Langsung ke konten utama

Luar Negeri Itu Bukan Kemauan, Tapi Kesempatan


Another day, another story.

Seorang kenalan dekat, sebut saja D, yang sudah memegang kontrak kerja dari sebuah grup hotel besar di Kanada mendadak membatalkan rencana dan tak jadi berangkat. Entah apa penyebabnya, namun kabar tersebut cukup membuat saya tercengang. D yang saya tahu, tak hanya sekali ini saja beruntung mendapatkan kesempatan kerja ke luar negeri. Dari awal lulus sekolah, D sudah diterima bekerja di sebuah hotel besar di Palembang. Setelahnya, dikabarkan D mendapatkan tawaran di Qatar dan hanya bertahan 6 bulan. Dari Qatar, eksplorasinya berlanjut ke Australia sebelum akhirnya berlabuh di Bali. Dari Bali inilah, D mendapatkan informasi pekerjaan di Kanada dan berhasil lolos di semua tahap wawancara. Sayang, sudah keliling kerja di berbagai belahan dunia, D tak jadi mengurus visa Kanada dan dikabarkan akan kembali lagi ke Palembang karena ditawari posisi baru. Fiuuhh.. Sebuah unfair advantage yang sungguh nyata!

Sampai sini, apa yang terlintas di benak kalian?

D tak tahu rasanya bersyukur? Bodoh? Aneh? Tak tahu rasanya memanfaatkan peluang dengan benar?

Sebagai pejuang di luar negeri yang memulai langkah dari 0, saya pun penasaran alasan apa yang melatarbelakangi D sampai menyia-nyiakan semua peluang tersebut. Tak semua orang bisa memulai langkah besar semulus itu. Saya tak ingin mengatakan keputusan tersebut salah. Karena pada akhirnya, keputusan untuk hijrah dan bekerja di luar negeri adalah pilihan pribadi yang bergantung pada keadaan, kepribadian, dan prioritas seseorang. Meski bisa jadi pengalaman ini transformatif dan memperkaya cerita hidup bagi banyak orang, namun tentu saja hal ini tak cocok dan diinginkan semua orang. Termasuk D.


Perlu digarisbawahi juga bahwa D bukan anak orang kaya yang bisa bebas melanglang buana dan dianugerahi kucuran dana orang tua. D sama seperti kita umumnya, lahir dari keluarga menengahnamun dengan keberuntungan yang luar biasa. Semua pekerjaan yang D lamar pun murni dilamar sendiri mengandalkan pengalaman kerjanya yang sudah dibangun sejak lulus sekolah. Dengan kompetensi semenarik itu, layaknya main-main saja ketika melihat D menghamburkan banyak kesempatan yang sejujurnya diinginkan banyak orang.

Saya jadi ingat curhatan beberapa orang Indonesia yang berulang kali mengutarakan niat untuk hijrah ke luar negeri, namun belum ada peluangnya. Au pair yang membuka jalan saya ke Eropa tak sepenuhnya juga terbuka untuk orang lain. Banyak faktor yang membuat mereka harus melupakan angan ke luar negeri dengan cara ini. Beberapa dari mereka ada yang usianya sudah melewati persyaratan, tak diizinkan orang tua untuk 'membabu' ke luar negeri, tak kunjung dapat host family, hingga akhirnya dapat pekerjaan dan jodoh di Indonesia. Lalu jalan itu pun tertutup dengan sendirinya.

Pun yang ingin kuliah di luar negeri, tak semuanya diberikan jalan serupa. Meski sama-sama harus tes kompetensi bahasa, kirim lamaran kesana kemari, hingga menulis esai untuk beasiswa, namun banyak juga yang tak beruntung sampai kehilangan motivasi. Apalagi yang memang niatnya ingin langsung kerja dari Indonesia. Kalau tak diperantarai BPTKI atau punya kemampuan super yang tak semua orang lokal punya, jelas sangat sulit peluangnya. 

D bukanlah satu-satunya orang di sekitar saya yang punya unfair advantage memegang kunci emas ke luar negeri. Seseorang yang saya kenal juga menolak beasiswa lanjut S2 ke Prancis dengan alasan sudah ketemu jodoh lalu ingin menikah dan membangun keluarga di Indonesia. Walau mungkin banyak yang menyayangkan kesempatan tersebuttermasuk saya sendiri, tapi saya mengerti bahwa visi dan misi orang dalam hidup tak harus sejauh benua Amerika, Eropa, atau Australia. Tinggal di Indonesia dan membangun masa depan di kampung halaman bagi mereka jauh lebih rewarding ketimbang harus berjibaku dengan ketidaknyamanan di tempat asing.


Untuk orang-orang yang masih menjaga mimpinya untuk hijrah ke luar negeri, mengertilah bahwa ini bukan cuma perkara mimpi dan kemauan semata, tapi juga kesempatan. Banyak yang mau, tapi tak punya kesempatan. Sedikit yang punya kesempatan seperti D, belum tentu juga mau tinggal di negara orang. Justru kadang kita yang pontang-panting berniat ingin tinggal di luar negeri inilah yang tak menemukan jalannya dan berakhir putus asa.

Sama halnya dengan para au pair bermasalah yang kadang membuat saya heran, mengapa justru mereka yang dapat rejeki tinggal di benua ini?! Di Indonesia ada banyak sekali calon au pair dengan motivasi yang jauh lebih meaningful, namun sayangnya tak punya peluang yang sama. Sementara orang-orang yang punya tujuan terselubung justru malah mulus jalannya. Konteks “au pair bermasalah” ini adalah para oknum yang diberikan kesempatan emas tinggal di luar negeri, namun kurang mampu menggunakan segala peluang dengan maksimal. Alih-alih ingin belajar dan mengembangkan diri, mereka datang dengan tujuan berbeda yang kadang mengukir persepsi buruk di negara tujuan. It's not my job to judge, tapi sebagai mantan au pair yang diberikan banyak kesempatan untuk eksplorasi, saya cukup menyayangkan. 

"Namanya hidup, banyak yang tak adil," ucap seorang teman saat saya tanyai pendapatnya.

Teruntuk kalian yang tak punya unfair advantage, hanya berhalusinasi dan mimpi memang tak akan membawa kita kemana-mana. Namun menjaga mimpi agar tetap hidup adalah salah satu bekal mememotivasi dan menginspirasi diri menjalani hidup lebih bermakna. Satu jalan tertutup, mudah-mudahan ada jalan lain yang terbuka. Kita yang tak dianugerahi hoki dan privilese ini harus berusaha berkali lipat untuk menyamakan nasib. Meski kita kalah dengan orang-orang yang punya keberuntungan ganda, namun selalulah percaya bahwa jika ada kemauan pasti ada jalan. 



Komentar

  1. Tulisan mbak menginspirasi saya untuk tetap bermimpi dan berusaha lebih keras dari yang lainnya, "keinginan menjaga untuk tetap hidup"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhir tahun lalu saya belajar, kalo usaha yang keras juga seringkali mengkhianati hasil. Huhu.. Jadi memang sebaiknya diimbangi dengan kerja smart, gak cuma hard. Artinya, kita mesti bisa melihat banyak peluang dimana aja kita bisa masuk, bukan cuma trying harder di satu sisi. Tengkyu banget ya udah mampir, semoga keinginan kamu terlaksana secepatnya :)

      Hapus
  2. Mb Niiiiin,, udh lama ga liat mb di IG... heheh
    Akhirnya aku balik lagi ke blog mba. Makasi motivasinya mba, aku masih menjaga mimpi-mimpi itu. Semoga suatu saat terwujud. Aamiiin.

    Sehat-sehat ya mbaa di sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini mamaknya anak2 bulu bukan sih? Haha!!

      Gilaaa! Aku penat banget dan emang menarik diri dulu dari Instagram. Belum semangat nulis dan sharing lagi. Mungkin one day akan kembali semangatnya untuk berbagi ke khalayak ramai di IG :)

      Aaaammmiinn.. Semoga ada celahnya tahun ini. Tahun naga, tahun baik. Amin.

      Hapus
    2. Hahaha, iya mbaa... Gimana kabarnya mba dan si bongsor Milliiee??? Makin bongsor pastinya yaaa

      Aamiin, iya mba, aku jg berharapnya semoga tahun ini.. Nanti aku kabari kembali hehe

      Hapus
    3. Millie dieeeett!! Haha..
      Tidak bagus untuk kesehatan dan emang dari vet sendiri selalu nyalahin kita kalo si Millie sampe kegendutan. Akhirnya sekarang beratnya udah oke, gak kayak kemaren yang terlalu mengembang :D

      Ditunggu ya kabarnya, apapun itu. WISH YOU A GREAAAAAT LUCK this year, mamak mamon! :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa