Langsung ke konten utama

Serendipity



Kata 'serendipity' sepertinya jadi kata yang paling banyak diucapkan semester lalu, ketika kami mengikuti mata kuliah Managing the Venture Growth. Yet, it is one of most beautiful English words I have ever heard. Pada topik tersebut, profesor saya di kelas menjelaskan bahwa dalam dunia kewirausahaan, pebisnis biasanya sering kali berhadapan dengan ketidakpastian yang kadang akan membawa mereka ke arus lain yang justru membawa kesuksesan yang tak pernah dicari.

Saya dan tim memutuskan membawa kisah kesuksesan tak terduga Instagram untuk bahan presentasi di kelas sebagai contoh the role of serendipity di dunia kewirausahaan. Mungkin banyak dari kalian yang belum tahu, bahwa sebelum Instagram sukses seperti sekarang, social networking service ini dulunya bernama Burbn. Burbn adalah aplikasi iPhone berbasis lokasi terinspirasi dari Foursquare, memiliki fitur yang memungkinkan pengguna untuk check-in di sebuah lokasi, mendapatkan poin dari hasil nongkrong dengan teman di aplikasi yang sama, serta mempublikasikan foto-foto hasil tongkrongan.

Namun karena terlalu berantakan dan penuh fitur, aplikasi ini kurang sukses di pasaran. Systrom, salah satu pendiri Burbn, kala itu kebetulan mendapatkan inspirasi dari Quora bahwa fitur berbagi foto adalah fitur yang paling trendy dan futuristik. Tak patah semangat, pendiri Burbn mempelajari banyak aplikasi foto dan mengerucutkan Hipstamatic dan Facebook sebagai dua kompetitor terberat. Hipstamatic adalah aplikasi keren dengan banyak filter foto, namun sangat sulit untuk berbagi ke orang banyak. Sementara Facebook yang saat itu adalah rajanya media sosial, memiliki kekurangan pada aplikasi iPhone yang tak memungkinkan penggunanya berbagi foto. Karena kedua platform ini memiliki minus masing-masing, pendiri Burbn mencari kesempatan untuk menyelinap di antara kekurangan tersebut dan mengganti ide awal Burbn menjadi photo sharing networking.

Burbn akhirnya dibuat ulang dengan menghapus banyak fitur, lalu hanya meninggalkan fitur berbagi foto, tombol Like, serta kolom komentar. Jika diperhatikan, logo Instagram pun sebetulnya separuh inspirasi separuh mencontek logo Hipstamatic. But serendipity spoke, Instagram menuai kesuksesan besar dengan menembus angka 1 juta pengunduh di dua bulan rilis dengan keuntungan lebih dari US$10 juta hanya dalam waktu satu tahun.

Berkaca dari perjalanan Burbn menjadi Instagram, cerita saya di Eropa sampai detik ini pun sebetulnya wujud dari serendipity. Tinggal dan melanjutkan sekolah di luar negeri adalah cita-cita saya sejak SD. Layaknya impian banyak pelajar Indonesia yang selalu berharap bisa studi dan merasakan tinggal di satu negara, impian saya juga tak pernah padam sampai menginjak usia 20-an. Perasaan ingin segera keluar negeri, mencari pengalaman baru, sekaligus melanjutkan S2 semakin menggebu 9 bulan sebelum lulus kuliah. 

Namun saya tahu diri. Bahasa Inggris masih sangat pas-pasan. Ingin kursus dan tes yang sertifikatnya internasionalnya pun belum cukup uang. Di sisi lain, saya dari dulu ingin pindah jurusan ke bidang desain yang mana mustahil karena saya lulusan Fisika. Intinya saat itu, lanjut S2 keluar negeri pakai dana beasiswa mengambil jurusan desain sangatlah tak mungkin.


Untungnya, saya tidak mudah menyerah mencari banyak informasi tentang peluang keluar negeri selain harus sekolah dengan bantuan beasiswa. Dulu yang saya tahu, selain kuliah dan menikah dengan orang lokal, anak-anak muda Indonesia bisa ikut sukarelawan, bekerja, atau ikut program pertukaran budaya di luar. I tried so hard finding a good keyword hanya demi menemukan jalan ke luar negeri, tak harus Eropa yang jelas. Sayang, tak mudah. Ikut sukarelawan, ya mesti bayar. Ingin kerja, tak ada jalannya apalagi untuk fresh graduate macam saya. Pertukaran budaya untuk belajar bahasa ke Selandia Baru misalnya, ya masih butuh modal.

Bermodalkan laptop butut mencari informasi hampir setiap hari di sela pengerjaan skripsi, perburuan saya berakhir di AuPairWorld. Pendeknya, saya bermuara ke situs ini hanya karena membaca sinopsis singkat dari novel diskonan buatan mantan au pair yang saya temukan di toko buku online. Dari sanalah saya tahu bahwa program au pair adalah hal paling masuk akal yang bisa membawa saya ke luar Indonesia disertai pengalaman tak terlupakan. Tanpa sertifikat bahasa, biaya tiket pesawat ditanggung, sekolah bahasa gratis, hingga merasakan hidup 1-2 tahun dengan keluarga angkat, the future seemed brighter. Yang tadi niatnya ingin jadi au pair maksimum 2-3 tahun, ternyata saya malah menghabiskan waktu 5 tahun. But hey, I realized my dream of studying abroad in the 5th year anyway!


Apa pelajaran dari cerita hidup saya yang juga berdampingan erat dengan kisah sukses Instagram?

1. Sense of iterating

Sama seperti pendiri Burbn yang terus mencari inspirasi, mengembangkan ide baru, lalu kemudian tes prototipe, proses menuju kesuksesan (baca: huge profit) dalam dunia bisnis tidaklah mudah. Saya yakin, saat punya ide me-remake Burbn, pendirinya memiliki prediksi terburuk jikalau produk baru tersebut tetap tak akan diterima publik. Namun karena ketekunan pendirinya untuk terus berkembang dan belajar dari kesalahan inilah, lahir Instagram yang kita kenal hingga sekarang.

Ketekunan saya untuk terus mencari informasi sedetail mungkin tentang peluang ke luar negeri adalah baby step mengapa saya masih berada di Eropa hingga detik ini. Di tahun 2013, tidak banyak au pair yang mau membagikan kisahnya di luar negeri via blog. Kalau pun ada, kebanyakkan pengalaman ditulis oleh au pair Belanda atau Jerman yang terlalu masif berbagi cerita bahagia. Tak mau bergantung dengan orang lain, saya mempelajari sendiri program au pair dari A-Z, Australia sampai Amerika, serta membaca banyak situs imigrasi hanya untuk mengecek satu per satu regulasi negara. It was not complicated karena hampir semua informasi sebetulnya bisa ditemukan via internet. Kadang harus ditolak host family, ya coba cari lagi. Gagal mendapatkan keluarga dari satu situs, ya cari di situs lain. Pernah saat itu sudah deal dengan keluarga di Australia, saya mundur karena visanya butuh uang jaminan 50 juta Rupiah. Australia tak berhasil, ya cari negara lain yang regulasinya memungkinkan tanpa uang jaminan. Begitu terus hingga 5 bulan lamanya, sebelum saya berhasil bertemu dengan keluarga pertama di Belgia.

2. The opportunity upon the weaknesses

Salah satu kesuksesan Instagram adalah berhasil membuat model bisnis dengan memanfaatkan celah ketidaksempurnaan kompetitor. Dengan cara mengisi ruang diantara kekurangan Hipstamatic dan Facebook, Burbn menciptakan ide dan interface baru yang ternyata lebih diterima pasar hingga berganti nama menjadi Instagram.

Berbeda dengan Burbn yang punya saingan, kompetitor terberat saya saat itu adalah diri dan lingkungan saya sendiri. Kekurangan terbesarnya adalah saya tidak punya cukup uang. Kalau punya uang, saya mungkin mudah saja kursus IELTS/TOEFL dulu sebelum tes bahasa. Mudah saja langsung melenggang ke luar negeri tanpa perlu bergantung ke beasiswa prestisius karena IPK pas-pasan. Tapi karena tak ingin larut dalam kekurangan yang dimiliki, saya mencari kesempatan lain dimana saya bisa memaksimalkan kelebihan yang saya punya. Au pair adalah salah satu jawabannya. Au pair menawarkan kesempatan luas kepada saya untuk mempelajari budaya asing, tinggal bersama keluarga angkat, belajar bahasa gratis, sampai bisa jalan-jalan murah di Eropa. Semuanya tanpa sertifikat bahasa Inggris, tanpa IPK tinggi, dan tanpa duit puluhan jutaan Rupiah!


3. Turn to success

Bagi yang percaya dengan rencana Tuhan, pasti juga mengamini bahwa manusia boleh berencana namun Tuhan yang menentukan. Tak semua pilihan yang kita ambil sekarang, ke depannya adalah hal yang betul-betul kita inginkan. But, it's totally okay to turn back and start from zero. Burbn yang saat itu mengalami kegagalan, tak takut untuk kembali ke posisi 0 dan terus belajar dari para kompetitor agar mampu membuat produknya lebih baik.

Meskipun sudah lulus kuliah dan siap terjun ke dunia kerja, saya memotong jalan karir dan 'bersemedi' di rumah host family hingga lima tahun lamanya. Padahal saat itu pressure dari orang tua sudah sangat jelas, ingin melihat anaknya berhasil dan merancang karir yang terbaik untuk masa depan. Namun, ketimbang langsung cari kerja sehabis lulus, saya memutuskan untuk tak langsung menerapkan ilmu yang sudah saya dapatkan selama bertahun-tahun di bangku kuliah. I turned back, jadi babysitter-slash-personal asistant-slash a new family member untuk empat keluarga di 3 negara Eropa. Seperti buang-buang waktu rasanya hanya menghabiskan sisa usia 20-an jadi au pair. Namun saya tidak menyesal. Karena meskipun jalannya begini, saya akhirnya berhasil mewujudkan cita-cita saya sejak kecil; lanjut kuliah di luar negeri!



Membandingkan kisah sukses Instagram dan kisah hidup saya mungkin memang tak imbang. Tapi saya hanya ingin mengakui, bahwa berhasil kuliah di negeri adalah salah satu pencapaian terbesar saya dalam hidup. Meskipun rutenya panjang, berliku, dan perjuangannya juga berat, tapi saya yakin bahwa ketika kita tak berhenti bereksplorasi menemukan apa yang kita cita-citakan, peluang sukses itu bisa saja terbuka secara kebetulan. Dalam setiap eksplorasi, kadang kita menemukan sebuah petunjuk yang bisa menuntun kita menuju hal yang tak pernah terjamah dan saat itu jugalah kita harus taktis membaca setiap peluang yang ada. I believe that life is full of serendipity dan merupakan tugas kita untuk membuka diri terhadap setiap peluangnya. Seperti kata James Heaton, Presiden Direktur Tronvig Group di Amerika:

"Serendipity is a combination of things: actively setting up opportunities, a willingness to go with the flow of events, the ability to see the thing that arises by chance, and finally, being ready to seize the opportunity—prepared both in the sense of being open to the possibility and ready to take advantage of it."

Bagaimana menurut kalian, apakah kalian percaya dengan yang namanya 'the power of serendipity'?



Komentar

  1. Kuliah di indo aja ada susahnya apalagi kuliah di luar negeri pake biaya sendiri, you should be proud of that kak nin💛

    BalasHapus
    Balasan
    1. PASTI!!! 😀😀

      Salah satu cita2 sudah terpenuhi, pastinya ini jadi pencapaian terbesar dalam hidup dong! 😇

      Hapus
  2. Nin, Nin, suka banget sama tulisan kamu, sangat mudah dimengerti dan sangat indah untuk dibaca. Kadang aku mikir kamu emang punya keunggulan dibidang tulis menulis ini. Ditulisan ini seakan-akan kamu malah menjadi sang marketingnya au pair di Indonesia. Caramu menulis dan menuturkan semua itu dikombinasikan sama materi yang kamu presentasikan dikelas juga sangat epik. Bukan masalah apel to apel antara jalanmu dan jalannya Burbn, karena tiap orang memang punya jalan hidupnya sendiri. Liku jalan tiap manusia itu unik, ga ada yang sama tapi memang akan selalu ada satu cerita orang lain yang membuat kita tergugah untuk mengenang jalan kita di masa lalu maupun sekarang. Jalanmu untuk menggapai mimpimu memang berliku dan butuh waktu, saat sekarang kamu mampu meraihnya pasti ada rasa bangga karena kamu bisa melalui jalanmu sampai sejauh ini sendiri. Tulisanmu bisa membuat orang lain termotivasi juga untuk berjuang meraih mimpinya Nin, dan membuat kita tahu bahwa semua orang punya jalan hidupnya masing-masing yang layak untuk diperjuangkan. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Umi, makasih banyak udah komen panjang2! Bener2 aku apresiasi :)
      Gak nyangka juga banyak yg mellow sama tulisan ini. Padahal maksudnya hanya untuk ngasih tau ke orang lain kalo sukses itu bukan hanya dari privilege, tapi juga "kebetulan".

      Tul! Jalan hidup ku pasti beda untuk orang lain. Pasti suksesnya orang gak sama, tapi tetep jangan takut bermimpi ya!! PASTI BISA, kalo yakin! ;)

      Hapus
  3. Mbaaa Niiin, aku aja bangga sama mba, apalagi mba yaaa. Huaaa, senang akhirnya mba, bisa mencapai sukses versi mba, meski benar, berlliku banget jalan yang mba lalui, yaoi mba begitu kuat. Aku aja tiap baca lika-liku perjalanan mba (yang tidak semuanya mba tulis, karena aku yakin aslinya lebiiih berliku lagi) aku kadang sedih dan bangga bacanya. Mbaaa you're amazing, beneran. Kuat bener. Mbaaa nggak tahu lagi mau ngomong apa. Semangat buat mba yaa. Semoga kelak aku juga sekuat mba dakam memperjuangkan mimpiku. Salam hangat dari aku, one of your fan ❤❤❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you so much!!! You’re such a dreamer indeed!! ♥️

      Semoga kamu nanti juga bisa menemukan sukses mu ya! Sebetulnya bisa kuliah di LN bukan akhir dari sukses ku sih. Ini tuh salah satu pencapaian terbesar dalam hidup yang harus aku expand lagi. Karena kalo puas sampe sini aja, ya gak berkembang. Yang bisa kuliah di LN banyaaaak, au pair yg lanjut kuliah juga banyaaaak, yang kuliah pake duit sendiri sampe berdarah2 juga pasti gak hanya aku aja. Makanya jangan cepet puas even berhasil berada di tangga kesuksesan pertama! 😇

      Salam hangat juga buat kamu di sana. Makasih udah jadi loyal reader 🙏🏽

      Hapus
  4. I am so proud of you ka Nin ❤❤ sangat sangat menginspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you, Bee! :)

      Semoga lebih menginspirasi kamu utk menemukan serendipity mu juga.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

First Time Au Pair, Ke Negara Mana?

Saya ingat betul ketika pertama kali membuat profil di Aupair World, saya begitu excited memilih banyak negara yang dituju tanpa pikir panjang. Tujuan utama saya saat itu adalah Selandia Baru, salah satu negara impian untuk bisa tinggal. Beberapa pesan pun saya kirimkan ke host family di Selandia Baru karena siapa tahu mimpi saya untuk bisa tinggal disana sebentar lagi terwujud. Sangat sedikit  host family dari sana saat itu, jadi saya kirimkan saja aplikasi ke semua profil keluarga yang ada. Sayangnya, semua menolak tanpa alasan. Hingga suatu hari, saya menerima penolakan dari salah satu keluarga yang mengatakan kalau orang Indonesia tidak bisa jadi au pair ke Selandia Baru. Duhh! Dari sana akhirnya saya lebih teliti lagi membaca satu per satu regulasi negara yang memungkinkan bagi pemegang paspor Indonesia. Sebelum memutuskan memilih negara tujuan, berikut adalah daftar negara yang menerima au pair dari Indonesia; Australia (lewat Working Holiday Visa ) Austria Amerika