Langsung ke konten utama

Lanjut Kuliah dari Tabungan Au Pair, Bisa?

 
Selain tentang au pair, topik seputar kuliah di luar negeri adalah salah satu hal yang paling banyak ditanyakan ke saya. Senang rasanya saat tahu ada banyak anak muda Indonesia yang sensitif terhadap informasi dan mulai merencanakan studi di luar negeri meskipun belum tamat SMA sekalipun.

Di antara anak-anak muda ini, ada yang berencana jadi au pair dulu sebelum lanjut studi karena menganggap au pair adalah batu loncatan untuk menggapai mimpi yang lain. Tak sedikit dari mereka berpikir bahwa uang yang didapat dari au pair memungkinkan untuk ditabung sebagai bekal kuliah, ketimbang harus merepotkan orang tua di Indonesia. Mungkin karena melihat uang saku au pair cukup besar setelah dikonversi ke Rupiah, membuat banyak calon au pair Indonesia semangat ingin menabung. Pernah juga saya membaca pengalaman seorang mantan au pair yang bisa lanjut kuliah dari tabungan hasil au pair yang dikumpulkan selama beberapa tahun, namun sayangnya, si penulis tidak menceritakan secara lebih detail bagaimana proses bisa mengatur keuangan sedemikian rupa hingga terkumpul untuk biaya hidup dan kuliah.

Karena meskipun uang saku au pair terlihat cukup besar, tapi faktanya uang tersebut TIDAK AKAN PERNAH CUKUP sebagai bekal lanjut kuliah! Uang saku au pair sejatinya sudah diatur sedemikian rupa agar bisa menutupi biaya hidup kita di host country selama tinggal bersama host family. Tentunya selama tinggal dengan keluarga ini, kita tidak perlu pusing memikirkan biaya akomodasi dan makan setiap hari. Makanya uang saku yang diterima hanya mencukupi kebutuhan papan semisal baju dan sepatu baru, travelling, nongkrong, atau mungkin mengirim sedikit ke Indonesia. 


Contohnya, kamu berencana kuliah di Norwegia selepas au pair dengan uang jaminan NOK 123.000 (sekitar 200 jutaan) yang harus tersedia di pangkal. Uang jaminan ini hanya berlaku selama 1 tahun, yang nantinya setiap tahun harus diperbarui sampai lulus kuliah. Sementara uang saku au pair di Norwegia hanya NOK 5900 per bulan, belum dipotong pajak. Uang saku ini tentu saja tak bisa kita tabung semuanya karena setiap bulan pasti ada kebutuhan lain yang harus dibeli. Mungkin kamu ingin jalan-jalan ke Svalbard, dikirim sebagian ke Indonesia, makan Ramen dengan teman, ataupun hanya beli perintilan baru untuk musim dingin. Ingin ditabung semuanya pun, dalam satu tahun tak akan menutupi uang jaminan imigrasi di atas karena NOK 5900 x 12 = hanya NOK 70.800 (belum dipotong pajak).

Jadi kalau kamu ketemu para mantan au pair yang mengaku bisa kuliah dengan 100% bergantung dari tabungan au pair, hal itu tak sepenuhnya tepat karena pasti ada cerita lain dibalik semua proses tersebut. Saya tidak mengatakan lanjut kuliah dari tabungan au pair itu tidak mungkin. Namun tentu saja ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi langkah para au pair ini, seperti;

1. Sponsor host family atau pacar 

Di luar sana ada banyak sekali au pair yang bisa menjaga hubungan baik dengan host family setelah selesai kontrak. Tak jarang juga saya menemukan keluarga yang bersedia jadi sponsor ketika mendengar mantan au pairnya berniat lanjut kuliah. Di beberapa negara di Eropa, syarat mendapatkan study permit cukup simpel karena kita tak perlu melampirkan bukti tabungan pribadi jika ada orang yang bersedia menjadi sponsor. Uang ini nantinya ditransfer ke rekening kampus sebelum akhirnya akan dikembalikan sedikit demi sedikit sampai waktu yang ditentukan. Beberapa orang teman saya yang sekarang berdomisili di Belgia banyak memulai langkah mereka menjadi pelajar karena bantuan dari keluarga terdahulu. Seberuntung itu!

Cara lainnya, para mantan au pair biasanya punya pacar di negara tujuan studi dan si pacar ini bersedia menjadi penjamin. Tentu saja dengan bantuan yang sama seperti di atas, si pacar bisa saja berbaik hati menjamin sampai si mantan au pair lulus kuliah. 

2. Black job

Bukan rahasia umum lagi kalau banyak au pair yang berusaha cari uang tambahan saat senggang dengan cara kerja sampingan sebagai nanny atau cleaning lady. Meskipun ilegal, tapi cara ini sering ditutupi semaksimal mungkin agar tak banyak orang yang tahu, karena resikonya harus siap-siap dideportasi kalau sampai ketahuan! Makanya lowongan lebih banyak didapat dari mulut ke mulut, kenalan host family, ataupun relasi teman sebangsa yang tinggal di daerah yang sama. 


Di Belgia, seorang kenalan yang gaji per bulan au pairnya €450, bisa saja mendapatkan hampir €1000 hanya karena ambil black job saat akhir pekan. Pernah juga saya mendengar cerita seorang kenalan lain yang sangat ambisius untuk lanjut kuliah selepas au pair, lalu hanya mendedikasikan waktu luangnya untuk cari tambahan kesana kemari. The hard work paid off memang, karena si kenalan ini akhirnya bisa lanjut kuliah dari uang saku plus gaji black job yang terkumpul.

3. Gaji lebih besar dari minimum

Selain karena disponsori host family, di luar sana ada banyak juga au pair beruntung lain yang mendapatkan uang saku di atas normal sampai bisa terkumpul untuk biaya kuliah. Lagi-lagi saya pernah dapat cerita dari seorang kenalan yang harusnya di Belgia dibayar €450 per bulan, tapi doi malah diberi €600. Di Norwegia pun sama, seorang kenalan Filipina mengaku mendapatkan uang saku NOK 10.000 tiap bulan tanpa dipotong pajak meskipun harus kerja rodi dulu!

Kakak teman saya yang juga mantan au pair pernah mencoba menabung dari uang sakunya tiap bulan karena beruntung mendapatkan nominal di atas rata-rata. Sudah dapat uang saku di atas normal, kakaknya ini masih punya waktu untuk cari kerja sampingan pula jadi cleaning lady. Tak heran mengapa dulunya, si kakak bisa sampai mengumpulkan €1000-1500 setiap bulan! 

4. Tabungan investasi

Mungkin ada saja mantan au pair yang bisa lanjut kuliah dengan bergantung ke uang tabungan au pairnya. Tapi mungkin bisa jadi juga karena ditambah dengan dana lain semisal investasi, deposito, atau simpanan saat mereka bekerja dulu. Hanna, pemilik blog Hanecdote, adalah salah satu contoh nyata mantan au pair di Australia yang bisa lanjut kuliah di Norwegia dengan biaya sendiri. Selain karena tabungan au pair yang dikumpulkannya sejak di Australia, Hanna juga punya dana dari pekerjaan yang dikumpulkan bertahun-tahun serta beberapa investasi lain. Proses Hanna bisa kuliah di luar negeri tidak serta merta hanya murni karena tabungan au pair, tapi karena beberapa tabungan lain yang sudah dikumpulkan duluan di Indonesia. Hanna juga bercerita di blognya bahwa untuk menggapai mimpinya lanjut kuliah dengan biaya sendiri, membuatnya harus berpikir mengumpulkan uang dari banyak sumber dan tabungan hasil au pair ini sebetulnya hanya menyumbang persentase kecil sebagai dana 'hura-hura' agar tak mengganggu dana yang sudah dia siapkan sebelumnya.

5. Beasiswa

Seorang kenalan au pair bercerita bahwa ada satu mantan au pair kenalannya yang bisa lanjut kuliah di Aalto University, Finlandia, karena berhasil mendapatkan beasiswa. Tak detail juga menjelaskan bagaimana prosesnya, tapi kalau beruntung mendapatkan beasiswa parsial atau potongan beberapa persennya pun, menurut saya sudah cukup untuk mewujudkan mimpi lanjut kuliah ke luar negeri. Cobalah untuk sehemat mungkin menyisihkan uang saku au pair, lalu berusaha keras melamar beasiswa dari pemerintah atau universitas setempat kesana kemari. Beberapa kampus di Denmark, Inggris, dan Austria menyiapkan dana beasiswa penuh bagi para mahasiswa internasional yang tertarik kuliah di sana. Cek!

Meskipun tak banyak tahu mantan au pair lain yang bisa lanjut kuliah karena bantuan beasiswa, namun kalau kamu juga punya rencana untuk cari dana hibah selepas kontrak, pastikan mengurus kelengkapan dokumennya cukup baik. Minta referensi dari dosen atau tempat kerja sebelumnya, terjemahkan semua dokumen ke penerjemah tersumpah, serta pelajari semua detail pendaftaran beasiswa tersebut sebelum deadline.

6. Sponsor orang tua atau kantor

Kalau yang ini tak perlu dibahas secara detail karena dana orang tua menurut saya adalah bantuan paling aman. Satu dua au pair yang saya tahu, sangat beruntung bisa lanjut kuliah di Eropa dengan dana tambahan dari orang tuanya selaku penjamin.

Tapi, ada dua kenalan saya yang sempat lanjut kuliah di Belgia karena bantuan bos kantornya dulu, lho! Meskipun syaratnya mereka harus kembali lagi bekerja setelah lulus, namun tak jarang ada bos super baik yang mau menjamin kita kuliah di luar negeri. Cara ini tentu saja dianggap bisa menaikkan pamor perusahaan karena mensponsori karyawan menuju pendidikan yang lebih tinggi. Namun tidak jarang juga kesempatan ini sebetulnya murni personal, contohnya karena kamu karyawan kesayangan bos sampai tak rela disuruh resign 😁.

7. Pinjam kanan kiri

Selama dua tahun jadi au pair di Norwegia, sejujurnya saya hanya bisa mengumpulkan NOK 40.000 dari sisa uang saku. I spent too much on travel!! Mengapa saya beruntung bisa lanjut kuliah meskipun dana minim, dikarenakan job offer yang saya dapat plus kebaikan hati beberapa orang yang mau meminjamkan uangnya. Banyak yang berpikiran bahwa saya meminta Mumu menjadi penjamin, padahal sumber pinjaman terbesar yang saya dapatkan justru dari teman sekelas di kampus yang baru 2 bulan saya kenal! Sebaik itu karena si teman ini juga anak rantau senasib sepenanggungan, makanya tahu betul rasanya tak punya uang jaminan kuliah. 


Pinjam kanan kiri dari teman ini menurut saya punya resiko tinggi mengingat urusan uang itu super sensitif bagi banyak orang. Satu dua teman yang saya libatkan dalam peminjaman ini pun tak berani saya pegang uangnya lama-lama, hanya maksimal beberapa hari saja. Saya takut sekali rasanya berhutang dengan orang lain sampai dikejar-kejar, meskipun uangnya tak saya pakai sepeser pun.

Ada juga beberapa teman au pair lain yang menyarankan meminta bantuan ke host family mengingat mereka keluarga raya yang mungkin mudah saja membantu au pair yang ingin lanjut kuliah. Semudah itu menyarankan, tapi yang lebih kenal keluarga ini adalah saya. Just because they're rich, it doesn't mean they see your problem as theirs. Lagipula saya hanya ingin punya hubungan profesional tanpa harus terikat terlalu personal, apalagi sampai berhutang budi!

⚘ ⚘ ⚘

Jadi sekali lagi, bagi kalian yang sekarang punya gol jelas untuk langsung lanjut kuliah setelah kontrak, saya sarankan mengatur keuangan sedini dan sebaik mungkin. Jangan berharap sepenuhnya dari uang saku au pair yang kenyataannya hanya bisa mencukupi kebutuhan tersier di negara tersebut. Jangan juga langsung beranggapan bahwa semua host family itu baik sampai kamu lucky bisa disponsori kuliah. Yang paling penting, jangan terlalu nekad seperti saya sampai harus pinjam kanan kiri! It is too risky, kecuali kenalan yang kamu pinjam uangnya memang ikhlas membantu.

Percayalah, setiap orang punya cerita dan keberuntungannya masing-masing mengapa bisa sampai di titik tertentu. Kalau si A memang beruntung karena dibayari kuliah oleh keluarga atau pacarnya, bukan berarti kamu yang harus mati-matian berhemat dan menabung tak seberuntung itu. Karena sesungguhnya, kita jadi au pair di luar to survive, bukan to beg!



Komentar

  1. Thank you for being so informative yet honest kak Nin :) Jadi banyak nemu blog2 asik juga haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ruth!!

      Thank you SO much, selalu ninggalin jejak setiap aku bikin tulisan baru!! I really really appreciate that ^^

      ...dan kamu mesti tahu, kalo banyak au pair halu di luar sana!!!! Makanya aku pengen ngasih kenyataan, kalo sebetulnya nabung buat kuliah dari duit saku tuh impossible banget! Pasti banyak faktor X-nya deh :)

      Hapus
  2. Ini sebenarnya pertayaan terpendam aku ke kamu ^,^ tapi alhamdulillah dah di jelasin ma kamu sendiri ... soalnya sebelum ini aku rada bingung apa iya bisa lanjut kuliah dengan uang saku yang bisa dibilang hanya cukup untuk diri sendiri? Walau mungkin tapi aku ngerasa itu sulit yah ^&^ taoi sekali lagi aku bersyukur kamu ngebeberin masalh nih hehe .. thank nin ^,^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai hai.. 😇

      Iya, aku kepikiran bahas masalah ini karena sering terjadi miskonsepsi di luaran sana. Seolah2 au pair bisa lanjut kuliah cuma ngandalin dari uang saku doang. Padahal itu tuh impossible banget! Ada banyak faktor X pastinya!! ;)

      Temen ku juga sebetulnya ada yg bisa nabung lebih kenceng dari aku, 8 bulan di sini bisa nabung 30ribuan krona. Aku hobinya jalan2 hedon, makanya cuma kekumpul segitu 😅

      Happy to know kalo kamu gak penasaran lagi masalah ini ♥️

      Hapus
  3. Nin baik sekali ... sebenarnya sih ga papa jalan jalan ngilangin penat, jenuh dll hidup di negeri orang meski uang terkumpul ga sebanyak yang lain yang penting kamu happyyyy 😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik kenapa nih? 😬

      Aku kemaren emang planningnya gak pengen lanjut kuliah. Makanya gak ada planning nabung yang banyak. Pikirannya, ya nabung sebisanya aja buat dibawa ke Indonesia. Ehh ternyata, Tuhan berkata lain 😇

      Hapus
  4. Hi Nin, aku kmren pernah ninggalin jejak juga di post sebelumnya ttg "Bule ketemu Online",, daaan kayaknya sekitar 3 tahun lalu kita pernah email2 an juga, karna aku dulunya Aupair di Paris.
    Always love your content, btw aku pengen share juga pengalamanku di blog tapi ternyata aku lebih handal membaca daripada menulis :D

    So, post kali ini udah ngewakilin banget apa yang terjadi sama aku, Rencana buat lanjutin Master setelah Aupair gagal, banyak faktor :as you said Pocket Money as Aupair itu sangat gag cukup untuk biaya kuliah dan hidup mandiri.
    Harga sewa Apartement di Paris yang gilak, apalagi kalo umur lebih dari 26tahun itu apa2 mahal soalnya gag dapat diskonan apapun seperti harus bayar tiket transportasi 75 euro perbulan kalo di bawah 26 tahun sekitar 30-35euro.

    Setelah Aupair setahun, aku mutusin kerja parttime di restoran cepat saji, karna di perancis dibatasin maksimal kerja sekitar 20 jam dan gag boleh kerja lebih dari itu alhasil gaji sebulan selalu dibawah 800euro.

    Karna satu dan banyak lagi pertimbangan setelah 3 tahun bertahan di paris, aku mutusin buat nyerah lanjutin kuliah, aku udah gag tahan lagi kalo semisal harus kerja shift malam. mungkin mental ku kurang kuat dan sering stress. Pertimbangan juga karna sebelum ke perancis aku udah punya pengalaman kerja di sebuah perusahaan jepang yang berada di indonesia cukup lama, jadi aku gag kuat harus kerja low-skill terus menerus di paris dan uang yang di hasilkan gag cukup untuk nabung dan selalu habis setelah dikirim ke indonesia.

    Aku gag nyesel lanjutin kuliah di Eropa, karena aku paham dengan situasi dan yang terbaik untuk ku waktu itu. Tetep selalu bersyukur :)

    Aku bersyukur karena dengan menjadi Aupair kepribadianku jadi lebih baik, aku yang awalnya gag bisa speak-up ttg hal apapun setelah jadi Aupair jadi lebih berani mengutarakan apa pendapatku, apa mauku, apa kehendakku, kalo gag mau ya gag mau bukannya gag enakan lagi dan nurutin kata oranglain.

    Panjang banget curhatanku yaaa, tolong di maapkeun :P
    Keep Share and posting content kayak gini, soalnya banyak juga temen2 yg kenal ataupun tidak, yg suka kepoin ttg Aupair. Semoga tulisanmu jadi inspirasi orang banyak. Luvvvv

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai..

      Makasih banyak ya udah curhat. Banyak banget yang kirim DM ke aku nih, jadinya sering lupa siapa aja yang ngirim pesan.

      Aku sebenernya rada bingung nih sama cerita kamu. Jadi setelah au pair 1th, kamu memutuskan lanjut Master sekalian kerja part-time? Terus karena gak kuat terus2an harus menghidupi diri sendiri, kamu jadinya putus kuliah, gitu kah?

      Kalo iya, I think you WERE a strong woman! Tidak banyak orang yang mampu berdiri di kaki sendiri di negara lain. Aku sejak pandemi kemaren, stresnya bukan main. Kesana kemari nyari kerja gak dapet2, jadi cleaning lady pun ditolak. Udah kepikiran berkali-kali untuk pulang aja ke Indonesia, tapi kalo inget perjuangan di awal, kok ya rasanya sayang banget. Ternyata emang bener, rejeki aku baru keliatan pas bulan Agustus ini; mulai masuk kuliah lagi, ketemu temen lagi, dapet kerjaan lagi dikit2. Kalo kemaren nyerah gitu aja, gak kebayang deh rasanya mesti mulai dari awal lagi.

      Tapi di sisi lain, aku yakin posisi kamu saat itu pasti berat banget sampe memutuskan untuk putus kuliah. Aku yakin, kalo aku berada di posisi kamu pun, belom tentu aku bisa kelar kuliah. So, proud of you udah sampai di titik tersebut ^^

      Hapus
  5. Wooooowwww

    Aku nyasar ke blog ini soalnya lagi cari beasiswa ke eropa, terus ngerucut ke jerman/norwegia, terus fed up coz not many scholarship is available for indonesians and then your blog came up. Thanks for the updated contents! Im most likely gonna stalk through ur posts to consider what should i do next :"""

    BalasHapus
    Balasan
    1. Please do 'coz you'd get much more information on my future posts! ;)

      Hapus
  6. Thanks kak nin makasih info nya berguna banget buat sya yg mau aupair ke eropa terus lanjut kuliah disana🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Good luck ya! Berkabar kalo kamu sudah jadi mahasiswa di kampus tujuan :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika