Langsung ke konten utama

8 Alasan Belgia adalah Negara Terbaik Au Pair


Sudah berapa kali saya mendengar kisah buruk au pair di Eropa saat saya masih dan tak lagi jadi au pair? Mungkin puluhan bahkan hampir ratusan kali. Kisah buruk ini pun makin menguat ketika saya pindah ke Skandinavia dan mendengar banyak keluhan au pair tentang perlakuan keluarga angkat mereka. They're not a real family, tapi majikan!


Sedikit tak adil jika harus membandingkan perlakuan keluarga di Skandinavia dengan para keluarga angkat saya dulu di Belgia. Nyatanya, tinggal dengan keluarga asing di negara manapun memang tak pernah mudah. Namun ada banyak hal yang sampai membuat saya menobatkan Denmark (lalu sekarang Norwegia) sebagai negara terburuk untuk au pair. Salah satunya, pengalaman hampir semua au pair yang pernah saya temui di Skandinavia setidaknya pernah ganti host family satu kali! It's a red flag!

Saya memang hanya jadi au pair di 3 negara Eropa. Empat tahun di Skadinavia dan hanya satu tahun di Eropa Barat tentunya tak bisa menggeneralisasi semua perlakuan host family di seluruh dunia. Namun kalau boleh beropini sesuai pengalaman pribadi, saya selalu menobatkan Belgia sebagai negara terbaik bagi au pair! Opini inipun didukung beberapa fakta yang tak pernah saya dengar dari au pair di negara lain. Berikut 8 alasan mengapa Belgia adalah negara terbaik:


1. Hak au pair yang masuk akal

Grand-Place atau Grote Markt, salah satu pusat wisata terkenal di Brussels

Mari kita bahas dulu beberapa hal utama yang selalu jadi bahan pertimbangan ketika memilih negara tujuan, yaitu hak dan kewajiban. Pertama, tentang uang saku. Meski dari zaman saya 8 tahun lalu belum berubah dan tak pernah mengalami peningkatan, namun au pair di Belgia bisa mengantongi EUR 450 tiap bulannya. Nominal tersebut pun hanya minimum karena beberapa au pair yang saya kenal bahkan bisa mendapatkan EUR 600-700 per bulan!

Dengan jam kerja yang hanya 20 jam/minggu, uang saku tersebut dirasa sangat layak dan tinggi. Beberapa keluarga pun banyak yang taat aturan untuk mempekerjakan au pair mereka maksimal 4-5 jam saja per harinya. 

Secara izin tinggal, au pair memang hanya boleh tinggal di Belgia maksimal selama 12 bulan. Namun percayalah, tinggal dengan keluarga asing yang dari kita melek sampai tidur lagi pun satu atap dengan mereka membuat durasi 12 bulan sudah lebih dari cukup. Saya tahu ada banyak au pair yang merasa waktu 1 tahun dirasa sangat kurang. Tapi bagi saya, peraturan ini sangatlah masuk akal mengimbangi tujuan utama au pair sebagai program pertukaran budaya, bukan kerja penuh waktu.

Satu lagi hal yang membuat saya merasa program au pair di Belgia memang berjalan dengan semestinya, yaitu batas maksimum usia anak per keluarga. Di Denmark misalnya, keluarga masih boleh memiliki au pair sampai anak berusia 16 tahun. Sementara di Jerman dan Austria, maksimal anak berusia 18 tahun. Isn't it helpless?! Bayangkan au pair masih harus membereskan kamar dan mencuci baju anak remaja usia 16 tahun yang harusnya sudah bisa mandiri dan melakukan semuanya sendiri. Namun tidak di Belgia. Di negara ini, batas maksimal anak hanya sampai 13 tahun saja. Bagi saya, hal tersebut sangat realistis mengingat au pair yang hanya boleh bekerja maksimal 20 jam/minggu tanpa harus babysitting abege usia 13 tahun.


2. Biaya hidup terjangkau 

Ongkos transportasi umum yang terjangkau untuk anak muda usia < 26 tahun

Uang saku EUR 450 per bulan cukup tinggi dibandingkan dengan biaya hidup di Belgia yang tak terlalu mahal. Berbeda dengan Denmark dan Norwegia yang cenderung pro student, di Belgia kita tak harus jadi pelajar dulu untuk dapat banyak kortingan, terutama urusan transportasi publik yang jadi bagian paling penting mobilitas au pair. 


Belgia sangat pro anak muda berusia < 26 tahun karena kita bisa dapat diskon langganan transportasi publik hingga 50%. I looooove Belgium for creating this! Waktu saya au pair dulu, tiket transportasi bukan kewajiban keluarga untuk membayar. Tapi dengan kortingan yang banyak ini, saya cukup terbantu dengan membayar sekitar EUR 23 per bulan untuk tiket bus antar wilayah. Selain itu, Belgia juga punya diskon akhir pekan naik kereta dimulai dari Jumat malam. 

Belanja di Belgia juga sangat bervariasi, dari merk mahal sampai paling murah pun ada. Ingin makan dan nongkrong, dari restoran berkelas sampai tempat EUR 10 seporsi pun masih bisa ditemukan. Belgia memang se-pro itu dengan kantong anak muda terlepas status kita apa. Tak puas dengan harga di Belgia? Kita bisa impor barang dari negara EU lain tanpa kena pajak. Mari saya bandingkan dengan Norwegia nan jauh di Utara sana yang selain biaya hidupnya tinggi, pilihan belanjanya pun tak semeriah di Belgia ini. Ingin impor barang? Mesti berurusan dulu dengan pajak impor belanja hingga 25%!


3. Ibukota Eropa

Kastil tua di sebuah pedesaan wilayah utara Belgia

Meski negaranya mungil, namun populasi di Belgia mencapai lebih dari 11 juta jiwa per Februari 2021. Beruntung, kemungilan negara ini terletak di tengah-tengah benua Eropa hingga menjadikannya sebagai ibukota Eropa. Sangat gampang bepergian dari satu titik ke titik lain karena letak negaranya yang sangat strategis. Memudahkan kita juga untuk Eurotrip atau sekedar weekend getaway ke negara lain yang berbatasan dengan Belgia.

Tak heran, libur akhir pekan biasanya diisi dengan jalan-jalan ke Prancis atau melipir sebentar ke Belanda karena jaraknya yang tak terlalu jauh dan accessible dengan moda transportasi apapun. Dari Brussels, kita bisa ambil bus murah dan 5 jam kemudian sudah sampai pusat kota Paris. Naik kereta cepat seperti Thalys sampai lebih awal lagi, hanya 2 jaman saja. Sangat memungkinkan juga jalan-jalan murah via bus, kereta, atau pesawat ke negara lain di Eropa saat usia kita < 26 tahun. Saya juga sempat mendengar bahwa ada au pair yang lebih sering jalan-jalan dan kenal banyak wilayah di negara tempat tinggalnya ketimbang orang lokalnya sendiri. Jadi, dengan banyaknya potongan harga dan letak wilayahnya yang super strategis, rasanya tak ada alasan bagi banyak au pair malas mengeksplor banyak tempat.


4. Negara trilingual

Weekend market terbesar di Brussels yang patut dikunjungi untuk mendapatkan bahan makanan serta produk murah

Karena letak geografis negaranya yang berbatasan dengan 3 negara besar, maka Belgia punya 3 bahasa resmi, yaitu Flemish, Prancis, dan Jerman. Belgia Utara atau Flanders yang lebih dekat ke Belanda, didominasi oleh orang-orang berbahasa Flemish atau Belgia-Belanda. Sementara di bagian selatan Belgia atau Wallonia, didominasi oleh orang-orang berbahasa Prancis. Lalu sisanya adalah orang-orang berbahasa Jerman yang tinggal di dekat perbatasan wilayah Jerman. Di Brussels, karena kebanyakan ditinggali oleh para pendatang dari Afrika, maka akan sangat sering kita jumpai orang-orang menggunakan bahasa Prancis.

Berbahagialah tinggal di negara yang 3 bahasa resminya adalah salah tiga most spoken languages di Eropa, karena kamu akan merasa tak ada yang sia-sia. Belajar Flemish atau Prancis di Belgia, akan sangat membantu ketika kita main ke Belanda atau Prancis, yang terkenal penduduknya malas switching ke Inggris. 

Pengaruh 3 bahasa ini juga membuat peraturan au pair cukup ketat mengenai bahasa apa yang boleh dipelajari sesuai dimana mereka tinggal. Misalnya, au pair yang berdomisili di daerah Flanders wajib mengikuti kelas bahasa Flemish, bukan Prancis ataupun Inggris. Meski untuk beberapa orang hal tersebut tak perlu, tapi peraturan tersebut menurut saya sangatlah pro au pair. Kalau dipikir lagi, tujuan utama program au pair memanglah pertukaran budaya yang salah satunya adalah belajar bahasa lokal. Peraturan ketat yang hanya memperbolehkan au pair mengambil kelas dimana mereka tinggal adalah salah satu cara pemerintah untuk mendukung program ini.


5. Terbantu cleaning lady

Wajah pedesaan di Belgia Utara

Ooh la la! Ini dia salah satu alasan yang membuat saya merasa program au pair di Belgia jauh dari label pembantu layaknya di Skandinavia. Dengan jam kerja yang terbatas 4-5 jam/hari, banyak keluarga di Belgia punya tukang bersih-bersih yang datang 1-2 kali tiap minggu. Meski tak membuat semua pekerjaan au pair lepas dari yang namanya bersih-bersih, namun sangat membantu kita fokus ke pekerjaan lain semisal memasak dan mengurus anak. 

Saat jadi au pair di Belgia dulu, keluarga kedua saya bahkan punya 2 tukang bersih-bersih yang datang 2 kali per minggu. Atas dasar inilah, saya hampir tak menyentuh pekerjaan rumah sama sekali. Beberapa kali hanya membantu melipat baju dan vakum lantai, tapi itupun karena si mbak sedang libur atau sakit. Pekerjaan saya di Belgia lebih didominasi mengurus anak dan bersih-bersih dapur. Hal ini tentu saja membuat saya kaget ketika pindah ke Skandinavia dan harus ganti sprei semua kamar dan bebersihan layaknya cleaning lady.

Bisa jadi biaya sewa cleaning lady di Skandinavia lebih mahal dari di Belgia. Namun mengingat au pair bukan diundang ke rumah untuk jadi tukang bersih-bersih, rasanya pengalaman au pair kita di Belgia akan lebih berkesan ketimbang hanya sibuk memenuhi standar kebersihan host family tiap waktu.


6. Still feels like 'home'
Membuat makanan Indonesia cukup terbantu dengan tersedianya banyak produk Indonesia di toko Asia


Menjadi au pair di negara orang dan jauh dari rumah bukanlah pengalaman yang selalu menyenangkan. Ada kalanya kita akan kangen rumah, terutama makanannya. Beruntung, tiap negara di Eropa Barat selalu punya toko Asia dengan stok bumbu dan makanan Indonesia yang cukup lengkap! Meski makanan bukanlah satu-satunya hal yang bisa mengobati kerinduan, tapi masak comfort food khas Indonesia selalu sukses mengademkan perasaan.

Malas masak? Kita bisa melipir ke banyak restoran Asia, bahkan Indonesia, sesekali untuk mengobati kerinduan dengan kampung halaman. Sering juga saya temui orang Indonesia yang tinggal di Belgia bahkan sengaja mampir ke Belanda untuk belanja dan menikmati makanan Indonesia yang katanya lebih otentik. Sebagai au pair yang kalau kumpul-kumpul tak lepas dari yang namanya masak-masak, kita tak dibuat pusing akan kekurangan bahan.


7. Biaya sekolah murah

Belanja produk secondhand bisa jadi alternatif untuk au pair dan para pelajar

I can't think of any places yang memungkinkan au pair untuk lanjut sekolah dengan biaya lebih murah, kecuali di Belgia. Betul, kampus-kampus di Jerman juga banyak yang tak membebankan uang kuliah. Tapi seringnya, saya mendengar banyak au pair lebih memilih untuk ikut Ausbildung atau FSJ ketimbang sekolah lagi. Tak sama seperti negara lain yang biaya kuliahnya lebih mahal, saya lebih sering mendengar banyak au pair bisa lanjut sekolah di negara ini. Bahkan beberapa mantan au pair yang saya kenal, sudah keliling jadi au pair sana-sini, ending-nya kuliah di Belgia juga karena biaya hidup dan uang kuliahnya masih bisa diupayakan.


Tentu saja, kita tetap diwajibkan menyertakan banyak syarat termasuk deposito jaminan biaya hidup. Namun kabar baiknya, saya juga lebih sering mendengar banyak keluarga yang bersedia membantu au pair untuk lanjut kuliah di Belgia! Saya tak ingin kalian jadi berekspektasi tinggi dan berharap semua keluarga Belgia juga akan berniat sama. Namun tak ada salahnya berdiskusi dengan host family tentang rencana mu selepas au pair nanti. Ada banyak keluarga yang sudah jatuh cinta dengan au pair mereka dan tak rela melepas au pair yang sudah akrab dengan host kids. Solusinya, mereka menawarkan untuk meminjamkan uang sebagai syarat jaminan agar au pair tersebut masih bisa sekolah, tinggal, dan bekerja dengan mereka. Win-win solution bagi kamu yang tertarik lanjut kuliah dan masih ingin hidup nyaman di rumah host family.


8. Perlindungan terhadap au pair

Musim gugur yang syahdu di Belgia

Finally, reaching to the best point of being an au pair in Belgium! Serius, saya tak pernah merasakan dukungan pemerintah yang luar biasa terhadap program au pair dimana pun, kecuali di negara ini. Banyak pihak, termasuk polisi, ikut dilibatkan agar program au pair berjalan dengan semestinya. Perlakuan buruk keluarga terhadap au pair diminimalisir seminim mungkin agar tak adanya penyalahgunaan hak dan kewajiban. Caranya, dengan mengadakan razia berkala ke tiap rumah. Yes, negara mana yang polisinya ikut campur urusan au pair sampai rela memantau satu per satu rumah keluarga?!

Beberapa hari di awal kedatangan kita ke Belgia, rumah host family akan kedatangan polisi yang sengaja datang untuk mengecek sekitar 10-15 menit. Biasanya mereka mengecek untuk melihat apakah kita betul-betul akan tinggal di sana, apakah kita sudah mengantongi work permit untuk kerja secara legal, serta melihat keberadaan kamar kita. Tentu saja, kamar yang tidak layak bisa jadi pemicu kontrak kita dan keluarga akan dibatalkan.

Mengantongi work permit sebelum bekerja adalah hal penting yang harus kita waspadai. Ada banyak au pair nekad yang ganti keluarga dan langsung saja bekerja sebelum punya work permit baru. Kalau kamu sedang beruntung, mungkin tak masalah. Tapi kalau lagi sial dan ketahuan kerja ilegal, siap-siap dideportasi! Betul, seketat itu peraturan di negara ini. Au pair yang belum memiliki work permit baru saat pindah keluarga sebetulnya dilarang untuk bekerja meskipun posisinya sudah tinggal di rumah tersebut. Ada satu au pair yang saya kenal sudah pindah keluarga sebelum izin kerjanya keluar. Sialnya, ada polisi tiba-tiba razia mengecek rumah keluarga tersebut saat posisi si au pair ini sedang beres-beres dapur. Asumsi si polisi, au pair tersebut sudah mulai bekerja meskipun tak punya izin kerja, yang mana adalah ilegal! Karena dirasa melanggar aturan, baik au pair dan keluarga tersebut kena sanksi. Keluarga tersebut diskorsing tak boleh punya au pair selama beberapa waktu, sedangkan si au pair tersebut sayangnya harus dipulangkan. Maka, pastikan kamu mulai bekerja ketika izin kerja mu sudah ditangan. Jangan main umpet-umpetan, karena kita tak pernah tahu kapan sedang sial.


Selanjutnya adalah cerita teman saya sendiri yang menemukan blessing in disguise di Belgia. Ceritanya, saat itu teman saya harus bekerja seminggu penuh menjaga dua anak saat orang tua mereka berlibur ke luar negeri. Garis bawahi, seminggu penuh au pair disuruh menjaga anak 24 jam non stop! Jelas, hal tersebut tak diperbolehkan. Karena saat itu tiba-tiba ada polisi razia ke rumah host family ini, terbukalah semua fakta tentang situasi teman saya yang sedang kerja rodi. Apa yang terjadi? Teman saya tersebut akhirnya dipulangkan, namun berhak menerima denda dari host family sebesar 100 juta Rupiah!! No lie! Selain didenda uang, host family tersebut juga diskorsing tak boleh punya au pair selama 2 tahun. Drama dari pihak keluarga, mereka merasa diperas oleh teman saya ini karena sampai dia pulang ke Indonesia pun tetap diteror terus-terusan. Tapi kesimpulannya, ada polisi yang berdiri di belakang au pair dan sangat siap membantu mu menghukum keluarga jika memang dirasa diperlakukan tak semestinya. 


MINUS EMPAT HAL

No place is perfect. Setelah membahas semua kebaikannya, Belgia tentunya tidaklah sesempurna itu. Empat hal ini membuat pengalaman au pair ke Belgia cukup menantang dan terbatasi.

1. Persyaratan visanya super ribet dan mahal

Ke Belgia memang tak perlu melampirkan sertifikat bahasa asing seperti Jerman, Austria, dan Prancis. Namun persyaratan sampai bisa mengantongi visa au pair tipe D ini luar biasa ribetnya!

Apalagi sebagai penduduk yang tinggal di luar Pulau Jawa, mengurus dokumen visa jadi au pair ke Belgia sungguh menyita banyak waktu, tenaga, dan uang. Saya harus datang ke Jakarta dua kali selama proses pengurusan dokumen. Syaratnya pun ribet karena harus melampirkan SKCK yang ditandatangani oleh badan-badan terkait yang sudah ditunjuk langsung oleh kedutaan besar Belgia. Ada juga syarat medical checkup yang semua dokternya berada di Jakarta berdasarkan rujukan dari kedutaan.


Yang paling miris, 9 tahun lalu informasi pengurusan visa au pair ke Belgia masih sangat minim. Hanya ada satu orang yang untungnya mau menulis step-by-step mendapatkan visa au pair hingga membuat saya sangat terbantu saat itu. Karena apa, karena beberapa tahun lalu memang tidak banyak au pair Indonesia yang ada di Belgia. Sekarang, meski Belgia semakin terkenal dan semakin banyak au pair Indonesia yang tertarik ke sana, namun tak menampik ribetnya perjuangan memenuhi persyaratan. Fiuh!


2. Usia terbatas hingga 25 tahun

Saya tahu, ada banyak yang merasa cukup tua saat tahu batas usia maksimal menjadi au pair di Belgia hanyalah sampai 25 tahun saja. Beberapa orang merasa kehilangan kesempatan, meski beberapa negara di Eropa masih banyak yang longgar soal batas usia maksimal ini. Sebetulnya, batas usia ini juga cukup masuk akal karena ada banyak benefit yang diberikan bagi para anak muda usia di bawah 26 tahun. Tentunya sangat adil jika au pair yang berada di Belgia juga diberikan potongan harga saat mereka tinggal di sini tanpa harus jadi mahasiswa dulu.



3. Libur berbayar yang hanya berlaku 14 hari

Di beberapa negara lain, au pair bisa mendapatkan libur berbayar sampai 5 minggu lamanya! Sementara di Belgia, kita hanya bisa mendapat libur 14 hari saja selama 12 bulan. Saat tinggal dengan keluarga pertama, saya sudah dijatahi 5 hari libur. Lalu pas pindah ke keluarga kedua, saya hanya punya 9 hari sisa lagi. Walau uang pas-pasan dan tak niat juga liburan berlama-lama, namun cukup menyedihkan jika dibandingkan dengan negara lain yang bisa ambil jatah libur berbayar berminggu-minggu.



4. Hanya boleh ganti keluarga 1 kali selama periode 12 bulan

Meski perlindungan au pair diupayakan seketat mungkin, namun siapa yang bisa menjamin hubungan antara au pair dan keluarga bisa berjalan damai selama 12 bulan lamanya? Tentu saja cukup banyak au pair yang nyatanya tak puas dan ingin ganti keluarga. Meski niat ganti keluarga untuk mendapatkan keluarga yang lebih baik, namun siapa yang bisa mengira jika keluarga kedua pun ternyata tak sesuai ekspektasi kita? Tak ada cara yang bisa dilakukan kecuali bertahan sampai kontrak selesai. 

⚘ ⚘ ⚘

P.S. Semua foto diambil di tahun 2014, ketika saya pertama kali jadi au pair di Belgia 



Komentar

  1. Halo kak!
    Aku tertarik banget untuk au pair ke Belgia.Untuk website Aupair Support Belgium sudah tidak dapat diakses kak,mohon arahannya kak selain website atau agency itu kemana lagi ya kak.
    Terimakasih ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, ASP emang udah lama banget gak aktif lagi. Katanya udah bangkrut apa gimanalah gitu. Kalo kamu lagi gak sibuk, boleh banget mampir ke postingan ku yang ini buat ngecek2 agensi lain: https://www.artochlingua.com/2022/08/agensi-au-pair-gratis.html

      Hapus
  2. baru tau ini saya masalah au pair, seru juga ya, hal intinya adalah pertukaran budayanya, di indonesia ada juga g ya au pair, dibayar juga g ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di Indonesia, bakalan dapet pergeseran makna sih. Alias udah dianggap kayak babu/pengasuh. Kecuali yang hire Raffi Ahmad, namanya jadi "personal assistant". Karena konsep au pair sendiri asalnya dari Prancis, maka sistem kerjanya lebih jelas di Eropa.

      Hapus
  3. Halo kak mau tanya nih, inshaallah bulan oktober atau November nanti aku berangkat ke Belgia sebagai Au Pair. Aku mau nanya ada ngga sih dokumen2 yang perlu dilegalisir untuk keperluan visa itu apa aja ya? Makasiih

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba, aku juga ada rencana aupair ke Belgia. kamu udah selesai kah ngurusuin semua pemberkasan? boleh tolong info nya ga mba? pls

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa