Langsung ke konten utama

Apply 'Study Permit' Tanpa Uang Jaminan Penuh



Bagi yang belum tahu, saya sekarang sedang melanjutkan kuliah Master di Norwegia dengan biaya sendiri. Tidak seperti teman-teman pelajar lain yang mungkin baru akan mengajukan visa dan study permit Norwegia dari Indonesia, saya sudah duluan tinggal disini sebagai au pair dan minggu lalu mengajukan aplikasi untuk studi lewat kantor polisi di Oslo.

Tapi meskipun sudah tinggal disini, tapi syarat yang berlaku saat mengajukan study permit sama saja seperti mahasiswa internasional lainnya. Salah satu syarat kelengkapan dokumen yang paling berat bagi saya adalah menyertakan bukti finansial minimal sebesar NOK 121.200 (2019) ke UDI, pihak imigrasi Norwegia. Kalau dikonversi, besarnya sekitar Rp200 juta atau €12.120

Uang tersebut wajib ada di rekening bank Norwegia atas nama sendiri atau mesti didepositkan ke rekening kampus. Bagi yang tanya fungsi uang ini untuk apa, gunanya untuk menutupi biaya hidup kita selama 1 tahun di sini. Meskipun bebas uang kuliah, tapi biaya hidup di Norwegia sangat tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Makanya pemerintah Norwegia tidak ingin mahasiswa asing terlunta-lunta di negara mereka hanya karena tidak memiliki cukup uang selama studi di sini. Make sense?

Tapi pihak imigrasi Norwegia memperbolehkan mahasiswa asing tidak harus menunjukkan semua uang tersebut asal;
1. Menjadi penerima dana hibah/beasiswa dari organisasi/pemerintah resmi.
2. Mendapatkan bantuan dana pinjaman dari pemerintah Norwegia (LÃ¥nekassen).
3. Mendapat tawaran kerja dari employer di Norwegia.

Beruntunglah bagi mahasiswa asing yang tidak harus pusing-pusing memikirkan syarat tersebut jika menerima bantuan beasiswa full. Pun juga dengan para mahasiswa asing yang memenuhi syarat menerima LÃ¥nekassen dari pemerintah lokal. Bicara sedikit soal LÃ¥nekassen, jadi dana ini sebetulnya adalah dana pinjaman dan hibah yang diberikan pemerintah Norwegia kepada pelajar asing dengan syarat-syarat tertentu yang nominalnya tergantung program studi yang diambil. Jumlah dana yang diberikan biasanya sekitar NOK 11.000 per bulan bagi yang tinggal sendiri.

Sebetulnya LÃ¥nekassen hanyalah hak bagi pelajar berwarga negara Norwegia saja. Namun ada syarat tertentu yang memungkinkan mahasiswa asing juga berhak atas dana tersebut. Bagi yang menikah dengan Warga Negara Norwegia atau ikut keluarga/suami ke Norwegia, sangat memungkinkan daftar LÃ¥nekassen. Syarat lainnya juga berlaku bagi pelajar asing yang pernah sekolah selama 3 tahun di Norwegia atau pernah bekerja selama 24 bulan penuh dan membayar pajak. Keterangan lengkapnya bisa dibaca di sini. Karena sifatnya juga berupa pinjaman, pelajar yang menerima bantuan ini WAJIB mengembalikan dana pinjaman tersebut ketika masa studi mereka berakhir. Kalau semua mata pelajaran/kuliah lulus, pelajar hanya mengembalikan 30% dari total pinjaman yang mereka dapatkan. Namun kalau gagal, mereka harus mengembalikan 100% dana tersebut.

Sayangnya, saya tak memenuhi semua persyaratan. Saya memang sudah tinggal hampir 24 bulan di Norwegia, tapi status saya bukanlah full-time employee tapi au pair. Di Norwegia, meskipun au pair membayar pajak dan dapat uang saku tiap bulan, tapi program ini tetaplah tidak dianggap sebagai pekerjaan penuh waktu.

Karena sudah berniat lanjut S-2 di Norwegia, mau tidak mau saya harus mengumpulkan sendiri uang sebesar NOK 121.200 tersebut. Pertanyaannya, apakah saya punya uang sebesar itu?

Tentu saja, TIDAK! Bahkan dengan jadi au pair 5 tahun di Eropa, mustahil mengumpulkan dana sebesar itu tanpa embel-embel kerja sampingan lainnya. Apalagi rencana saya lanjut kuliah di Norwegia baru terpikir Agustus 2018 lalu. Dalam waktu satu tahun tentunya uang tabungan saya tidak akan beranak sebanyak itu. Apalagi saya juga tak tertarik cari uang tambahan di luar waktu kerja au pair karena terlalu muak bersih-bersih rumah dan jaga anak orang.


APA YANG SAYA LAKUKAN? 


1. Menyertakan bank statement buku tabungan

Sejujurnya, dalam waktu 2 tahun jadi au pair di Norwegia, uang yang bisa saya kumpulkan jumlahnya tak sampai NOK 40.000. Untungnya, pihak imigrasi Norwegia tak mempermasalahkan nominal rekening ini asal saya memiliki sumber dana lainnya; contohnya gaji yang akan diberikan employer di Norwegia lewat job offer. Jadi kalau jumlah tabungan saya ditambah gaji dari job offer nominalnya NOK 121.200 per tahun, maka hal ini diperbolehkan. Atau kalau pun total gaji kita selama 1 tahun jumlahnya menutupi semua biaya tersebut, kita malah tidak perlu melampirkan bank statement lagi.

2. Melampirkan surat kontrak kerja au pair

Meskipun pelajar asing bisa bekerja selama 20 jam per minggu, tapi sebelum jadi pelajar, status saya adalah au pair di Norwegia. Saat mengajukan aplikasi study permit ini pun, kontrak saya masih berlaku dengan host family. Karena uang saku au pair ini bisa dijadikan salah satu sumber dana, maka saya lampirkan saja surat keterangan dari host family yang menyatakan sisa masa kontrak kerja serta total pendapatan yang saya miliki sampai kontrak tersebut berakhir. Jumlahnya lumayan, lebih dari NOK 20.000!

3. Mendapatkan job offer

Karena kontrak au pair saya berakhir Desember 2019, sementara harus apply study permit akhir September, saya kesulitan mencari pekerjaan yang baru available Januari 2020. Saya tentu saja tidak bisa cari pekerjaan lain karena au pair ini saja jam kerjanya sudah 20 jam per minggu.

Setelah mengobrol dan tanya ke beberapa orang teman, akhirnya ada bapak seorang teman yang mau mengontrak saya sebagai cleaning lady mingguan per Januari 2020. Dalam satu minggu, saya kerja 4-5 jam dan dibayar 180 kr/jam.

Sebetulnya si bapak ini tidak yakin akan mempekerjakan saya sampai 12 bulan. Tapi karena saya butuh job offer sebagai syarat administrasi, akhirnya si bapak mau membuatkan kontrak kerja sampai 1 tahun. Lumayan, sumber dana yang bisa saya dapat dalam satu tahun lebih dari NOK 30.000.

Ngomong-ngomong, job offer ini sifatnya tidak mengikat. Jadi kalau pun nantinya saya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tentu saja saya bisa membatalkan pekerjaan yang sudah ditawarkan ini. Cara minta tolong orang menawari pekerjaan ini pun harus hati-hati, karena seorang kenalan Indonesia di Norwegia sempat menuduh saya otak kriminal. Padahal maksud saya ingin ditawari pekerjaan sampingan, tapi orang ini salah paham lalu menyangka saya akan memalsukan dokumen. Katanya suaminya ikut marah besar saat saya menanyakan hal tersebut.

4. Pinjam teman

Dari total 3 sumber dana di atas, saya masih kekurangan biaya sedikit lagi. Banyak yang menyarankan agar saya pinjam ke host family dulu, tapi saya enggan. Pertama, karena mereka akan pindah ke Swiss. Kedua, saya tidak ingin menjelaskan panjang lebar soal masalah finansial ini hingga menimbulkan kesan skeptikal kalau uang mereka harus dikubur dalam rekening saya dalam waktu tertentu.

Satu-satunya cara terakhir adalah pinjam uang dulu ke teman. Tapi karena uang adalah hal sensitif, di-PHP itu sudah biasa dan kita harus lapang dada. Tidak semua teman yang sebenarnya sangat niat membantu punya kondisi finansial yang baik. Kadang dorongan semangat dan doa dari mereka juga sama berharganya untuk menaikkan mood kita yang sedang down. Di sisi lain, tidak semua teman dekat juga mengerti masalah kita dan jangan buang-buang waktu begging sampai merepotkan banyak orang. Buktinya, satu teman saya di Denmark sempat ingin meminta surat keterangan peminjaman bernilai hukum (pakai materai), paspor, serta SIM saya, karena takut uangnya dilarikan ke Indonesia. No words!

Tapi punya banyak teman di saat finansial lagi jeblok seperti ini memang bisa mengubah keadaan. Dari cerita sana-sini, tak hanya bantuan semangat yang saya dapatkan, tapi juga uang!Teman saya di Indonesia dan teman sekelas di kampus sampai berniat meminjamkan uangnya ke saya tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Tak hanya mereka, di Norwegia ini juga saya mendapatkan bantuan pundi-pundi dari teman lain yang sangat membantu menggendutkan rekening. Being social is helpful somehow! Jujur saja, uang tabungan yang saya butuhkan juga di-make up paling banyak dari bantuan teman ini. Yang jelas, cara pinjam-meminjam uang teman seperti ini sebetulnya sangat lumrah terjadi di kalangan mahasiswa internasional, kok.

Saran dari saya, kalau memang berniat pinjam uang ke teman, carilah teman yang betul-betul mengerti keadaan kita. Kalau tahu finansialnya juga sedang susah, jangan paksa atau pinjamlah dengan skala kecil saja. Every penny helps! Satu lagi, tak semua yang kita butuhkan itu uang. Bagi saya, dukungan serta doa yang orang lain haturkan juga merupakan rezeki bagi relung hati.

⚘ ⚘ ⚘

Begitulah cara saya menutupi besarnya bukti finansial yang harus disertakan sebagai kelengkapan dokumen. It's NOT easy to save money, apalagi jumlahnya sebesar itu. Saya tidak tahu apakah cara tersebut membuat pihak imigrasi yakin 100% memberikan saya study permit, karena ini adalah kali pertama saya mengajukan permit tanpa garansi apa-apa dari seseorang. I'll tell you later, for sure!



Komentar

  1. "karena seorang kenalan Indonesia di Norwegia sempat menuduh saya otak kriminal."
    Ya ampun syok banget baca part ini, ga kebayang gimana jadi kamu saat itu. :(
    Tapi aku liat kamu orangnya kuat dan selalu punya cara buat nyari solusi dari semua hal yang kamu lalui. Salut :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Aku sampe dibilangin hati2, entar ditangkep masuk penjara lalala.. padahal aku heran, dimana letak kriminalnya hany minta job offer dari dia doang 😅 Tapi sudahlah, tiap orang kan beda2 ya. Justru yang paling banyak bantu aku temen2 non-Indonesia sih.

      Terima kasih banyak. Soalnya kalo mau tinggal di negara orang tanpa siapa2 (keluarga), emang mesti kuat & bisa stand on your own feet. Walau gimana pun, kadang teman yg kita percaya juga gak bisa kasih banyak bantuan.

      Hapus
  2. Halo, disana mulai perkuliahan di bulan apa ya mba? Saya selalu senang baca postingan di blog ini. Tahun lalu saya baca blog ini kemudian au pair, tahun ini balik dulu ke Indonesia dengan harapan nanti balik lagi ke Eropa untuk kuliah.
    Terimakasih sudah menginspirasi. Semoga study permitnya diterima.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo..
      Tergantung kampusnya sih ya. Beda2 negara, beda2 ketentuan. Tapi kebanyakan emang mulai mid Agustus/awal September.

      Makasih banyak juga! Semoga aja nih emang granted :) Sukses ya buat kamu.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika