Langsung ke konten utama

How Are You, Nin?


I.. am pretty drained!

Sebelumnya, terima kasih banyak untuk kalian yang sering DM ke Instagram saya demi mengecek apakah ada postingan terbaru di blog. December is a severe month dan saya memang harus pandai mengatur waktu agar 2020 berakhir dengan indah.

Dari awal Desember, saya disibukkan dengan tugas akhir proyek dimana saya dan teman setim mesti lembur demi menyelesaikan 2 presentasi akhir, baik di kelas maupun di perusahaan tempat kami magang. Yang satu ini selesai, masih ada 3 tugas laporan lain menunggu sampai tenggat waktu 18 Desember. Rasanya sangat puas dan plong ketika semuanya selesai serta menyadari saya berhasil survive tanpa ada masalah mental sedikit pun. Tahun ini memang berat untuk semua orang; terutama bagi para mahasiswa asing di Norwegia yang harus kehilangan pekerjaan, tinggal di kos kesepian, online learning, dan terkurung belum bisa pulang ke negara asal. Salah satu kolega saya di kantor yang baru 3 bulan bekerja, harus mengundurkan diri lantaran punya masalah mental disebabkan beban tesis dan lingkungan kerja yang terlalu berat.


Untungnya tempat bekerja saya sangat suportif dan tahu bahwa departemen yang saya pimpin akhir-akhir ini memang sedang pasang surut. People came and went, then in the end, I am the only one who stay. Kolega saya yang beda departemen memutuskan membantu pekerjaan yang tertunda dan mengakhiri meeting terakhir tahun ini dengan penuh harapan, meskipun yang hadir di balik layar hanya kami bertiga dari total 6 orang. But well, the perk of being employed in the student startup; kami libur Natal dan Tahun Baru dari pertengahan Desember sampai minggu kedua Januari mengikuti libur anak sekolahan! Super boros, tapi sangat berguna juga demi recharging diri!

Meskipun sedih tak bisa pulang ke Indonesia, tapi saya super excited merayakan Natal di Norwegia bersama Mumu dan keluarganya. It was my first Christmas with him dan kami berdua sudah janjian di awal untuk patungan membeli perlengkapan Natal tahun ini serta hadiah untuk sanak keluarga Mumu. Lima tahun menjadi au pair di Eropa dan tinggal bersama host family, empat perayaan Natal saya habiskan bersama keluarga besar dari pihak host dad atau host mom. Seru, bisa ikut dalam perayaan dengan berbagai tradisi. Namun kali ini cukup berbeda, karena saya dan Mumu turun tangan langsung dan sibuk mondar-mandir berburu pernak-pernik ke banyak toko sendiri.

Karena beli pohon cemara yang asli langsung dari toko, saya jadi tahu banyak hal tentang pohon yang sering ditebang menjelang Natal. Contohnya, tidak setiap pohon punya jarum, bentuk dahan, lebat daun, serta wangi yang sama. Saya juga baru tahu bahwa saat membeli pohon asli dari toko, kita harus memilih sendiri layaknya beli ikan di pasar. Cara mengemasnya pun unik, karena pohon dimasukkan ke dalam tabung berbentuk terompet yang ujungnya terekat jaring plastik yang nantinya akan membungkus pohon dengan sendirinya.


Selain saat liburan musim panas, bulan Desember juga jadi ajang buang-buang duit bagi banyak orang karena Natal identik dengan budaya tukar kado dan dinner hosting. Konsep bertukar hadiah, kita akan ditanya atau wajib menyerahkan wishlist ke semua anggota keluarga jika ada hal yang kita inginkan untuk hadiah Natal. Daftarnya boleh banyak dan tergantung anggota keluarga ingin memberi yang mana nantinya. Mengapa bukan surprise presents, karena tujuannya adalah hadiah ini diharapkan memang benar-benar akan dipakai atau disukai si penerima. Di sisi lain, kita juga memudahkan si pemberi untuk membelikan hadiah yang kita inginkan ketimbang menyuruh mereka berpikir sendiri kira-kira hadiah apa yang cocok. Saking spesifiknya, kamu juga bisa menyertakan ukuran, merek, warna, harga, atau tautan online store-nya jika memang harus dipesan dulu. Bahkan banyak hadiah yang masih menyertakan label harga dan struk agar kalau si penerima kurang berkenan dengan hadiah tersebut atau ukurannya kurang pas, mereka bisa menukar sendiri atau mengembalikan barangnya dengan uang penuh. Jadi tidak ada lagi kata-kata, "jangan pandang hadiah dari harganya".

Untuk tukar kado ini, awalnya saya sedikit bingung dan bertanya ke diri sendiri. Kamu sebetulnya menginginkan banyak hal dan menyuruh orang lain membelinya, tapi di sisi lain, kamu juga harus membeli daftar keinginan orang lain. Kalau begitu, mengapa tidak beli saja apa yang kamu mau dengan uang sendiri dan bungkus sendiri? 

Logisnya memang begitu, tapi kenyataannya, we're all kids when opening the gifts. We are super thrilled unpacking the boxes! Meskipun sudah tahu apa yang sedari awal diinginkan, tapi kita tetap saja penasaran apa yang sebetulnya orang beli. Hadiah yang diberikan memang sangat personal dan kadang dilengkapi tulisan panjang di kartu Natal. Apalagi ketika satu per satu hadiah diambil dari bawah pohon Natal dan diumumkan, "dari Mumu untuk Nin", wahh.. rasanya seperti menerima trofi penghargaan! So yes, I did not mind splurging this month!

Namun jangan salah ya, tidak semua hadiah juga berupa hal-hal mahal. Seperti yang saya katakan di awal, perasaan bahagia tersebut sebetulnya bukan soal berapa mahal atau berapa banyak hadiah yang kita dapatkan. Tapi perasaan senang ketika kita dapat hadiah dan mulai unpacking. Mirip seperti anak-anak yang tak peduli isi hadiahnya apa, yang penting merobek kertas kadonya secepat mungkin. Banyak juga, kok, yang hanya memberikan hadiah kecil berupa beberapa bungkus teh celup, permen, roti, cokelat, atau lukisan karya pribadi! Entah itu 50 NOK atau 5000 NOK, yang paling penting terbungkus kertas kado dan diberikan secara personal.

Sebelum Natal, saya juga menerima tawaran kerja tambahan jadi babysitter. Sebetulnya enggan sekali bangun pagi, naik transportasi umum saat Korona seperti ini, dan mengasuh anak orang lagi. Tapi karena gajinya selama 3 hari juga sangat lumayan, saya iyakan. Di sisi lain, saya juga bersyukur bahwa di tengah gelombang kedua Korona di Norwegia, masih ada orang yang mau menawari pekerjaan.  


Sekarang, perayaan besar sudah berakhir dan saya bisa rileks panjang sambil menyempatkan diri menulis konten. Terkadang, saya merasa berdosa mengabaikan blog dan merelakan banyak tulisan tak selesai tepat waktu. Bahkan karena jarang memperbarui isi konten, Google AdSense saya pun rate-nya turun drastis dan penghasilan bulan ini jauh berkurang dari bulan-bulan lalu. Padahal ada banyak sekali tulisan yang sudah menumpuk di draft, namun susah sekali meluangkan waktu senggang yang pas.

Miniblog atau snapblog via Instagram juga sebetulnya bukan medium yang nyaman untuk digunakan. Selain karena mengetik lewat ponsel itu melelahkan, mengeditnya pun susah. Tapi kalau mengikuti akun Instagram saya @artochlingua, mungkin kalian juga sempat menyimak beberapa snapblog seputar perilaku konsumen di Norwegia dalam digital marketing serta beberapa informasi seputar Natal yang sempat saya bagikan. Sebetulnya snap tersebut ingin saya buat lebih panjang lewat postingan di blog, namun lagi-lagi, saya masih in holiday mood dan belum tertarik kembali melihat laptop demi membuat tulisan yang panjang. Namun, terima kasih untuk semua engagement dari kalian yang sudah menyimak!


Semoga 2021 penuh dengan semangat dan tulisan baru karena tahun depan juga adalah penanda saya selesai S2 di Norwegia. Wow! Rasanya baru kemarin daftar kuliah, tapi kenyataannya tinggal tersisa satu semester lagi. Deg-degan karena proses menulis tesis akan dimulai tahun depan dan saya sudah harus siap-siap prospek cari kerja full-time mulai dari sekarang. Entah dapat kerja di Norwegia, negara lain di Eropa, atau harus pulang ke Indonesia, we'll see. It's gonna be full of suprises and challenges, tentu saja!

Entah apakah postingan ini akan jadi tulisan terakhir di tahun 2020, tapi kalau memang iya, sekali lagi saya ucapkan terima kasih! Terima kasih bagi yang sudah mendoakan kesehatan dan kondisi saya di tahun ini baik lewat komentar maupun pesan langsung di media sosial. It meant a looooot to me, ketika kondisi saya bak roller coaster karena Korona dan tak punya keluarga di Norwegia. I made it, Peeps! Saya berhasil melewati 2020 dengan penuh suka duka and I hope so do you! Semoga kalian menemukan happy ending entah bagaimana pun konteksnya.

Let's be ready for 2021 together!



Komentar

  1. Happy new year ka! Semoga goals untuk tahun ini tercapai semua ya. Btw jokes orang nordik tuh gimana sih ka? Penasaran mereka receh apa nggak, secara dari luar terlihat sangat dingin haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jokes kan ngaruh ke budaya sebenernya. Pasti cuma mereka doang yang ngerti 😁😁 kek kita jelasin jokes Indonesia ke orang luar, pasti sulit. Karena cuma orang Indo yang ngerti.

      Ehh orang Nordik juga manusia kali 😆😆 mereka bisa jatuh cinta, sedih, dan bercanda.

      Hapus
  2. Hola mba Nin, senang rasanya mba bisa melewati tahun ini dengan baik. Selamat memulai semester baru mbaa, semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Apapun nanti, entah mba Nin kerja di Norway, atau negara lain di Eropa, or balik pulang ke Indonesia, I wish the best.

    Ngomongin storygram, aku ketawa dong baca tulisan mba tentang riset pasar orang Norway, kaget juga, beneran segitunya, nggak ada yang peduli sama giveaway hahaha, even aku juga malas ikut giveaway Instagram, alasannya lebih ke bejibun yang ikut jadi udah pesimis duluan hahaha, tapi kayaknya kalo kasusnya di Norway peluang buat menangnya banyak deh hahaha.

    Selamat bulan January di tahun 2021 mbaaa, you done the best 😆😆💕💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh.. Baru scrolling, nemu komenan kamu di bulan Januari :)

      Tengkyu banget ya semangatnya. Kamu juga! Selamat menjalani awal 2021 dan semoga sehat selalu (bebas Korona) dimana pun berada ya.

      Makasih juga udah nyimak cerita di Story Instagram. Hoho..

      Hapus
  3. Hai Kak Nin, senanag rasanya bisa baca tulisanmu seputar negara Norway dan budaya yang berbeda dari Indonesia. Proses tukar kado seru juga sih, kalau saya pingin banget di belikan PS5, hehehehe.

    semoga setiap klik iklan, bisaa menambah pundi-pundi adsense ya.

    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh.. Kalo keluarga besar kamu emang kaya raya, gak ada salahnya banget sih minta beliin hadiah Natal kayak PS5 :D Soalnya ada mamak2 yang juga minta beliin vakum kliner baru, hoho.

      Kamu baik banget sih ngeklikin iklan. Terharu deh!
      Makasih ya, Kharis :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika