Langsung ke konten utama

Road Trip ke Norwegia Utara, Seberapa Mahal?


Dulu, karena kampung halaman ayah saya ada di Malang, sementara kami sekeluarga tinggal di Palembang, 5-7 tahun sekali pasti menyempatkan mudik ke Pulau Jawa. Karena harga tiket pesawat yang sangat mahal, road trip adalah pilihan terakhir yang bisa keluarga saya lakukan meskipun harus berlama-lama di jalan.

Sampai di Norwegia, saya makin rindu road trip. Apalagi salah satu cara terbaik berkeliling tempat cantik di Norwegia hanyalah menggunakan mobil. Selain tidak perlu takut ketinggalan jadwal transportasi umum, berkendara sendiri membuat fleksibilitas dan mobilitas tinggi. Bisa berhenti beristirahat dan bebas mampir ke banyak hidden gems yang tak terjamah jika harus naik kereta atau pesawat.

Sayangnya saya tak punya SIM lokal ataupun internasional untuk menyetir disini. Sudah mengajak beberapa teman au pair yang punya SIM ikut road trip, tapi rencana hanyalah tinggal wacana. Awal Juni lalu akhirnya saya ditawari Mumu, seorang cowok Norwegia, yang secara spontan mengajak untuk road trip ke Pulau Lofoten, kampung halaman neneknya. Ohh finally, dream came true!

Road trip kali ini kami memakai mobil Mumu yang nanti semua biayanya akan dibagi 2, kecuali biaya servis mobil. Kalau ada yang tertarik sewa mobil di Norwegia, silakan cek situsnya SIXT, pusat penyewaan mobil yang menurut saya paling murah. Untuk satu mobil kecil berisi 4 orang bermesin manual, harganya sekitar 750 NOK per hari. It's more than enough ketimbang harus menyewa mobil besar bermesin automatic.


WHERE WE DROVE

Meskipun tujuan utama adalah mengunjungi Pulau Lofoten, tapi di tengah jalan biasanya ada saja penambahan atau pengurangan rute yang dari awal sudah direncanakan. That's how it is; we were so flexible to the opened options!

Untuk menuju Pulau Lofoten, kami menyebrang melewati pelabuhan Skutvik dan Moskenes untuk kembali ke Bodø. Tiket feri dari Skutvik lebih murah dibandingkan dari Bodø, tapi juga harus siap berkendara sedikit lama ke utara.





Berbeda dengan alam di Norwegia Selatan, vegetasi di Utara biasanya ditandai dengan pepohonan yang lebih pendek dan tidak terlalu lebat. Bunga katun dan bunga berwarna kuning tumbuh liar di sepanjang perjalanan menambah kesan syahdu. I couldn't stop wowing!

Pegunungan yang kokoh serta fyord yang cantik tak lepas mengiringi pandangan kami. Sepanjang perjalanan juga camper van ikut berlalu lalang dan mengingatkan saya dengan film-film Amerika lawas. Kadang-kadang, ada juga camper van retro berwarna biru muda keluaran Volkswagen lewat and it seemed getting back to the old days!




Di perjalanan menuju Utara, sejujurnya saya baru sadar kalau sedang berada di Norwegia. Oh wow, I am in Norway! How lucky I am! Inilah gambaran Norwegia saat musim panas yang selama ini ada di kepala saya; hijau, sederhana, tenang, dan damai. Apalagi saat melewati pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota besar, saya dan Mumu berkali-kali bertanya pada diri sendiri, "could I live like them?" Jauh dari internet dan segala kehidupan modern. Yes, could we?


WHERE WE STAYED

Salah satu keuntungan berkeliling Norwegia dengan cara road trip adalah kita bisa menyewa kamar lebih murah yang jauh dari pusat kota untuk menghindari biaya hotel yang mahal. 

Kabin

Norwegia sangat terkenal dengan kabin kayunya yang biasa digunakan saat musim panas atau dingin. Tidak hanya milik pribadi, banyak kabin-kabin mini mirip kontrakan tersedia di camping spot bagi pengendara mobil yang ingin menginap dalam waktu singkat. Kabin-kabin ini juga banyak macamnya, dari yang punya dapur dan toilet di dalam ataupun mesti sharing dengan tamu lainnya.

Karena malas saling berbagi fasilitas dengan orang lain, kami selalu menyewa satu kabin yang memiliki toilet dan dapur sendiri. Harga yang ditawarkan pun bervariasi dimulai dari 300-an NOK per malam untuk kabin tanpa dapur dan toilet. Tamu yang menginap juga harus menjaga kebersihan kabin dan wajib membawa sarung dan sprei sendiri, serta dilarang merokok.


Kabin nelayan (Rorbua)

Di Lofoten, jangan sampai absen mencoba tinggal di kabin nelayan atau yang biasa disebut rorbua. Sebetulnya kabin nelayan ini bentuknya hampir sama dengan rumah panggung di Indonesia. Bahkan dulu rumah keluarga saya di Palembang juga bentuknya mirip rumah panggung. Rorbua ini juga sama saja, dulunya hanya berupa rumah panggung tradisional bercat merah atau oker milik para nelayan yang berada di dekat perairan.

Bedanya, sekarang rorbua dijadikan daya tarik kuat bagi pengunjung yang ingin merasakan sisi tradisional Norwegia yang sudah dimodernisasi. Beberapa perabotan masih berupa kayu yang sederhana, namun peralatan dapur dan toiletnya sudah sangat bersih dan modern. Harga menyewa rorbua per malam juga tidak murah, apalagi di tempat yang sudah terkenal oleh turis. Kami menyewa salah satu rorbua terbaik di Svolvær, Svinøya Rorbuer, seharga sekitar 1500-an NOK per malam.


Bed and Breakfast

Di beberapa tempat yang sedikit dekat dengan kota besar, pilihan kami jatuh ke B&B ketimbang AirBnB. Fasilitas B&B ini sebetulnya lebih di atas sedikit dari hostel, tapi kebersihannya hampir sama dengan hotel. Harga kamar yang ditawarkan pun cukup terjangkau dimulai dari 500-an NOK per malam. Sarapan yang disediakan juga tergantung kebijakan hotel; ada yang sudah dikemas di dalam kantong kertas, ada juga yang sampai menyediakan buffet. Sangat lumayan untuk transit pendek.

Camping in the wild

Tidak semua orang yang road trip di Norwegia berniat membayar mahal hanya untuk satu kamar. Banyak juga yang membawa tenda dan sleeping bag sendiri, lalu mencari spot terbaik di pegunungan, dekat danau, hutan, ataupun di pantai untuk mendirikan tenda. Asiknya, hampir semua tempat di Norwegia disediakan gratis untuk mendirikan tenda, asal bukan di sekitar lahan atau perumahan warga. Feel close to the nature, huh?


Di beberapa pantai dan hutan bahkan disediakan kamar mandi umum untuk bisa digunakan  pengunjung yang berniat bermalam di sekitar area tersebut. Camping spot di seluruh Norwegia juga memperbolehkan pengunjung untuk mendirikan tenda sendiri di dalam spot dan menarik komisi sekitar 100-200 NOK per malam. Enaknya, pengunjung juga bisa menggunakan kamar mandi 24 jam penuh. Baca cerita saya camping di gletser Svartisen disini!

This is the cheapest and most fun way to stay over. Tapi saya dan Mumu kadang malas mendirikan tenda ketika temperatur Norwegia masih 2 derajat saat musim panas. Pilihan lainnya adalah dengan cara tidur di dalam mobil dan menutupi kaca-kaca dengan sprei atau selimut gelap yang kami bawa. Saran saya, jauhi mendirikan tenda di pinggir jalan raya untuk menghindari klakson iseng saat malam hari.


WHAT WE ATE

Please don't find a way to get cheap food in Norway! Makan-makan termurah yang bisa kami lakukan saat road trip adalah belanja dulu ke supermarket, lalu masak di kamar kabin yang punya dapur sendiri. Selebihnya, kami tetap harus makan di luar sebagai variasi. Meskipun Mumu sudah lengkap membawa kulkas mini ke mobil, tapi tidak semua bahan makanan bisa awet dan tetap segar. Apalagi kami tidak berkendara selama 24 jam penuh dalam satu hari. Cara termurah lainnya yang bisa dicoba adalah dengan membeli sandwich atau sosis di pom bensin seharga 45-80 NOK. Well, tetap harus menyerah makan junk food sesekali kalau berminat.


Kami berdua sebetulnya tidak terlalu suka junk food dan lebih memilih membeli turmat. Turmat ini adalah produk asli Norwegia Utara yang dikeringkan serta dikemas dalam wadah kedap udara tanpa menghilangkan rasa aslinya. It's sooooo easy to be prepared karena hanya perlu air panas saja. Mirip mie instan yang diseduh, tapi ini versi lebih sehatnya. 

Turmat bisa dibeli di toko-toko peralatan olahraga semisal Sport1 atau XXL. Olahan makanannya pun sangat banyak, dari bubur oatmeal, kari ayam, chilli con carno, beef stew, hingga sup sapi! Harganya berkisar dari 69-99 NOK per bungkus. Kalau bertanya soal kualitas makanan, tentu saja berbeda dari fresh dishes. Tapi soal rasa, semuanya enak-enak dan tidak hambar layaknya makanan instan lainnya. Try our favorite ones; pasta bolognese and chicken tika masala!


Somehow, homemade food and turmat would be boring, lalu akhirnya kami tetap harus datang ke restoran. Di Lofoten, harga makanan di restoran berbeda untuk musim panas dan musim dingin. Karena banyak turis datang saat musim panas, maka harga makanan pun dinaikkan sampai lebih dari 100 NOK per porsi. Untuk satu porsi makan malam sederhana di restoran tradisional Norwegia, harga standarnya dimulai dari 350 NOK. Sementara kalau tak terlalu picky ingin mencoba burger dan pizza, harganya masih standar seperti restoran fast food lainnya. But, seriously? Cheese burger in Lofoten?!


HOW MUCH WE SPENT

Here we go! Bisa dikatakan, kami berdua bukan tipikal budget traveler yang harus rela menanggalkan kenyamanan hanya demi bisa menikmati perjalanan. Jadi inilah total pengeluaran kami selama 10 hari road trip ke Norwegia Utara!


Murah? Mahal? Normal?

Yang pasti biaya di atas belum termasuk tiket masuk exhibition, dan museum yang kami kunjungi. Selain itu karena pakai mobil pribadi, tentu saja Mumu harus mengeluarkan uang lebih untuk servis mobil 2 kali. Biaya ini juga mungkin tak jauh beda jika ingin menyewa mobil sendiri. Belum lagi di tengah jalan kami harus beli ketel, termos, serta selimut yang lupa dibawa dari rumah.

Bagi kami, biaya di atas lebih dari ekspektasi normal. Harusnya bisa menghabiskan maksimal 10.000 NOK saja, tapi ternyata lebih besar! BUT, we did definitely enjoy the Northern Norway so much! Perjalanan ke Utara dengan harga sebesar itu tentu saja sangat worth-it, apalagi bagi saya yang hanya traveler musiman ini.

So, would you spend (more) money on a scenic road trip?



Komentar

  1. Aku jadi ngiler ke Norwegia Utara liat beginian Nin. Kalau berdua aja sekitar 1600 euro berarti satu orang kurang lebih 800 euro ya. Hmm lumayan meheeeel... nanti2 aja deh kalo punya duit banyak :p Aku dan pacar suka camping jadi kayaknya kalau kami kesana, pengen camping aja!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya ini nih baru itungan kasarnya doang, Crys. Belom termasuk biaya tol yang si Mumu belom dapet laporannya nih berapa. Jadi kayaknya emang satu orang wajib punya €1000.

      Asli lah, mahal! Aku aja pas tau endingnya segitu, sampe mikir, “lha bisa beli tiket PP ke Indo nih” 😆

      Hapus
    2. Kalau tidak lewat jalan tol bisa gk mba?

      Hapus
    3. @Januar, bisa2 aja. Cuma lebih panjang, lebih ngabisin bensin, lebih mahal, tapi tentu aja bisa lebih banyak ngunjungin desa2 lain :)

      Hapus
  2. Ga punya pengen ke svalbard gan ?

    BalasHapus
  3. Mbaaa ini sih indah banget! Impian suatu hari bisa roadtrip semacam ini. Bisa berhenti dengan leluasa. Tapi harganya cukup bikin elus dada juga yah.. Hehe

    Btw saya tinggal di malang, seneng nama kota tempat tinggal ke mention hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... Yang penting kotanya kesebut aja ya ^^

      Semoga kamu juga bisa ke sini ya next time! :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar