residence permit yang berlaku, maka saya masuk ke grup ketiga bersama warga negara Nordik lainnya. Pendaftaran dibuka awal Februari dan ditutup pertengahan April. Kesempatan ini tentu saja saya manfaatkan untuk tes IELTS dulu sekalian memperbaiki nilai.

Sementara di OsloMet, pendaftar asing baik yang tinggal di/ataupun luar Norwegia memiliki waktu pembukaan dan penutupan pendaftaran yang sama, yaitu Desember.

3. Cek kemampuan bahasa

Kebanyakan kampus biasanya menargetkan skor total minimum 6.5 untuk IELTS, 90 untuk TOEFL iBT, dan 62 untuk PTE Academic. Namun program studi tertentu memerlukan skor lebih tinggi sebagai syarat administrasi, seperti Literatur Inggris atau Media dan Komunikasi. University of Bergen menetapkan total skor IELTS minimum 6.5 namun tidak kurang dari 6.0 di setiap bagiannya. Jadi sebelum yakin mendaftar, harap perhatikan juga minimal skor seperti apa yang kampus tersebut minta.

Di UiO, skor total minimum untuk IELTS adalah 6.5. Sementara di OsloMet skor total minimumnya 6.0. Karena masih punya sertifikat IELTS dari dua tahun lalu yang memang nilainya hanya 6.0, saya gunakan untuk mendaftar kesana.

4. Pilih jurusan

Karena pilihan kampusnya hanya dua, saya pun berusaha mencocokkan saja program studi mana yang ingin diambil dan cocok dengan minat serta bakat. Pilihan program studi Master di OsloMet sedikit sekali dan yang paling relevan adalah bidang Education Development-nya. Sayangnya, program ini lebih menitikberatkan kepada pendidikan di negara berkembang di Eropa Selatan. Agak jomplang memang karena programnya lebih ke ilmu sosial, hubungan internasional, dan humaniora.

Saya juga sempat menanyakan ke bagian administrasi kampus apakah program studi saya yang kemarin cocok dengan Education Development ini. Seperti yang saya bilang di awal, karena S1 saya berada di tengah-tengah ilmu sosial dan eksak, maka si admin kampus menegaskan kalau jurusan saya tidak relevan karena fisika lebih condong ke ilmu eksak.

Tertarik juga dengan Teknik Arsitektur-nya, saya iseng-iseng lagi bertanya apakah ilmu fisika saya memenuhi kualifikasi di program ini. Lalu tentu saja ditolak kembali. Alasannya karena ilmu fisika saya bukan ilmu Fisika Teknik. Blah!

Tapi daripada tidak mendaftar sama sekali, saya masukkan saja aplikasi ke dua spesialisasi di bidang Education Development karena program studi inilah yang paling mendekati.

Untungnya pilihan program studi di UiO lebih banyak dan bervariasi, serta cocok dengan minat. Saya baca dengan sangat teliti hampir semua persyaratan administrasi di banyak program studi, lalu akhirnya mantap dengan 1 pilihan di bidang Entrepreneurship dan 2 pilihan di Ilmu Pendidikan.

Di Norwegia juga tidak semua program studi diperuntukkan bagi mahasiswa asing. Beberapa jurusan perminyakan dan teknologi hanya dikhususkan bagi mahasiswa Nordik atau Eropa yang menguasai bahasa Norwegia saja.

5. Persiapan dokumen

Daftar kuliah di Norwegia itu mudah sekali karena prosesnya hanya masuk ke portal universitas dan melengkapi persyaratan dokumen. Dokumen yang perlu dipersiapkan juga sangat standar misalnya scanned copy paspor, ijazah dan traskrip asli beserta terjemahannya, serta sertifikat bahasa Inggris. Yang membuat saya bersyukur lagi, hampir semua kampus di Norwegia tidak memerlukan surat rekomendasi dari atasan dan dosen, karena saya sempat di-PHP dosen pembimbing saat dimintai surat ini.

Meskipun syarat dokumennya sangat standar, namun ada beberapa tambahan dokumen yang harus diperhatikan seperti:
1. Bukti finansial
2. CV
3. Motivation letter
4. Course description
5. Portofolio

Untuk dua kampus yang saya tuju untungnya tidak ada persyaratan melampirkan bukti finansial saat pendaftaran. OsloMet baru mewajibkan mahasiswa asing untuk menyerahkan bukti finansial saat sudah diterima dan sedang proses mengajukan visa. Sementara UiO dan UiB tidak mewajibkan pendaftar asing yang tinggal di Norwegia melengkapi lampiran tersebut sebagai syarat pendaftaran. Baguslah, karena sejujurnya tabungan saya belum cukup memenuhi 116.369 NOK yang diwajibkan untuk mendapatkan study permit.

Baca juga: 10 Tips Daftar Kuliah S1 dan S2 di Norwegia

Lalu untuk kelengkapan CV dan motivation letter hanya diwajibkan di beberapa program saja, terutama di program studi yang ingin saya ambil. Karena penerimaan mahasiswa menggunakan sistem ranking, penilaian terhadap motivation letter bisa dijadikan nilai tambah jika jumlah pendaftar melebihi kuota.

Untuk tambahan dokumen poin ke-4 inilah yang membuat saya cukup kewalahan. Saya tadinya ingin coba-coba mengambil program Materials Science di UiO yang salah satu syaratnya adalah menyertakan silabus pembelajaran fisika saat S1. Tim komite penerimaan mahasiswa tidak bisa menilai sistem kredit dan perkuliahan mahasiswa asing hanya dengan melihat transkrip saja. Makanya silabus pembelajaran dari kuliah terdahulu harus disertakan untuk melihat apakah mata kuliah yang sudah saya ambil berkualifikasi.

Saya mencari silabus khusus Fisika di kampus saya kemarin dan yang tersedia tentu saja hanya bahasa Indonesia. Satu mata kuliah bisa sampai 4 lembar penjabaran silabusnya. Sementara mata kuliah fisika sendiri lebih dari 20 macam. Artinya mau tidak mau saya harus menerjemahkan semua isi materi tersebut ke dalam bahasa Inggris yang jumlahnya bisa lebih dari 80 lembar! Aduh, skip!


Selesai! Pengumuman diterima atau tidaknya harus menunggu sampai awal Juli, sementara kuliah akan dimulai di akhir liburan musim panas. I just hope for the best!


Komentar

  1. Tulisannya membantu banget buat aku yang pengen lanjut kuliah di luar tapi ga punya dana yang cukup dan otak yang pas-pasan untuk dapetin beasiswa. Semenjak postingan pertama Mba Nin tentang mau lanjut master ke Norway itu, aku jadi ikut termotivasi buat prepare lanjut master ke Norway juga. Ternyata ada yang share pengalaman dengan situasi yang sama kayak aku, postingan lain rata-rata dari jalan beasiswa soalnya (sepanjang yang baru aku temui). :)
    Mba Nin, kalau aku mau tanya-tanya seputar jalan master ke Norway ini boleh ga ya? Karena infonya selalu enak di bacanya, mudah dipahami lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Umi,

      Seneng karena dapet temen non-beasiswa juga. Hehe. Ini aku baru daftar kok, belom dapet hasilnya. Nanti aku pasti sharing apapun hasilnya; soal study permit, dll.

      Aku juga bener2 gak ada modal; baik dari materi dan otak. Tapi tetep pengen kuliah lagi. Makanya jalan di Norwegia ini kayaknya bisa dicoba. Kalo kamu tertarik apply buat tahun depan, boleh banget! Gratis ini kok :)

      Hapus
    2. Haha sama, aku pengen kuliah lagi juga. Ngerasa banget sekarang otak buntu cuma ngerjain kerjaan aja. Kangen pengen diskusi lagi, sekolah lagi, pengen jadi siswa dan nuntut ilmu lagi. Dan udah pesimis di jalan beasiswa haha.

      Iya aku prepare segala hal dulu nih. Ditunggu tulisannya ya :)

      Hapus
    3. Bagus banget sih sebenernya ini, pengen kuliah lagi karena kangen sama suasana kampus dan learning process. Semoga nanti kesampean ya bisa lanjut kuliah ke Norwegia ;)

      Doain semua urusan lancar biar bisa sharing lebih banyak soal perkuliahan disini.

      Hapus
  2. Hai kak nin salam kenal ya, aku indah, kuliah semester delapan jurusan pendidikan khusus ini lagi ngegarap skripsi. Dari dulu punya cita cita lanjut kuliah ke oslo heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Indah, salam kenal juga ya :)

      Di UiO ada banget jurusan Pendidikan kalo kamu tertarik. Di OsloMet juga ada jurusan Pendidikan, tapi lebih ke ilmu politik dan hubungan internasional. Semoga nanti kesampean aya lanjut master disini ;)

      Hapus
  3. Asslamau'alaikum. Bagaimana untk yg ingin lanjut dan ambil master H.I..? Krna S.1 kmrn ambil HI d univ muhammadiyah malang. Mhn info.a. mbk nin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Akmal,
      Iya, bisa kok. Coba aja untuk semester tahun depan. Buka aja link kampusnya, disana udah ada info kok soal jurusan, mata kuliah, & persyaratan apa aja yang dibutuhin.

      Kayaknya kalo HI, bisa nyasar kemana2 ya. Maksudnya, bisa ke OsloMet juga buat jurusan International Education Development. Kalo di UiO, ada Public Internation Law sama satu lagi aku lupa sih. Infonya lengkap di situsnya langsung :)

      Hapus
  4. Hi kak nin, salam kenal ya aku Devi :)
    Kak makasih banget untuk tulisan kakak ini, sangat amat membantu aku banget.
    Sama casenya juga dgn temen temen diatas, aku kehambat di financial dan dengan otak yg pas pasan juga ini hahaha . Kak aku kan udah S1 ya , kemarin ambil sistem informasi gitu , tapi lebih banyaknya ke bisnisnya sih. Kalo misalnya aku mau ambil s2 di norwe bagusnya apa ya kak? Terimakasih kak ������

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah dapat pencerahan, semoga aku juga bisa melanjutkan master disana y mb nin.bismillah... First , pr utk ku perbaikan English dulu hohoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaammmiinnn... 😇 sukses ya buat kamu! Coba ikutan tes English boongan dulu, biar tau kira2 kamu mesti moles di bagian mana.

      Hapus
  6. Kak aku mau tanya kalo untuk pascasarjana/s2 nya prosedurnya kira" sama gak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya kamu mau ambil S3 di Norwegia? :)

      Hapus
  7. Hy kak terjemahan transkrip Dan ijazah harus terjemahan resmi Dr notaris ga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak harus. Tapi sebaiknya terjemahan dari penerjemah tersumpah ya :)

      Hapus
  8. Penerjemah tersumpah harus cari di mana kak bayar perterjemahan atau per lembar ya kak

    BalasHapus
  9. Daftar langsung ke web kampusnya ya kak?

    BalasHapus
  10. Hai kak.. mau nanyak untuk program postdoctoral di UiO ada gk ya? Aq s1 nya matematika murni, s2 nya pendidikan matematika, pingin lanjut s3 nya yg murni aja.. mohon dibalas y kak.. thx a lot ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan melipir langsung ke situs masing2 kampus ya. Informasi udah banyaaaak banget terpampang nyata langsung di situs kampus kok.

      Hapus
  11. mau nanya ni kak, yang gratis itu maksudunya apanya ya? seluruh biaya pendaftaran untuk masuk univ oslo atau utk app nya doang? Kalo gratisnya untuk app nanti biaya administrasi per semesternya kalau boleh tau sekisaran brp ya? Maksih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuition fee gratis.
      Untuk biaya per semester, silakan cek masing2 situs kampus publik yang kamu pengen. Tapi kisarannya antara 600-900kr/semester. Kalo UiO sendiri, itu 840kr/semester.

      Hapus
  12. Hi mba Ni! Kenalin aku Puji. Baru ketemu tulisannya thn 2024 ini karena aku rencana uapai ke Norway juga. Semoga bisa berkoneksi mba. Makasih:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika