Langsung ke konten utama

Program Au Pair Selama Pandemi


Tidak hanya satu dua orang pembaca blog yang tiba-tiba DM dan mengeluh betapa susahnya kesempatan mereka jadi au pair di kala pandemi ini. Ada juga yang bertanya apakah karena Korona, program au pair dihilangkan untuk sementara waktu. Satu orang calon au pair yang harusnya berangkat ke Eropa tahun ini, saya dengar aplikasi visanya masih tertahan di Indonesia karena kantor penyedia servis belum buka.

First of all, I feel sorry for them. Karena pandemi global yang sampai detik ini belum menemukan titik terang, kita harus dihadapkan dengan new normal yang sebetulnya juga tak normal. Kegiatan di luar rumah dibatasi, perbatasan imigrasi tertutup untuk orang Indonesia, serta banyaknya penundaan aktifitas fisik di sana-sini demi mengurangi penyebaran infeksi. Tentunya karena perubahan peraturan di semua wilayah di dunia, imbas paling besar terjadi di pintu perbatasan antara negara. Kita tidak bisa seenaknya jalan-jalan ke luar negeri seperti dulu apalagi ke negara bervisa seperti Eropa.

Lalu apa yang terjadi dengan program au pair?

Bagi kalian anak-anak muda di Indonesia yang punya mimpi besar jadi au pair tahun ini, 2020 seems a lost! It sounds bitter, tapi kamu memang harus menunda dulu impian tersebut sampai keadaan dunia memulih. Karena adanya perubahan peraturan imigrasi, host family juga berpikir dua kali untuk menerima au pair yang sekarang masih berada di Indonesia. Contohnya di Norwegia, dari yang tadinya waktu tunggu aplikasi bisa 4 bulan, sekarang semakin panjang menjadi 6 bulan. Belum lagi kamu harus mendatangi kantor pelayanan visa atau kedutaan besar, yang nyatanya sampai sekarang masih tertutup untuk umum. Karena waktu tunggu aplikasi yang panjang inilah, host family enggan menunggu dan lebih memilih para au pair yang sudah berada di Eropa dikarenakan lebih mudah pindah-pindah negara Schengen.

Baca juga: Visa dan Izin Tinggal (Residence Permit), Apa Bedanya?

Program au pair sendiri sebetulnya bersifat sangat independen dan membuka aplikasi sepanjang tahun. Tidak usah takut hanya karena Korona, program ini jadinya dihentikan. Kamu tetap bisa berusaha cari-cari keluarga untuk tahun depan dan berharap keadaan memulih secepat mungkin. So, what I would suggest:


1. Be realistic

Saya tahu mungkin kamu punya resolusi besar untuk secepatnya melangkahkan kaki ke Eropa. Tapi kita juga harus realistis bahwa pandemi sudah mengubah banyak hal sejak awal tahun ini. Semua orang di dunia mengalami masalah serupa; kelas diadakan digital, ruang kantor harus berpindah ke rumah, banyak yang kehilangan pekerjaan, sampai depresi harus beradaptasi dengan rutinitas baru. Bersabar saja, karena masalah ini memang bukan masalah kita seorang. Menunda, bukan berarti harus mengubur mimpi.

Banyak au pair di Eropa yang harusnya tahun ini pulang menjenguk keluarga juga tiketnya terpaksa dibatalkan maskapai, kok, and the sadness level is the same. 


2. Pelajari semua tentang au pair

Banyak anak-anak muda Indonesia yang ingin jadi au pair sebetulnya hanya modal informasi karbitan. Baru baca cerita satu orang au pair di Jerman, lalu langsung ingin mengikuti jejak ke Jerman. Baru mengikuti akun Instagram seorang au pair di Denmark, secepatnya ingin juga ke Denmark. Padahal ada banyak hal yang harus kamu tahu sebelum memutuskan jadi au pair.

Selagi menunggu di Indonesia, ini kesempatan paling bagus untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dari semua sumber. Pelajari semua hal tentang pengurusan visa, jam kerja, hari libur, uang saku, serta pajak; karena sebelum tanda tangan kontrak, penting sekali untuk tahu hak dan kewajiban mu selama jadi au pair di negara tersebut! Kamu juga bisa dengar atau baca cerita baik dan buruk menjadi au pair, sebagai bekal persiapan mental agar tak selalu menganggap hidup di luar negeri itu indah. Kedengarannya mudah hanya Googling sana-sini, namun nyatanya, saya masih sering sekali dapat pertanyaan masalah aplikasi visa yang informasinya sudah tertulis sangat jelas di situs imigrasi negara tersebut!

Sebagai orang Indonesia yang masih naif dan sering merasa tak enakan setibanya di luar negeri, kamu juga harus melatih diri untuk berani speak up mengatakan tidak dan tegas menuntut hak. Tinggal bersama keluarga baru yang totally strangers, masih sering membuat kita terbawa budaya Asia yang justru bisa jadi bumerang kalau tak berani keluar dari zona nyaman.

3. Berlatih mencari host family

Meskipun tak tahu kapan bisa berangkat, kamu bisa saja berusaha mencari keluarga dari sekarang. Ada banyak sekali situs pencarian dari agensi dan platform gratisan yang bisa jadi modal awal berinteraksi dengan keluarga internasional. Kamu bisa mencoba menulis surat motivasi, membuat profil sebagus mungkin, serta menyertakan foto apik yang cepat menarik perhatian. 

Baca juga: 7 Tips Agar Host Family Melirik Profil Mu

Banyak keluarga yang mungkin saja akan langsung menolak saat tahu keberadaan kita masih berada di Indonesia. Namun jangan patah semangat! Kembali ke poin pertama, kita mesti realistis melihat keadaan! Jadikan hal ini sebagai training dan teruslah mencoba sampai bosan. Bisa saja, tiba-tiba ada satu keluarga berbaik hati yang mau menunggu mu untuk jadi au pair mereka tahun depan!

Walau belum bisa mengurus semua kelengkapan dokumen sekarang, tapi keep in touch saja dengan keluarga tersebut. Bisa saja mereka berubah pikiran untuk tak jadi menerima mu, tapi setidaknya kamu sudah berhasil memenangkan perhatian mereka hingga sampai di tahap ini! Namun, tetap harus waspada karena keluarga penipu di Amerika dan Inggris selalu berkeliaran dimana-mana.


4. Lebih dekat dengan 'luar negeri'

Sebelum bisa tinggal di luar negeri seperti sekarang ini, saya dulu memenuhi rak buku dengan banyak tulisan berbau kehidupan luar negeri. Buku-buku bertemakan travelling murah, novel yang berlokasi di Eropa, serta majalah-majalah bertema kebudayaan asing, adalah beberapa koleksi yang selalu menghibur saat saya bosan. Dengan membaca tulisan tersebutmeski berkali-kali pun, saya selalu diajak berimajinasi merasakan suka duka hidup di negara orang dengan segala keterbatasan yang ada. Padahal saya juga tak tahu kapan bisa menginjakkan kaki ke negara orang seperti para penulis tersebut. Tapi semakin membaca tulisan mereka, semakin membuat saya termotivasi mengobarkan mimpi ke luar negeri!

Sekarang, kamu tak perlu repot-repot berimajinasi lagi karena ada banyak hal digital yang bisa membuat mu lebih dekat dengan negara impian. Contohnya, kamu bisa ikut virtual tour gratisan sampai berbayar, yang diadakan orang Indonesia di luar negeri. Bisa juga ikut webinar eksklusif tentang kuliah di luar negeri, suka duka kehidupan diaspora, cari-cari beasiswa, ataupun informasi kerja setelah jadi au pair di Eropa! 

Baca juga: 7 Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Jadi Au Pair di Kawasan Eropa

Lima tahun lalu, saat memutuskan ingin langsung pindah ke Denmark dari Belgia tanpa pulang dulu ke Indonesia, keputusan saya dihentikan oleh seorang teman. "Nin, pulang saja dulu ke Indonesia. Ketemu keluarga, ketemu teman lama, makan bakso yang banyak, jadikan semuanya seperti terapi sebelum kembali jadi au pair. Eropa itu begini-begini saja. Mau kamu ke Eropa lima tahun kemudian pun, tetap akan sama," katanya bijak saat itu.

She was right! Eropa setelah lima tahun kemudian ya masih begini-begini saja. Menara Pisa masih miring di Roma, tulip masih jadi ikon Belanda, Nyhavn di Kopenhagen belum ganti warna, Aurora Borealis masih menari-nari di langit utara, dan cowok-cowok Swedia gennya masih tetap unggul 😍!  Yang artinya, jadi au pair tahun ini atau tahun depan juga tak masalah karena semua negara masih membuka kesempatan seluas mungkin untuk kita! Tak akan ada perubahan mendadak di Eropa hanya karena kamu telat au pair satu tahun pun. 

Last words, be patient and be safe in Indonesia!



Komentar

  1. Ngakak baca soal cowok Swedia :D

    BalasHapus
  2. aku salfok sama gen nya cowok swedia kak :( HAHA
    tapi emang bener sih kak, everythings happens for reason. jadi dinikmati aja ya saat ini kumpul sama keluarga, teman dan makanan indonesia sebelum meninggalkan indonesia.
    aku juga mau au pair ke france udah dapet host family cuman ya masalah covid. kalau memang jodoh mereka bakalan mau menunggu ya :( *maaf kak jadi curhat*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener. Soalnya sekalinya kamu jadi au pair, dijamin udah males balik ke Indonesia. Udah susah banget ketemu sama keluarga karena dapet kebebasan baru. Makin kangen masak makanan Indonesia, karena kalo bikin sendiri repot dan rasanya B aja. Hihihi..

      Semoga keluarganya masih mau nunggu kamu :)
      Yakin aja, kalo jodoh gak kemana. Lagian kamu mau jadi au pair sekarang2 pun, jalan2 juga gak bisa bebas. Apa2 mesti karantina, tes dulu, atau gak banyak kekhawatiran karena takut pesawat di-cancel maskapai.

      Hapus
  3. Aku jadi semangat lagi abis baca ini. Makasih bgt udh mau sharing hal-hal kayak gini. Aku juga udh dpt HF di Jerman cuma krn Goethe masih tutup dan di PSBB di Jakarta masih lanjut jadi agak ribet pengurusan Visa :(. Aku sampe skrg bingung mau info ke HF aku kayak gimana krn pesan aku jg mereka cuma read doang hahhaah. Semoga mereka masih mau nunggu :). Stay safe yah kak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah kalo cuma di-read doang, bisa jadi mereka sibuk & kamu bukan prioritas utama.

      Kayaknya hf kamu juga mengerti keadaan negara2 di luar Eropa karena pandemi ini. Mungkin juga mereka masih menimang2 lagi, jadi gak nge-hire kamu, secara masa pandemi ini bikin semuanya jadi abu2.

      Anyway.. good luck ya! Semoga keinginan kamu ke Jerman bisa segera terlaksana :)

      Hapus
  4. Hai Kak Nin udah lama ngefollow kakak. Awalnya karena dulu tertarik sama au pair, tapi sampe sekarang masih tetep baca blognya soalnya tulisannya enak dibaca. Stay healthy Ka, sukses terus ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak udah setia mantengin setiap postingan terbaru aku. Bener2 diapresiasi :)

      Hapus
  5. Wkwk geli pas baca bagian akhir😂😂.. dari pas bagian saran temen kamu

    BalasHapus
  6. Lebih geli lagi pas baca komentar kamu.. klo menara pisa tetep miring owalah 😁😁 beda banget pasti sudut pandang orang yang tinggal di eropa yang dah serong ngeliat icon icon kota di eropa yang sepertinya dah biasa .. beda banget ya sama alu yang lom pernah nginjakin kaki ke sana kayaknya wah banget 😍😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi..

      Gak juga kok, maksud aku di kalimat tersebut, mau kamu ke Eropa 10 tahun lagi pun, itu menara kalo gak roboh ya masih akan tetep miring :D Keep your dream alive kalo emang udah punya mimpi jalan2/tinggal di Eropa. Kan gak semua mimpi orang itu terwujudnya samaan waktu. Ada yang tahun ini bisa berangkat, ada lagi yang mungkin baru bisa 5 tahun kemudian.

      Yang mungkin baru bisa 5 tahun lagi ke Eropa, ya bukan berarti juga ketinggalan. It's all about good timing ;) Masih sama2 bisa nengok Menara Pisa yang miring kok :D

      Hapus
  7. Iya kak , tapi jadi Au Pair ada batas usia
    Skrg aku udah jln 25 :(
    Hiks hiks
    Batasnya 27 yak
    Bantu doa ya kak, moga bisa tercapai segera hehe
    Makasih udah share pengalamannya kak , sangat membantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya tergantung kamu mau kemana dulu. Banyak negara yg masih nerima sampe 30 tahun kok.

      Terus kalo mau dipaksain juga tahun ini mesti berangkat, apa udah dapet hf-nya? Udah bisa urus visa? Udah yakin bakalan bisa berangkat tanpa kena cancellation maskapai? :)

      Be patient. Kalo jodohnya kamu ke negara tsb, tahun depan mudah2an bisa kesana.

      Hapus
  8. Baca tulisan mimin bikin jadi semangat lagi buat aupair di belgia
    keep healthy minn makasih banget infonya yahh🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap!! Didoakan semoga segera nemuin hf dan berangkat ke Eropa di waktu yang tepat ya :)

      Hapus
  9. Halo Nin salam kenal! Aku termasuk au pair yg dpt hf dr agency di Belanda. Kita udh matched, & hf sbnrnya ingin aku mulai di Nov. Tapi krn covid, jd menghalangi aku untuk menyelesaikan berkas2 dgn tepat wktu, apalagi klo kedutaan Belanda hrs ngantri dl. Sm kaya tmn2 lain yg smpet komen, ada rasa khawatir hf msh bakal sabar gak ya nunggu proses pengurusan visa dll ini. Sm aku tuh jg sungkan kalo chat mrk, smpet basa basi chat stlah interview cm di read doang wkwk. Jadinya skrg klo info yg berkaitan dgn dokumen lbh sering kontakan sm agency aja. Kadang agak takut, hf aslinya gak friendly sprti yg terlihat pas wawancara. Ini Au Pair pertama aku, deg2an hehe... Pengalaman km dl gmn?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Belle,

      Orang Eropa memang tidak terbiasa untuk basa-basi. Jadi daripada kamu basa-basi gak jelas dan read doang, mending sekalian texting nanyain hal2 penting aja; semisal dokumen, dll. Ngeliat kondisi Indonesia yang belom stabil kayak sekarang, kayaknya kamu juga belom bisa berangkat sampe tahun depan :/

      Mungkin bisa coba dibicarakan dulu sama hf kamu. Tanya aja apa mereka mungkin lebih baik cari au pair lain aja dulu sembari nungguin kamu, gitu? Soalnya kadang hf gak sabaran & pengen cepet langsung dapet bantuan. Ada juga yang bilangnya sabar2, ehh pas au pair udah dapet visa, mereka ngebatalin gitu aja.

      Kamu yang sabar ya :) Masalah global. Semoga Covid-19 cepet mereda, embassy berjalan normal lagi, dan kamu bisa cepet nginjakkin kaki ke Eropa.

      Hapus
    2. Halo kak Belle, kak boleh minta kontaknya ga ya? Aku punya masalah yg sama kayak kakak siapa tau bisa sharing2 hehe makasih kak

      Hapus
  10. haloo ka aku mau nanya nii, udah lama bgtt nyari tau au pair trss kalo nyaris HF sendiri tuu gimana caranya trs HFnya trust ga si kalo kita nyari sendiriii hhuhuhu makasiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Copy paste tautan ini coba:


      https://www.artochlingua.com/2018/01/guide-au-pair-mulai-dari-mana.html

      Hapus
  11. Baca ini jadi bikin semangat lagi ! ?makasih ya kak

    BalasHapus
  12. Eropa masih tetap gitu-gitu aja, gak akan kemana. Tapi umur kita yang terus berjalan, gak mungkin diam di tempat, waktu terus berjalan tak bisa dibekukan. Kasian yang umurnya mendekati batas maksimal persyaratan hadi aupair. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Take this in another perspective: haruskah ke Eropa dengan jadi au pair? :)
      Kalo memang bukan lagi rejeki untuk jadi au pair di usia 30, mungkin rejeki kita ke Eropa dengan alasan lain. Mungkin untuk studi, untuk kerja, untuk jalan-jalan, atau malah ketemu jodoh dan hidup bersama.

      Memang komentar aku terkesan naif sih. Tapi kalo sudah kepentok dan gak ada jalan lain yang bisa kita upayakan (karena masalah pandemi), artinya memang rejeki kita bukan di program ini.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Jadi Au Pair Tidak Gratis: Siap-siap Modal!

Beragam postingan dan artikel yang saya baca di luar sana, selalu memotivasi anak muda Indonesia untuk jadi au pair dengan embel-embel bisa jalan-jalan dan kuliah gratis di luar negeri. Dipadu dengan gaya tulisan yang meyakinkan di depan, ujung tulisan tersebut sebetulnya tidak menunjukkan fakta bahwa kamu memang langsung bisa kuliah gratis hanya karena jadi au pair. Banyak yang memotivasi, namun lupa bahwa sesungguhnya tidak ada yang gratis di dunia ini. Termasuk jadi au pair yang selalu dideskripsikan sebagai program pertukaran budaya ke luar negeri dengan berbagai fasilitas gratisan. First of all , jadi au pair itu tidak gratis ya! Ada biaya dan waktu yang harus kamu keluarkan sebelum bisa pindah ke negara tujuan dan menikmati hidup di negara orang. Biaya dan waktu ini juga tidak sama untuk semua orang. It sounds so stupid kalau kamu hanya percaya satu orang yang mengatakan au pair itu gratis, padahal kenyatannya tidak demikian. Sebelum memutuskan jadi au pair, cek dulu biaya apa s