Langsung ke konten utama

Rangkuman: Step-by-step Jadi Au Pair (PENTING!)


Halo kalian, para anak muda Indonesia yang tertarik jadi au pair untuk pertama kalinya, kamu masuk ke laman yang tepat! Sejak pindah ke Belgia 5 tahun lalu, saya memang sudah gencar bercerita tentang pengalaman jadi au pair di banyak negara. Tak hanya soal manis-manisnya saja, tapi juga pahit ketir hidup sebagai personal assistant di rumah native host family.

Lama-lama saya sadar bahwa anak muda Indonesia yang ingin 'kabur' ke luar negeri semakin banyak. Impian para milenials pun sekarang tak hanya bisa keliling Eropa, tapi juga mencari kesempatan untuk tinggal lama di sini. Ketika peluang lanjut sekolah bukan mimpi yang mudah diraih, lalu program au pair pun mulai dilirik.

Tapi tahukah kalian bahwa yang ingin jadi au pair tambah banyak setaip tahunnya?! Terbukti di tahun 2014 saat saya jadi au pair di Belgia, hampir semua au pair Indonesia yang tinggal di sana saya kenal. Jumlahnya pun bisa dihitung dengan jari karena komunitas au pair Indonesia hanya itu-itu saja. Saat pindah ke Denmark setahun berikutnya, jumlah au pair Indonesia di sana juga tak sampai 10 orang. Namun secepat kilat beranak pinak menjadi puluhan orang dua tahun kemudian. Terbukti bahwa mimpi untuk tinggal di luar negeri memang semakin mudah diraih.

Bagi kalian yang tertarik jadi au pair juga, berikut saya beri panduan langkah apa saja yang harus dilakukan! Saya menyertakan banyak sekali tautan di bawah ini untuk kalian baca saat santai :)

1. Baca, baca, baca!!!!

You know nothing by just asking! Problem utama yang sering saya temui dari calon au pair baru adalah mereka lebih banyak bertanya daripada membaca. Bisa jadi malas, bisa jadi juga cari cara praktis. Tapi, impian tidak akan mudah diraih kalau hanya bergantung dari satu atau dua orang! Wepara au pair senior iniare not 100% available for you either!

Jadi, saran saya yang pertama tentu saja; buka web browser di ponsel atau laptop kamu, lalu mulai carilah informasi yang terkait soal au pair ini! Percayalah, saya dulu juga mulai dari 0. Tak banyak yang bisa ditanya hingga semua informasi harus dicari sendiri.

Cari dulu referensi semua au pair senior yang ada di internet karena sekarang sudah banyak yang mau berbagi informasi lewat blog dan vlog. Baca dan tonton semua platform mereka dan telusuri apa yang mereka lakukan di negara tersebut. Blog Art och Lingua ini sebetulnya BANYAK sekali memuat cerita saya dari mulai au pair sampai sekarang, dari cerita au pair, mengurus visa, sampai cerita cinta.

Referensi:
Hal yang harus kamu ketahui sebelum memutuskan jadi au pair
10 alasan kenapa kamu harus jadi au pair
Apa para motivasi anak muda jadi au pair?
Guide au pair: mulai dari mana?
Usia yang tepat mulai au pair pertama kali
Jadi Au Pair Tidak Gratis: Siap-siap Modal!

Setelah tahu apa itu au pair, yakinkan dulu diri kamu apakah au pair ini memang hal yang selama ini kamu cari. Pahami juga bahwa tinggal di luar negeri dengan jadi au pair itu ada enak dan tidaknya. Dari dulu saya tidak percaya cerita bahagia au pair yang selalu terpampang di internet. They are all lying! Faktanya, minusnya jadi au pair juga banyak! Makanya ini PR kalian untuk menemukan informasi yang berimbang soal plus dan minusnya jadi au pair. No worry, internet is a great resource!

Referensi:
Enaknya jadi au pair
Au pair: cewek muda serba bisa
Au pair: tukang masak keluarga


2. Tentukan negara tujuan dan jangan ngeyel

Problem kedua yang sering temui dari banyaknya pesan yang masuk lewat blog saya adalah; para calon au pair yang terlalu asik pilah-pilih negara ini itu dan tak tahu bahwa pemegang paspor Indonesia tak bisa kesana. Been there before! Saya dulu juga sama saja, memilih Selandia Baru sebagai negara prioritas hanya gara-gara ingin tinggal di salah satu negara tercantik di dunia. Padahal pemilik paspor Indonesia tak memenuhi regulasi untuk datang ke Selandia Baru jadi au pair.

Lama-lama cari informasi, saya tahu bahwa ada banyak negara di Eropa yang peluangnya lebih besar ketimbang repot-repot ke Selandia Baru. Kamu juga harus tahu, meskipun Jerman dan Belanda adalah dua negara yang paling sering terekspos program au pairnya, tapi ada beberapa negara lain yang juga bisa kamu coba!

Referensi:
First time au pair: ke negara mana?
Jadi au pair ke Amerika? Bisa!
Au pair ke Irlandia, Spanyol, Italia, dan Inggris
Denmark, negara terburuk bagi au pair
Mitos dan fakta au pair di Skandinavia
Kenapa jadi au pair di Denmark?
Sah: Program Au Pair di Norwegia Dihentikan! 

PR selanjutnya setelah tahu negara mana yang ingin kamu kunjungi adalah mengecek semua hak dan kewajiban kamu di negara tersebut. Tidak ada peraturan negara yang sama meskipun mereka sama-sama berada di Eropa! Jangan samakan regulasi di Jerman dan di Prancis, karena bahasanya saja sudah berbeda. Makanya jangan malas untuk menggali informasi penting tentang uang saku, maksimum jam kerja, durasi au pair berapa lama, pajak, tiket pesawat, bahasa yang digunakan, hingga hari libur.

Carinya dimana? Buka postingan ini sebagai referensi lain:
Pencarian keluarga angkat tanpa lelah (2)
Guide untuk calon au pair
Pajak di Denmark
Gaji au pair, sepadan kah?


3. Cari keluarga angkat

Sudah paham tentang peraturan tiap negara serta hak & kewajiban au pair di sana? Langkah kamu selanjutnya adalah mencari keluarga angkat! To be honest, this is going to be your hardest part! Mengapa, karena banyak calon au pair yang juga sering mengeluh ke saya tentang betapa susahnya cari keluarga. No wonder, luck juga sangat berpengaruh di sini. Belum lagi saingan kita semua au pair di dunia, terutama Filipina.

Baca referensi saya berikut sebagai pedoman kamu menemukan host family impian! Ini penting sekali karena beberapa calon au pair juga sempat kena penipuan hanya karena terlalu percaya profil tak masuk akal.

Referensi:
Pencarian keluarga angkat tanpa lelah
Calon au pair, waspada penipuan!
Guide untuk calon au pair
Keluarga Arab, pikir lagi!
10 tipe keluarga yang mesti kamu pertimbangkan kembali
Pakai agensi atau mandiri?
7 tips agar keluarga asuh melirik profil mu
Gadis Filipina vs gadis Indonesia di Eropa

Selain itu, menurut saya, para calon au pair juga harus mempersiapkan diri untuk hal yang tak diinginkan, seperti contohnya ketika ada masalah dengan host family.

Referensi:
Keluarga baru, masalah baru
Saat au pair bermasalah dengan keluarga


4. Wawancara dan diskusi

Sudah menemukan host family yang juga tertarik, lalu saatnya diwawancara? SELAMAT! Itu artinya profil kamu cukup menarik perhatian. Percayalah, saingan kamu sebetulnya banyak, lho!

Meskipun wawancaranya via Skype atau FaceTime dan terkesan lebih informal ketimbang interview kerja di kantoran, tapi bukan berarti kamu tak perlu persiapan. Saya juga sudah pernah menulis artikel tentang persiapan wawancara dengan host family yang bisa dibaca. Yang paling penting, speak your mind! Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, jangan sungkan dan tak perlu memikirkan kesopanan. FYI, orang Eropa itu tak seperti orang Asia yang mudah tersinggung. Lebih baik straightforward daripada kamu mati penasaran.

Kalau memang tak semua hal bisa disampaikan face-to-face, kamu juga bisa menuliskan follow-up email lagi ke mereka tentang pertanyaan yang masih mengganjal. Jangan lupa juga untuk selalu follow up keputusan mereka apakah akan meng-hire kamu atau tidak. Satu sampai 10 hari adalah waktu yang tepat untuk menunggu keputusan, tapi lebih dari sana, asumsikan saja si calon keluarga tak memilih kamu. Selagi menunggu decision, jangan putus asa untuk terus cari keluarga lainnya.


5. Izin orang tua

Sebetulnya di antara semua step yang saya sebutkan di sini, restu orang tua bisa jadi masalah terberat yang akan memutus jalan mu sampai akhir. Apalagi program au pair ini bisa disalahartikan oleh orang Indonesia yang memang kebanyakan melihat hal dari satu sisi saja.

Karena malas memberi tahu orang-orang di sekeliling mereka karena takut dicap TKW, banyak juga au pair yang berbohong tentang tujuan mereka ke Eropa. Alasannya simpel, hanya agar bisa diizinkan ke luar negeri.

Tapi dari dulu saya selalu jujur ke keluarga bahwa niat saya ke Eropa memang ingin jadi au pair. Tak mudah menjelaskan ke mereka meskipun kalimatnya sudah saya rangkai sebagus mungkin. Ujung-ujungnya tetap saja saya dicap "jauh-jauh datang ke Eropa hanya untuk jadi pembantu".

Silakan baca cerita saya di sini kalau kamu ingin tahu proses meminta izin orang tua ke luar negeri tanpa terkesan seperti TKI. I knooow it would be hard, tapi tak ada salahnya mencoba jujur. Namun sebetulnya kembali lagi ke kalian, mau jujur atau tidak, silakan. Asal bertanggung jawab dan jangan sampai membuat repot semua keluarga hanya karena mereka tak tahu status kita yang sebenarnya di sini.


6. Mempersiapkan dokumen

Setelah semua proses di atas, kamu akhirnya bisa deal dengan host family dan saatnya menyiapkan semua dokumen untuk pembuatan visa dan residence permit au pair. Horreee! Meskipun happy sudah sampai di tahap ini, tapi kamu harus tahu bahwa pengurusan dokumen bisa jadi proses yang paling melelahkan setelah pencarian host family.

Mengapa, karena tiap negara punya peraturan yang berbeda-beda pula. Ini juga PR lain untuk kamu mencari tahu semua dokumen yang dibutuhkan saat pengajuan aplikasi. Saya sangat menyarankan pakai web browser kalian untuk masuk ke;

  • Situs AuPair World, mencari tahu regulasi setiap negara di dunia secara singkat. Dari situs ini juga biasanya kamu langsung diarahkan menuju ke banyak tautan lain yang berhubungan dengan imigrasi di negara tersebut.
  • Kalau malas pakai situs di atas, kamu boleh cari informasi terlebih dahulu secara mandiri lewat kata kunci di Google. Biasanya kamu juga langsung bisa mendapatkan tulisan atau vlog dari au pair terdahulu yang membagikan pengalamannya saat mengurus visa.
  • Situs lain yang berguna adalah situs kedutaan besar negara tersebut di Indonesia. Buka laman imigrasi mereka dan cari informasi kekonsuleran. Dari situs tersebut juga kita diarahkan menuju situs imigrasi lain yang informasinya berkenaan dengan semua masalah keimigrasian.
  • Cari informasi pengurusan visa lewat situs agensi visa di Indonesia, contohnya VFS atau TLS-Contact. 
  • Jangan terpaku pada penelusuran berbahasa Indonesia saja, karena banyak informasi lebih mudah ditemukan lewat bahasa Inggris. Jangan malas juga mengaktifkan penerjemah otomatis di browser kita untuk langsung menerjemahkan situs yang kebetulan dipublikasikan dalam bahasa lokal.
Saat proses ini, jangan tutup juga kemungkinan untuk bertanya ke para senior au pair yang sudah kamu kenal sebelumnya. Boleh juga meninggalkan pesan di kolom komentar blog, IG, atau kanal YouTube untuk bertanya informasi lebih jelasnya. Yang pasti, jangan sampai bertanya masalah basic yang sebetulnya bisa kamu cari tahu sendiri tanpa harus bertanya kesana-sini.

Referensi:
Beda visa dan residence permit


7. Being familiarized with your host countries!

Selagi menunggu keputusan visa atau residence permit yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, saya betul-betul sarankan juga kepada calon au pair untuk mengenali negara yang akan di tinggali. Menurut saya ini jadi penting agar kita tidak kaget tiba di lingkungan baru yang semuanya terasa sangat berbeda dengan Indonesia.

Persiapan ini juga sangat berguna kalau kita memang tak punya kenalan atau teman di negara tujuan. Being alone is suck, tapi being unprepared lebih buruk lagi!
  • Cari tahu cuaca dan temperatur rata-rata negara tersebut selama satu tahun. Tinggal di Norwegia tentu saja tidak sama dengal tinggal di Jerman. Tinggal di Utara Prancis pun tak sama dengan Selatan Prancis. Dengan mengetahui kondisi cuaca seperti ini, membuat kita lebih well-prepared dengan baju yang akan dikemas nantinya.
  • Cek juga soal biaya hidup. Para calon au pair baru kebanyakan punya pertanyaan sama; berapa uang yang harus dibawa untuk survive di satu bulan pertama di negara tujuan. Biasanya di bulan pertama ini host family belum memberi kita uang saku, makanya kita harus bertahan dulu untuk jajan di luar. Okelah, tidak perlu memikirkan soal makan di rumah dan akomodasi. Tapi setidaknya kamu punya bayangan kira-kira berapa yang harus dibawa setibanya di sana. Yang pasti, tidak perlu juga menyamakan standar kita dengan orang lain karena awal-awal saya di Denmark pun, saya hanya bawa 1 juta Rupiah!
  • Sistem transportasi bisa jadi sangat ribet di awal-awal kedatangan! Banyak au pair baru yang kesulitan beradaptasi dan kebingungan cara beli tiket bagaimana, sementara mereka juga belum punya kartu debit! Well, if you have prepared beforehand, this problem would be less daunting! Cari tahu tentang sistem transportasi di negara tersebut, cara beli tiketnya bagaimana, ada diskon kah untuk anak muda, serta jadwal bus atau kereta dari rumah host family nanti.
  • Kartu telepon, pajak, dan bank adalah hal yang mesti kamu pikirkan selanjutnya. Okelah, kita masih buta dengan semua hal di negara tersebut. Bisa jadi juga berpikir bahwa host family bisa membantu dalam semua hal di awal kedatangan. Tapi faktanya, kebanyakan au pair yang baru tiba di sini kebingungan karena host family mereka terlalu sibuk mengurusi semua post-arrival au pair dan akhirnya si au pair harus mengurus semua hal sendirian. Jadi daripada terlalu lama menunggu host family pasang aksi, mengetahui seluk beluk hal-hal praktikal bisa menghemat waktu. Contohnya, kamu tinggal minta tolong belikan host family SIM card baru operator XYZ karena kamu sudah tahu bahwa tarifnya lebih murah. Atau kamu juga bisa langsung datang ke bank ABC karena setelah kamu telusuri, bank ini punya bunga yang lumayan tinggi dan bebas biaya administrasi tahunan bagi anak muda.
  • Selanjutnya adalah cek kursus bahasa! Beberapa au pair ada yang sudah sempat berdiskusi dengan host family tentang sekolah bahasa yang akan mereka datangi. Namun tak jarang juga, sampai sini au pair malah ditelantarkan terlalu lama tak ke sekolah bahasa hanya karena host family (lagi-lagi) terlalu sibuk kerja. Jadi daripada semuanya harus menunggu keluarga, buka browser kamu lalu ketik kata kunci "sekolah bahasa xxx di kota yyy"! Meskipun tidak 100% sekolah tersebut yang akan kamu tuju, setidaknya kamu ada gambaran mengenai sistem sekolah bahasa yang ada di negara tersebut.
  • Cek peluang kerja dan tempat kuliah! Tak jarang beberapa au pair ada yang sudah tahu ingin kemana bahkan sebelum memulai au pairnya. This is great! Karena kamu sudah tahu apa yang kamu mau. 
  • Cari kenalan atau networking. Awal mula saya jadi au pair, saya sudah menghubungi 1 au pair yang saya kenal di Belgia untuk jaga-jaga. Fortunately, dari blog walking dan komentar blog juga saya banyak mendapatkan kenalan. Hey, these people don't have to be your future close friends. Tapi punya orang yang dikenal setibanya di negara tujuan setidaknya bisa mengurangi kekhawatiran. Kalau tak mau punya kenalan au pair, boleh juga hubungi PPI di negara tujuan dan bertukar kontak dengan para pelajar Indonesia di sana.
Referensi:


8. Packing time!

Kembali ke subpoin pertama dari poin di atas; dengan mengetahui kondisi cuaca di negara yang akan kamu tinggali, kita jadi lebih siap mempersiapkan barang bawaan nantinya.


9. Beradaptasi

Finally, you are here, in a place where you have dreamt of living in!! Minggu-minggu pertama akan jadi masa yang menggembirakan bahkan menakutkan. You are living your dream, but at the same, living at someone else's place. Semuanya terasa baru dan kamu pun masih berusaha sadar dari mimpi.

Well, congratulations! Tapi hidup mu masih akan terus berlanjut ke depannya. It's time to face the reality dan melihat kesempatan di negara yang sudah bisa kamu tinggali. Step selanjutnya tentu saja lebih ke masalah teknis seperti lapor diri ke KBRI, menghubungi kenalan atau teman yang sudah sempat kamu tahu, lalu jangan lupa juga cek event seru di kota kamu tinggal. Nothing special? Main ke supermarket dan farmer market juga seru, lho! Please don't limit yourself dari semua orang karena kita tak akan pernah tahu masalah apa yang akan kita hadapi ke depannya. Having people beside is a huge advantage!

Referensi:
6 cara dapat uang tambahan selama jadi au pair
Dilema au pair: jalan-jalan atau menabung
4 cara mengembangkan diri sebagai au pair
Mengatur keuangan au pair
Teman internasional vs teman Indonesia
Hal yang harus dihindari antar au pair

Good luck with your au pair time!!



Komentar

  1. halo kak salam kenal, terima kasih atas tulisannya yg sangat bermanfaat hehe rencananya akhir tahun 2020 ini mau berangkat, tp dikarenakan pandemi jadinya terpaksa harus dibatalkan. karna pandemi jg jd tidak bersemangat utk nyari host fam lagi krn kebanyakan mencari yg sudah berada di negara ybs, selain itu jg susah utk bisa keluar masuk negara lain khususnya masalah visa. semoga aja tahun depan semuanya bisa membaik dan aku bisa ngerasain jadi au pair kaya kakak hehe sukses terus art och lingua! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo..

      Untuk nge-boosting semangat kamu lagi, silakan buka postingan aku yang ini ya:
      https://www.artochlingua.com/2020/10/program-au-pair-selama-pandemi.html?m=1

      Aku doain semoga keinginan kamu untuk jadi au pair tahun depan terlaksana ya! 😇 Makasih banyak udah mampir.

      Hapus
  2. Hello kak nin..
    Aku seneng baca tulisan dari art ouch lingua..
    Memotivasi! 😄
    Saya juga awalnya gitu... Sudah urus visa ke perancis, ternyata pandemi jadi di tunda visa nya.
    Akhirnya HF cari aupair baru..
    Frustasi iya mungkin, tpi semoga tahun 2021 semuanya akan bisa izinin aupair masuk negaranya

    Kak nin mau request bahas tentang regulasi visa visa dinegara eropa boleh..
    Seperti luksemburg, saya cari berbagai blog org indo belum ada yg posting mengenai luksemburg. Heheheh

    Terimakasih kak nin

    Sukses selalu art ouch lingua

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Och" ya, bukan "Ouch". Hehehe.. Ouch mah kesakitan itu xD

      Ini maksudnya regulasi visa apa nih?
      Aku belom pernah jadi au pair di Luksemburg, jadinya gak bisa jelasin detail pengurusan visanya gimana. Lagian emang jaraaaaang banget orang Indo yang jadi au pair di sana karena negaranya juga kecil dan jarang hf yang nyari sampe ke Indonesia. Hanya dulu pernah punya kenalan yang sempat jadi au pair di sana, cuma mungkin mereka gak ngebagiin ceritanya via blog sih.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bule Ketemu Online, Bisakah Serius?

( PERHATIAN!!! SAYA BANYAK SEKALI MENERIMA TESTIMONIALS SOAL COWOK-COWOK DARI INGGRIS YANG MEMINTA ALAMAT SI CEWEK YANG DIKENAL VIA ONLINE. FYI , HAMPIR SEMUA MODUS PENIPUAN SEPERTI INI BERASAL DARI INGGRIS DAN AMERIKA! JANGAN PERNAH TERTIPU KEMASAN KULIT PUTIHNYA, KARENA BISA JADI YANG KALIAN AJAK CHATTING -AN ATAU VIDEO CALL -AN ITU ADALAH PENIPU !! JANGAN PERNAH BERI DATA DIRI SEPERTI NAMA LENGKAP, ALAMAT, SERTA NOMOR IDENTITAS ATAU KARTU KREDIT KE ORANG-ORANG ASING LEWAT DUNIA DIGITAL! BE SMART, BE AWARE, AND PLEASE JANGAN DULU BAPERAN KALO ADA YANG MENGAJAK NIKAH PADAHAL BARU SEMINGGU KENAL!!!) Selain berniat jadi au pair, ternyata blog saya banyak dikunjungi oleh cewek-cewek Indonesia yang ingin pacaran atau sedang dekat dengan bule. Gara-gara tulisan tentang cowok Eropa dan cowok Skandinavia , banyak pembaca blog yang mengirim surel ke saya dan curhat masalah cintanya dengan si bule. Aduh, padahal saya jauh dari kata "ahli" masalah cinta-cintaan. Saya sebetu

Mempelajari Karakter Para Cowok di Tiap Bagian Eropa

*I talk a lot about European boys in this blog, but seriously, this is always the hottest topic for girls! ;) Oke, salahkan pengalaman saya yang jadi serial dater  selama tinggal di Eropa. Tapi gara-gara pengalaman ini, saya juga bisa bertemu banyak orang baru sekalian mempelajari karakter mereka. Cowok-cowok yang saya temui ini juga tidak semuanya saya kencani. Beberapa dari mereka saya kenal saat workshop, festival, ataupun dari teman. Beruntung sekali, banyak juga teman-teman cewek yang mau menceritakan pengalamannya saat berkencan dari cowok ini, cowok itu, and all of them have wrapped up neatly in my head! Secara umum, tulisan yang saya ceritakan disini murni hasil pengalaman pribadi, pengalaman teman, ataupun si cowok yang menilai bangsanya secara langsung. Letak geografis Eropanya mungkin sedikit rancu, tapi saya mengelompokkan mereka berdasarkan jarak negara dan karakter yang saling berdekatan. Kita semua benci stereotipe, tapi walau bagaimana pun kita tetaplah bagi

7 Kebiasaan Makan Keluarga Eropa

Tiga tahun tinggal di Eropa dengan keluarga angkat, saya jadi paham bagaimana elegan dan intimnya cara makan mereka. Bagi para keluarga ini, meja makan tidak hanya tempat untuk menyantap makanan, tapi juga ajang bertukar informasi para anggota keluarga dan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Selain table manner , orang Eropa juga sangat perhatian terhadap nilai gizi yang terkandung di suatu makanan hingga hanya makan makanan berkualitas tinggi. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan meja makan hanya sebagai tempat menaruh makanan, membuka tudung saji saat akan disantap, lalu pergi ke ruang nonton sambil makan. Selama tinggal dengan banyak macam keluarga angkat, tidak hanya nilai gizi yang saya pelajari dari mereka, tapi juga kebiasaan makan orang Eropa yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak berlebihan. Dari kebiasaan makan mereka ini juga, saya bisa menyimpulkan mengapa orang-orang di benua ini awet tua alias tetap sehat menginjak usia di atas 70-an. Kuncinya, pola

Guide Untuk Para Calon Au Pair

Kepada para pembaca blog saya yang tertarik menjadi au pair, terima kasih! Karena banyaknya surel dan pertanyaan tentang au pair, saya merasa perlu membuat satu postingan lain demi menjawab rasa penasaran pembaca. Mungkin juga kalian tertarik untuk membaca hal-hal yang harus diketahui sebelum memutuskan jadi au pair  ataupun tips seputar au pair ? Atau mungkin juga merasa tertantang untuk jadi au pair di usia 20an, baca juga cerita saya disini . Saya tidak akan membahas apa itu au pair ataupun tugas-tugasnya, karena yang membaca postingan ini saya percaya sudah berminat menjadi au pair dan minimal tahu sedikit. Meskipun sudah ada minat keluar negeri dan menjadi au pair, banyak juga yang masih bingung harus mulai dari mana. Ada juga pertanyaan apakah mesti pakai agen atau tidak, hingga pertanyaan soal negara mana saja yang memungkinkan peluang kerja atau kuliah setelah masa au pair selesai. Oke, tenang! Saya mencoba menjabarkan lagi hal yang saya tahu demi menjawab rasa penasar

Berniat Pacaran dengan Cowok Skandinavia? Baca Ini Dulu!

"Semua cowok itu sama!" No! Tunggu sampai kalian kenalan dan bertemu dengan cowok-cowok tampan namun dingin di Eropa Utara. Tanpa bermaksud menggeneralisasi para cowok ini, ataupun mengatakan saya paling ekspert, tapi cowok Skandinavia memang berbeda dari kebanyakan cowok lain di Eropa. Meskipun negara Skandinavia hanya Norwegia, Denmark, dan Swedia, namun Finlandia dan Islandia adalah bagian negara Nordik, yang memiliki karakter yang sama dengan ketiga negara lainnya. Tinggal di bagian utara Eropa dengan suhu yang bisa mencapai -30 derajat saat musim dingin, memang mempengaruhi karakter dan tingkah laku masyarakatnya. Orang-orang Eropa Utara cenderung lebih dingin terhadap orang asing, ketimbang orang-orang yang tinggal di kawasan yang hangat seperti Italia atau Portugal. Karena hanya mendapatkan hangatnya matahari tak lebih dari 3-5 minggu pertahun, masyarakat Eropa Utara lebih banyak menutup diri, diam, dan sedikit acuh. Tapi jangan salah, walaupun dingin dan hampa