Langsung ke konten utama

Permit Ditolak, Pulang ke Indonesia!


February was the worst month ever di pengawal 2021! Dari mulai tesis, proyek startup, kerja, kursus Norwegia, sampai terkena job offer anxiety, semuanya menumpuk jadi satu! Setelah sukses membuat mood naik turun, perasaan saya dibuat kalut lagi dengan status izin tinggal di Norwegia. Karena banyak hal yang harus dipikirkan inilah, saya memutuskan menarik diri dulu dari semua update di Instagram & blog. Biasanya cuap-cuap tak henti berbagi cerita, tapi kali ini ada banyak hal lain yang harus diprioritaskan. 

Yang pertama, karena job offer anxiety. Awal Februari, saya menerima email dari salah satu perusahaan bahwa saya berhasil maju ke tahap wawancara. Terlalu sering menerima email penolakan, makanya ketika dapat email positif seperti iniapalagi dari perusahaan besar, rasanya senang sekali. Super girang juga karena posisinya bisa dibilang adalah dream job. Satu minggu sebelum wawancara saya sudah riset semua tentang perusahaan tersebut dan membuat sendiri poin yang kemungkinan akan ditanyakan. Mumu adalah saksi hidup dimana setiap hari mulut saya selalu praktek menjawab pertanyaan seperti jampi-jampian. Saking seringnya, Mumu sampai bosan tiap kali saya latihan!

Meskipun merasa sudah melakukan yang terbaik, tapi ternyata saya salah. Mau sebaik apapun mencoba, nyatanya life is a b*tch karena yang lebih baik dan lebih beruntung dari kita tentunya lebih banyak lagi! Intinya, saya gagal. Rusak semua mood saya kala itu dan rasanya ingin marah saja seharian. Nobody could calm me down but myself. 

Demi menenangkan dan memotivasi diri sendiri, saya buka Google dan mencari pengalaman orang yang juga ditimpa anxiety ini.  Membaca cerita dan proses orang-orang tersebut membuat saya lega; life doesn't end hanya gara-gara ditolak satu perusahaan. Betul saja, esoknya hari terasa normal kembali. Saya yang kemarin super down, jadi up lagi dan langsung lupa semua yang terjadi. Mungkin ini juga salah satu kelebihan yang harus saya syukuri, bisa bounce back dengan cepat! Kalimat pembangun yang saya ingat, "orang bisa sangat terpuruk saat tahu tak lolos seleksi rekruitmen pekerjaan impiannya. Tapi mereka lupa, bahwa gol akhir dari cari kerja itu adalah dapat kerja! Bukan masalah besar jika pekerjaan tersebut adalah dream job atau bukan”. Sampai situ saja, saya sudah tenang sendiri. Yang paling penting, terus daftar dan move on sampai betul-betul mendapatkan job offer

Sudah selesai job offer anxiety, malam-malam saya dikagetkan lagi dengan isi email dari UDI, imigrasi Norwegia. Akhirnya setelah 6 bulan menunggu, surat keputusan perbaruan study permit saya keluar juga! Meskipun sudah berkali-kali ke luar negeri dan apply izin tinggal sana sini, tapi membuka email keputusan dari imigrasi selalu saja deg-degan. Mungkin sedikit berbeda jika apply izin tinggal jadi au pair karena semuanya sudah dapat jaminan host family. Tapi karena tiap tahun harus memperbarui izin tinggal pelajar atas biaya sendiri, saya selalu was-was kalau saja ditolak. 

Ternyata benar, kali ini study permit saya ditolak! Hasil keputusan tersebut berakibat bahwa saya harus segera hengkang dari Norwegia dalam waktu 3 minggu!


Perasaan saya campur aduk dan rasanya ingin menangis, namun tak bisa. Bingung juga apa yang harus ditangisi. Mumu masih kerja dan adik saya di Indonesia masih tidur saat itu. Sampai akhirnya menelpon teman, saya menangis sejadi-jadinya. Mungkin sadar karena membayangkan harus segera angkat kaki 3 minggu lagi. 

Alasan mengapa izin tinggal saya bisa ditolak sebetulnya sangat klasik, yaitu saya tidak mampu membuktikan finansial yang mendukung untuk studi selama 1 tahun di Norwegia. Di sini, mahasiswa internasional wajib memperbarui izin tinggal setiap tahun sampai perkuliahan selesai. Setiap tahun ini juga kita mesti menunjukkan bukti finansial sebesar NOK 123.519 atau sekitar IDR 200 jutaan yang mesti ada di dalam tabungan. Alasannya simpel, pemerintah setempat tidak ingin mahasiswa internasional terlunta-lunta di negara mereka hanya karena kekurangan uang. Meskipun tahun lalu Norwegia sempat lockdown sampai banyak orang kehilangan pekerjaan dan mengakibatkan mahasiswa internasional kembali ke negara asalnya, tapi syarat finansial tersebut tetap mutlak. 

Dari sini saja saya rasanya sudah sangat lelah berjuang di negara orang. Perjuangan belum akan berenti sampai kita mampu memperjuangkan izin tinggal yang legal. Kalau merasa tidak punya cukup uang dan mental lemah, saya sarankan sebaiknya jangan coba-coba berkuliah di luar negeri dengan duit sendiri! Kamu tak akan pernah tahu kalau di masa mendatang akan ada pandemik lagi separah Korona. Kita hanya tamu di negara orang dan apapun syarat izin tinggal, semuanya harus dipenuhi meski kita harus kehilangan pekerjaan karena Korona gelombang kesebelas sekalipun.

Sudah tahu harus memperbarui izin tinggal, memang dulu apply tak punya uang, Nin?

I did!!! Saya punya uang, tapi memang kurang banyak. Alternatifnya, saya bisa melampirkan kontrak kerja yang menyatakan gaji yang didapat jumlahnya bisa menutupi biaya bulanan di Norwegia. Salahnya, saya hanya melampirkan satu kontrak kerja yang dinilai kurang valid karena kontraknya hanya 6 bulan. Memang ada sedikit miskomunikasi beberapa bulan ke belakang dan saya kurang jeli melihat kekurangan dokumen pendukung. Akhirnya memang kejadian, study permit ditolak.

So, what’s next?

Jadi setelah ditolak ini, kita boleh mengajukan banding ke imigrasi. Saat banding, kita harus mengumpulkan bukti dan dokumen baru yang lebih kuat untuk memenangkan keputusan. Surat banding juga harus segera didaftarkan dalam jangka waktu 3 minggu sebelum deadline dan sebaiknya jangan mepet-mepet. Di surat keputusan penolakan, imigrasi juga menuliskan bahwa saya harus melampirkan dokumentasi rekening bank yang menyatakan saya punya cukup uang untuk semester musim semi 2021. Tapi lucunya, study permit ini hanya berlaku selama satu tahun dan untuk menunggu keputusan banding memerlukan waktu 8 bulan! Ini saja saya sudah menunggu 6 bulan, dan kuliah tersisa sekitar 4 bulanan lagi. What's the point jadinya hanya menunggu izin tinggal yang sebetulnya juga akan expired kalau kuliah berakhir?! Namun semoga saja permohonan banding saya dikabulkan kurang dari 8 bulan tersebut!


Saya juga sempat menghubungi teman mahasiswa internasional lain untuk mencari tahu apakah mereka pernah mendengar kasus serupa di Norwegia. Yang paling tepat memang curhat dan bertanya ke orang yang senasib dengan kita, karena penderitaannya hidup di negara orang sama. Karena masalah ini juga, saya merasa sangat beruntung menemukan orang-orang baik yang selama ini tak pernah diduga. Salah satu kolega saya di kantor, sampai meminjamkan uang NOK 50.000 tanpa diminta hanya gara-gara mendengar study permit saya ditolak karena masalah uang. Dua teman lainnya juga berkali-kali menanyakan kabar saya, jikalau butuh bantuan dana. Padahal orang-orang ini bukan orang Indonesia dan hanyalah rekan mahasiswa internasional biasa yang tak pernah saya tahu personalnya, tapi mereka bisa sebaik itu! Setelah mengumpulkan beberapa dana dan melengkapi kontrak kerja yang valid sampai akhir semester, semua dokumen pendukung siap dilampirkan.

Selanjutnya adalah masalah status tinggal selama menunggu keputusan banding. Jadi sebetulnya, orang-orang yang izin tinggalnya ditolak harus segera meninggalkan Norwegia dalam waktu 3 minggu. Kecuali dua kasus, mereka memperbarui izin tinggal 1 bulan sebelum habis, atau izin tinggal lama mereka memang dicabut oleh imigrasi karena harus ganti permit baru. Jika kasus kita masuk ke salah satu pengecualian ini, maka kita masih boleh tinggal di Norwegia selama menunggu keputusan banding dan mempunyai hak seperti izin tinggal sebelumnya; contohnya hak tinggal dan bekerja.

Kasus saya masuk ke nomor pertama, namun sayangnya semua dokumen baru diserahkan ke kantor polisi kurang dari sebulan masa tinggal lama habis. Jadi pelajaran penting juga untuk menyerahkan semua dokumen ke kedutaan atau kantor polisi setidaknya 1 bulan sebelum habis masa tinggal. Karena di Norwegia, aplikasi kita baru didaftarkan setelah semua dokumen diserahkan ke pihak kedutaan atau kantor polisi, bukan ketika kita membayar biaya aplikasi di situs pendaftaran. Karena masalah ini, saya jadinya was-was tak boleh tinggal di Norwegia selama menunggu banding. 

Namun, imigrasi setempat memberikan penangguhan bagi para pemohon aplikasi yang ditolak untuk tetap tinggal jika tak memenuhi kedua pengecualian tersebut. Caranya adalah mendaftarkan "deferred implementation" ke pihak imigrasi atau kantor polisi dengan menyatakan keinginan kita untuk tetap tinggal sampai banding diputuskan. Saat menulis tulisan ini, saya masih berada di Norwegia meskipun seharusnya sudah ditendang kembali ke Indonesia maksimal 16 Februari lalu. Saya mengajukan penangguhan ke pihak imigrasi dan dikabulkan. Artinya, saya secara legal boleh tinggal dan bekerja paruh waktu sama seperti hak dari study permit sebelumnya.

⚘ ⚘ ⚘

Susah sekali memang hidup di negara orang sebelum betul-betul settle. Saya membagikan kisah ini juga bukan bukan untuk pamer penderitaan. Teringat kata adik saya, orang tidak akan pernah bisa sharing pengalaman sebelum mengalami sendiri. So here it is, pengalaman saya semoga bisa dijadikan pelajaran!

Ngomong-ngomong, Norwegia sedang terkena third wave dan memutuskan menutup negara mereka lagi sejak Februari. Saya sudah absen ke kampus dan kantor dari Desember lalu, lalu hanya berteman erat dengan laptop saja di rumah. Dengan semua tekanan dan beban ini, untung saja saya tak gila! 😆 Buat kalian dimana pun berada, take care! Nikmati hidup dan berhentilah jadi sok paling produktif. Masih bisa menyelesaikan tugas dan waras saja sudah syukur.



Komentar

  1. Jadi planning kamu selanjutnya bagaimana? Apakah masih semangat buat cari kerja di Norwegia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk planning, pastinya setelah lulus harus cari kerja dimana pun berada 😀 Entah di Norwegia atau beneran balik ke Indonesia. Gak tau juga rejekinya dimana, tapi nanti aku sharing lagi aja kalo udah bener2 jelas :)

      Hapus
  2. OMG!!! Ga bisa bilang apa2 selain yang kuat ya Nin! Syukurlah pengajuan penangguhannya disetujui ya! Gila banget itu pasti kalang kabut pas baca email itu, bisa membayangkan apa yg kamu rasakan! Keep strong nin!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya ini tuh emang udah aku wanti-wanti sendiri sih, Um. Pada dasarnya aku gak kaget pas nerima email penolakan, apalagi emang dari awal aku tau masalahnya tuh pasti duit. Tapi tetep aja sedih, karena beneran kejadian 😅

      Makasih banyak ya. Awalnya emang bingung juga kalo mesti ditendang gini, apalagi sekarang lagi tesis juga. Cuma untunglah, masih dikasih kesempatan tinggal sampe nunggu banding selesai.

      Hapus
    2. Iya, udah ngewanti-wantipun pas hasilnya keluar dan sesuai prediksi tetep aja pedih ya. Semoga tesisnya lancar nin, ples kedepannya juga semua lancar ya.

      Hapus
    3. Iya, Umi. Haha..

      Karena walau gimana pun, menerima penolakan itu tetep pedih dan bikin sedih. Makasih banget ya! :)

      Hapus
  3. Semangat kakak:) Aku juga lagi dalam masa penantian extended permit. Masa aupair sudah habis, dapat kerjaan cleaning/babysitting/assistant disini. Semoga approve dan bisa memulai semua dari awal. heheh. DiFinland bisa sekolah gratis dengan work permit type A. With God will, mau coba lanjut kuliah setelah kerja 2 tahun disini. Good luck buat kakak, terima kasih sudah menginspirasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh.. di Finlandia kesempatan setelah au pair ternyata lumayan luas ya :) Enak banget kalo udah ada peluangnya, tinggal diterusin aja.

      Sukses buat kamu Ana! Semoga lancar ya urusan kerjaan dan lanjut kuliahnya. Makasih banyak udah mampir.

      Hapus
  4. Hi Nin,

    Dari saya baca cerita-ceritamu sepertinya saya bisa menyimpulkan kalau kamu ada keinginan untuk menetap dan mencari kerja di Norwegia.

    Keponakan saya pun begitu, selulus kuliah dia ingin bekerja di Italia saja namun memang tidak mudah. Ada permit khusus namanya semacam freelance visa yang membolehkan warga non Uni Eropa bekerja freelance di Italia dengan sistem bekerja per proyek. Tapi harus punya business plan dulu dan harus menunjukkan punya klien yang interest. Misalnya jadi penerjemah Bahasa Indonesia ke perusahaan-perusahaan disana yang punya koneksi dengan Indonesia. Atau sebagai designer grafis, atau fotografr.

    Coba dari sekarang kamu konsultasi dengan lawyer yang spesifik ke masalah-masalah imigrasi, agar bisa tau situasi kamu dan apa saja peluang seberes kuliah, biar nanti ga repot dengan masalah permit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Kak Christina..

      Makasih banyak sarannya 😀 Sebenernya kalo di Norwegia peluangnya lebih kecil dari Italia. Jadi kalopun setelah lulus kuliah berniat menetap, ya caranya paling apply “Job Seeking visa” dulu selama 1th atau langsung cari kerjaan high-skilled yg gajinya memenuhi standar minimum/boleh juga jadi researcher atau chef gitu. Cara lain, ya apply izin tinggal kohabitasi/nikah. So far lagi nge-list juga nih apa2 aja peluang yang bisa didapet.

      Hapus
  5. Hang ok there Nin, kamu pasti bisa. Aku bisa melihat kalau kamu tangguh orangnya dan pasti bisa menghadapi tantangan seperti ini. Suatu saat nanti akan liat kebelakang dan bersyukur sudah melewati tantangan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat sama mbak eva! Semangat Nin! :)

      Hapus
    2. Cece!!

      Makasih banyak dukungannya! Your words make me even stronger!

      Hapus
    3. Thank you, Umi, semua2nya!

      That's so nice of you.

      Hapus
  6. Semoga yang terbaik ya untuk mbak Nin. Apapun langkah ke depannya semua bisa disiapkan dengan lapang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak, Phebie :)

      Untuk tambah siap semua nih emang; facing the real world abis kelar kuliah.

      Hapus
  7. I know how hard it is living in another country, hang in there!

    Aku berencana ke Norwegia setelah selesai ikut program aupair di Belanda, tapi sayangnya karena border yang tutup sejak Januari, aplikasi izin tinggal saya ditangguhkan sampai gak tau kapan dan terpaksa harus ubah rencana (kind of last minute decision) pulang ke Indonesia yang buat saya sih keadaan itu lumayan stressful dan mengecewakan. But, it is what it is! You have to keep moving, doing your best.
    Semangat! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun :c
      Sorry to hear your story ya. Emang keadaan sekarang tuh bener2 gak bisa diprediksi. Aku denger juga, ada yang malah permit-nya udah keluar tapi gak bisa juga apply visa di Indonesia karena kantornya masih tutup. Ujung2nya tetep gak jadi juga berangkat ke Norwegia.

      Udah capek ngeluh karena Korona sekarang. Semuanya udah mulai membiasakan diri aja sama semua keadaan. Yang cuma bisa kita lakukan; berharap semoga 2021 lebih baik dan tetep moving forward sekalian nyari2 kerjaan di Indonesia.

      Makasih ya semangatnya! Kamu juga di sana! :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Jadi Au Pair Tidak Gratis: Siap-siap Modal!

Beragam postingan dan artikel yang saya baca di luar sana, selalu memotivasi anak muda Indonesia untuk jadi au pair dengan embel-embel bisa jalan-jalan dan kuliah gratis di luar negeri. Dipadu dengan gaya tulisan yang meyakinkan di depan, ujung tulisan tersebut sebetulnya tidak menunjukkan fakta bahwa kamu memang langsung bisa kuliah gratis hanya karena jadi au pair. Banyak yang memotivasi, namun lupa bahwa sesungguhnya tidak ada yang gratis di dunia ini. Termasuk jadi au pair yang selalu dideskripsikan sebagai program pertukaran budaya ke luar negeri dengan berbagai fasilitas gratisan. First of all , jadi au pair itu tidak gratis ya! Ada biaya dan waktu yang harus kamu keluarkan sebelum bisa pindah ke negara tujuan dan menikmati hidup di negara orang. Biaya dan waktu ini juga tidak sama untuk semua orang. It sounds so stupid kalau kamu hanya percaya satu orang yang mengatakan au pair itu gratis, padahal kenyatannya tidak demikian. Sebelum memutuskan jadi au pair, cek dulu biaya apa s